expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 03 Juni 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 7 )

Hy all !!!

Ini part tujuhnya .. yang berhenti tag komen ajj ..

Ohya, yang nggak ke tag maap ya cz dia udah full tagnya ..

Qhu pos sekarang cz mau habis pulsa modemnya ..

Happy reading ...

Yang baca wajib like+komen #maksabanget#





Part 7

.

.

.

Siap tidak siap, pokoknya harus siap. Dengan berbekal doa, Rio berangkat menuju SMA Himalaya. Dengan ditemani Angel dan mobilnya, Rio jadi tau seluk beluk Kota Jakarta. Jarak rumah dengan SMA Himalaya lumayan jauh. Kalo tidak macet ya butuh waktu lima belas menit, itupun kalo ngebut.

Angel menjalankan mobilnya dengan tenang. Mobil bermerk jazz itu adalah hadiah ulangtahunnya yang ke sembilan belas. Angel begitu menyayangi mobilnya melebihi apapun. Bahkan pacarnya pun rela mati-matian mengajaknya jalan-jalan tanpa membawa mobilnya, melainkan membawa mobil Angel.

“Jadi Rio mau sekolah di SMA Himalaya?” Tanya Angel.

“Ya. Kakak tau SMA itu?” Jawab+tanya Rio.

“Ya. Teman-teman Kakak banyak yang sekolah disana.”

Tiba-tiba saja Angel meneritakan kisah masa lalunya. Mulai dari SMP, hingga SMA. Katanya, masa-masa SMA lah yang paling indah. Banyak hal-hal baru yang dapat kita jalani.

“Kamu pasti senang deh kalo udah SMA. Disana, cewek-cewek pada cantik semua lho.. Ohya, kamu udah punya pacar?”

Rio teringat kembali pertemuannya dengan cinta pertamanya yang nggak jelas. Cewek cantik yang sengaja ia lihat di Bunaken serta di toko buku. Ah, kalo cewek itu jodohnya, nggak mungkin lari kemana.

“Good luck ya Yo! Semoga kamu bisa ngerjain tes dengan baik.” Pesan Angel sambil tersenyum.

Rio membalas senyuman itu. Mobil jazz putih Angel meninggalkannya diantara kerumunan murid yang ingin mendaftar di SMA ini, SMA Himalaya. Rio berjalan dengan penuh rasa percaya diri. Ia yakin dirinya akan diterima di SMA Himalaya. Kata Nyopon, ia termasuk murid yang berotak encer. Nggak heran Nemnya tiga puluh tujuh koma empat puluh.

Rio mengedarkan pandangannya pada sebuah gedung yang bertingkat. SMA Himalaya emang termasuk SMA favorit. Rio harus bisa sekolah di SMA ini. Matanya pun menangkap seseorang yang sepertinya dikenalnya. Dia cewek yang udah nggak asing lagi dimatanya.

Cewek itu... Cewek itu... Apa matanya yang salah? Mana mungkin cinta pertamanya bisa ada di tempat ini? Bukannya cewek itu ada di Manado? Apakah pikirannya yang salah? Ah, samperin aja deh. Kalo seandainya bukan, ya nggak apa-apa. Rio nggak akan kecewa.

“Hai!” Sapa Rio sedikit kikuk. Yang disapa menoleh ke arahnya. Kedua mata bening cewek itu merasa kaget dengan sosoknya.

“Eh, maaf..maaf..” Kata Rio salting. Cewek itu tiba-tiba saja tersenyum melihat wajah saltingnya.

“Nggak papa. Kok kita pernah ketemu ya?” Tanya cewek itu. Ify, ia berusaha untuk tenang berhadapan dengan cowok yang membuatnya galau. Ah, apakah cowok itu adalah cowok yang di Bunaken dan di toko buku? Sementara Shilla masih serius menatapi Alvin bersama seorang cewek yang nggak dikenalinya.

“Iya, namaku Rio. Aku cowok yang ada di Bunaken sama di toko buku itu!” Kata Rio semangat. Entah darimana ia dapat energi sebesar itu.

Ah, akhirnya gue tau namanya, batin Ify. Lho? Kenapa gue bisa sesenang ini? Hanya karena cowok? Argh!

“Nama gue..” Belum saja Ify melanjutkan, Shilla langsung menarik tangannya pergi. Mungkin Shilla merasa risih dengan pemandangan yang dilihatnya. Alvin bersama cewek asing.

Rio tersenyum melihat semua itu. Akhirnya gue bisa ketemu dia...

***

“Ngapain sih Lo ajak gue? Umur gue masih kurang tau mau daftar di sekolah ini...” Kesal Dea.

Alvin tertawa melihat tingkah adiknya itu.
“Jangan marah De..”

“ALVIN!!” Teriak Shilla disertai nafas ngos-ngosan. Alvin maupun Dea mendadak kaget.

“Shilla.. Lo..” Kata Alvin.

Ify dan Dea saling pandang memandang sementara Alvin berurusan dengan Shilla. Mata licik Dea melihat Ify dengan rasa dendam yang begitu besar. Oh, jadi ini Ify, mantan sahabat gue, lumayan cantik..

“Dea..” Kata Ify ragu.

“Kita pergi aja yuk Vin!” Ajak Dea menarik kaus Alvin.

“Em, Shill, ini Dea.. Adek gue.. Hehe..” Kata Alvin berusaha tenang.

Seketika itu juga Shilla terdiam melihat sahabat lamanya itu. Apa? Jadi Dea adalah adik Alvin? Kok ia baru tau ya?

“Dea.. Lo Dea kan? Sahabat gue?” Tunjuk Shilla senang. Yang ditunjuk cuman pasang tampang penuh kebencian. Tapi Dea berusaha untuk tersenyum. Senyuman yang ia khususkan buat dua mantan sahabatnya itu.

“Ya, gue Dea Christa Amanda. Temen lama kalian.” Jawab Dea tenang.

“Wau.. Lo udah banyak berubah.. Lo..”

“Untuk para pendaftar, diharapkan segera masuk ke dalam ruangan masing-masing untuk mengikuti tes. Terimakasih.”

Bunyi speaker itu mengakhiri pembicaraan mereka. Shilla duduk termenung di bangku tempat ia mengikuti tes. Begitu pula dengan Ify. Masa lalu mereka kembali hadir di kelopak mata.

***

Shilla duduk termenung di salah satu bangku di luar gerbang SMA Himalaya. Dia sendirian. Ify sudah pulang daritadi. Jujur aja, Shilla begitu kaget mengetahui bahwa Alvin Jonatan adalah Kakak Dea. Mau dimana ia taruh mukanya?

Duh, ia serba salah nih sama Alvin maupun Dea. Tapi, ia kan udah minta maaf saat ia dan Dea berpisah. Kalo dilihat dari tampang Dea tadi, kayaknya Dea belum memaafkannya. Kalo Alvin, Shilla nggak tau. Semoga aja Alvin mau memaafkannya.

“Hai!” Sapa seseorang yang tak lain adalah Alvin.

“E.. Hai juga!” Jawab Shilla gugup. Alvin duduk disampingnya sambil tersenyum ramah. Aneh! Shilla nggak yakin Alvin mau memaafkannya.

“Teringat masa lalu?” Tanya Alvin tiba-tiba. Shilla tidak berani menjawab. Bahkan ia tidak berani menoleh ke arah Alvin.

“Jangan khawatir. Gue udah maafin Lo, kalo Dea sih gue nggak tau. Ah, dulu itu masalah kecil. Nggak usah di ingat lagi.” Kata Alvin.

Masalah kecil? Dia bilang masalah kecil? Shilla nggak yakin dengan omongan Alvin.

“Ya udah, pulang sama gue aja.” Ajak Alvin. Belum sempat Shilla menjawab, Alvin langsung menarik tangannya. Sumpah! Jantung Shilla berdetak lebih cepat dari biasanya. Alvin... Lo baik banget...

Alvin cuman tersenyum melihat Shilla yang kesenengan. Yes! Misi berhasil!

***

Malam itu, Ify tampak gelisah. Gelisah banget. Banyak masalah yang harus ia hadapi dengan kuat. Pertama, Ify nggak yakin tadi soal tes dapat ia jawab dengan benar. Karena tentu, pikirannya sewaktu ngerjain tes entah kemana. Kemungkinan besar ia nggak lolos.

Kedua, tentang Dea. Sahabat dulunya. Ify merasa bersalah pada Dea. Sekarang, Dea berubah menjadi gadis yang cantik, bahkan lebih cantik Dea dari pada dirinya. Dan Alvin, pikirannya sama seperti Shilla. Ify nggak percaya kalo Alvin adalah Kakak Dea yang dulu sering ia olok-olok. Sekarang, Alvin berubah menjadi cowok keren, idola para cewek, dan Shilla termasuk penggila Alvin. Apakah Alvin masih mau sama Shilla? Tapi, sepertinya Alvin fine-fine aja tuh sama masa lalu itu. Nggak tau kalo Dea.

Ketiga, yang paling parah, Ify nggak nyangka bisa ketemu cowok Bunaken itu. Namanya pun ia tau. Siapa? Rio ya? Ingatannya kuat juga, padahal Ify sangat membenci makhluk berkelamin laki-laki. Dan, untuk apa cowok itu, maksudnya Rio datang ke SMA Himalaya? Untuk daftar? Nggak mungkin! Kalo memang Rio sekolah disana, Ify berharap betul ia tidak lulus tes. Kalo ia lulus dan Rio lulus, bisa-bisa hancur deh reputasinya sebagai cewek yang benci banget sama cowok, atau tepatnya anti cowok.

Hah? Maksudnya hancur apaan? Apa gue suka sama... Cepat-cepat Ify membuang pikiran negatif itu. Ify udah bersumpah untuk nggak pacaran. Ya, anti cowok sejati!

Tiba-tiba HPnya berbunyi.

 Message From : Shilla

Fy.. Trnyata Alvin udh ngk pduliin masa lalux.. Gw bersyukur banget.. Hehe..

Bersyukur apanya? Apa Shilla takut kalo Alvin membencinya? Shilla.. Lebih baik Lo jauhin tuh makhluk. Perasaan gue nggak enak banget liat Lo sama Alvin.

Message To : Shilla

Whatever. Gw mo bobo dlu..

Singkat, namun Ify yakin Shilla dapat mengerti keadaannya saat ini. Bimbang, ragu, gelisah.. Argh!!! Cuman gara-gara Rio gue jadi gini!!! Cowok emang penganggu hidup gue!

***

PLANG !!!!

Bunyi itu membangunkannya dari tidur. Ray mengucek-ngucek matanya. Setelah rasa kantuknya hilang, Ray berlari menuju sumber suara itu. Dapur! Ya, seseorang berada di dapur. Ray melihat dapur itu menyala.

Perlahan, Ray masuk ke dalam dapur itu. Entah mengapa suatu hal buruk sedang terjadi saat ini. Astaga! Ray bergidik ngeri melihat darah segar di lantai. Darah siapa ini? Nggak mungkin kan darah tikus atau hewan lainnya. Di rumanhya anti tikus. Ray udah membeli obat pengusir tikus di toko sebelah. Ternyata ampuh juga. Sudah sebulan ini nggak ada satupun tikus yang berjalan ria di plafon atau di lantai.

Lho? Kok ngomongin tikus sih? Kedua matanya menangkap sesosok tubuh yang ia kenal. Tubuh itu terbaring lemah di atas lantai. Ray mendekati tubuh itu walau ada rasa takut.

ASTAGA!! CAKKA !!!

***
Nah lho?
Ada apa dengan Cakka?
Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj J
@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

1 komentar: