expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 10 November 2016

My Everything ( Part 9 )



Hari ini Ariana tampak semangat. Ditambah lagi skype dari Niall yang menyemangatinya agar ia tidak malas bangun pagi. Dasar Niall! Aneh bukan ia suka tersenyum sendiri hanya karena mengingat Niall. Apalagi pada saat melihat Niall bermain gitar seperti ada sesuatu yang berbeda, seperti ada sesuatu yang tidak bisa ia terjemahkan.

            “Biar aku tebak. Kau habis mendapatkan mimpi indah ya?” Ucap Zayn saat mereka sarapan seperti biasanya.

            Ariana pura-pura memasang wajah seolah-olah ia sedang berpikir. “Kau tau kak, aku mendapatkan satu teman lagi. Anaknya super pendiam tapi jika di skype dia cerewet sekali.” Ucapnya.

            “Teman-temanmu memang aneh kecuali Luke.” Ucap Zayn.

            Ariana tertawa kecil. “Kak, pada saat kak Zayn jatuh cinta sama kak Gigi, apa kak Zayn merasa senang bahkan sampai tidak bisa berhenti memikirkan kak Gigi?” Tanyanya.

            “Memangnya kenapa? Kau ingin sekali jatuh cinta. Tenang saja. Cinta itu akan datang sendirinya tanpa kau sadari.” Jelas Zayn.

            “Tapi tanda-tandanya seperti apa? Aku beri contoh antara aku dengan Luke. Aku senang berteman dengan Luke. Dia pengertian walau kadang nyebelin. Tapi aku tidak sampai memikirkannya. Aku menyayangi Luke hanya sebatas sahabat.” Ucap Ariana.

            “Artinya Luke bukan-lah orangnya.” Ucap Zayn.

            Ariana terdiam sesaat. Bagaimana kalau… Niall? Tidak! Ia bahkan baru akrab dengan Niall kemarin malam saat ia dan Niall ngobrol melalui skype. Lagipula Niall anaknya cukup misterius dan Ariana takut jika Niall tidak menampakkan wujud aslinya(?). Setelah selesai sarapan, Ibunya mengantarnya ke sekolah.

            A moment like this, some people wait a lifetime

For a moment like this, some people search forever

For that one special kiss, ohh, I can't believe it's happening to me

Some people wait a lifetime, for a moment like this..”

Ariana tampak menikmati lagu yang sengaja distel Ibunya di radio mobilnya. Lagu yang dibawakan oleh penyanyi terkenal jebolan Amerika yang bernama Kelly Clarkson. Lagu yang sederhana dan Ariana berhasil menyanyikan lagu itu diiringi dengan permainan pianonya. Setelah tiba di sekolah, Ariana cepat-cepat keluar dari mobil karena melihat rambut pirang Niall yang sudah tidak asing lagi.

“Hei!” Ucap Ariana sambil menyentuh bahu Niall.

Niall membalikkan badannya dan tersenyum melihat siapa yang datang. Ariana! Niall tidak bisa menyembunyikan wajah senangnya saat melihat gadis itu.

“Wajahmu sedikit pucat. Kau sakit?” Tanya Ariana.

Karena Niall tidak melihatnya, Niall tidak menjawab pertanyaan Ariana. Cowok itu terus berjalan dan sepertinya lupa akan keberadaan Ariana disampingnya. Niall memang begitu. Salah satu sikap Niall yang sangat tidak disukai Ariana. Niall tidak mau menjawab pertanyaannya, kalaupun iya, jawaban yang Niall berikan tidak sepenuhnya nyambung dengan pertanyaannya.

“Kenapa kau mengikutiku? Bukankah kau sekelas dengan Luke?” Tanya Niall.

Ariana tersenyum malu karena bukannya tiba di kelasnya melainkan di kelas Niall. “Ohya, nanti aku ke kelasmu setelah itu kita ke kantin. Jadi jangan kabur ke perpustakaan atau UKS.” Ucap Ariana lalu pergi meninggalkan Niall. Niall hanya mengangkat bahunya lalu masuk ke dalam kelasnya.

Ariana tiba di kelasnya. Dia tersenyum lebar melihat Vio dan Luke yang sedang asyik ngobrol. “Hai kalian berdua!” Sapa Ariana ceria.

Vio sempat menutup telinganya. “Mentang-mentang suaramu bagus jadi kau seenaknya teriak.” Ucapnya.

Well, I have a good new.” Ucap Ariana.

“Apa itu?” Tanya Luke.

“Coba tebak.” Ucap Ariana.

Vio dan Luke mulai berpikir. Tapi Luke tidak bersemangat memikirkan hal seperti itu. “You’re falling in love with someone!” Ucap Vio.

“Hush! Bukan itu.” Ucap Ariana.

“Terus apa?” Tanya Vio.

Ariana tersenyum misterius. “Kau kenal Niall?” Tanyanya.

“Niall?” Tanya Luke dengan nada tinggi.

“Ya, Niall. Cowok berambut pirang, berkaca mata, dan matanya mirip dengan matamu.” Jawab Ariana.

“Darimana kau tau dia?” Tanya Luke.

“Kami sudah berteman. Aku rasa kalian sudah kenal dengan Niall. Awalnya kami bertemu di perpustakaan, lalu di UKS. Nah di UKS itu Niall memberikan skype-nya padaku lalu kami mengobrol. Ternyata Niall anaknya menyenangkan tapi kesehariannya dia tertutup, pemalu dan pendiam.” Jelas Ariana.

Seorang guru datang dan pelajaran pun dimulai.

***

            “Aku tak menyangka ternyata kau dan Niall adalah sepupu.” Ucap Ariana.

            Dunia emang sempit. Pantasan saja mata Niall dan mata Luke begitu mirip, juga sikap Niall dan Luke yang sama-sama pendiam. Tidak apa-apa, yang penting ganteng*eh. Niall dan Luke tampak akrab. Jelaslah mereka kan saudara sepupu. Tapi kenapa selama ini Luke tak pernah mengajak Niall bergabung dengannya?

            Ariana memerhatikan gaya makan Niall yang cukup lucu. Tadi Niall memesan banyak makanan. Ariana bisa menenak kalau Niall adalah pecinta makanan tapi tubuhnya tidak gemuk-gemuk. Begini kan lebih baik, ada tambahan satu teman yaitu Niall.

            “Kenapa kau tidak mau bergabung dengan kami?” Tanya Ariana pada Niall.

            Bukan Niall yang menjawab, tapi Luke. “Dulu Niall sering bergabung dengan kami tapi akhir-akhir ini dia suka menyendiri.” Ucap Luke.

            “Kau bukan Niall, Luk!” Ucap Ariana.

            Well, aku-lah yang menjadi juru bicara Niall karena Niall malas bicara.” Ucap Luke.

            Seperti ada sesuatu yang disembunyikan oleh Luke. Baginya, Niall adalah anak yang misterius. Niall tidak mau menjawab pertanyaannya dan saat ia memanggil nama Niall dari kejauhan, Niall tidak pernah menoleh ke arahnya. Sekarang Luke yang menjawab pertanyaannya yang berhubungan dengan Niall. Maksudnya apa?

            “Kalian berdua kelihatan aneh.” Ucap Ariana.

            “Bisakah kita membahas soal lain yang tidak berkaitan dengan Niall?” Tanya Vio yang sedaritadi diam.

            Bahkan Vio merasa tidak senang membicarakan Niall. Baiklah. Mungkin ia memang tidak boleh tau meski ia penasaran. Ariana melanjutkan makannya dan sempat melihat Niall yang berbisik di telinga Luke, entah apa yang dibisikkan Niall tapi sepertinya bisikan itu merupakan salah satu rahasia mereka yang tidak boleh ia ketahui.

***

            Zayn tampak sedih melihat Gigi yang tengah membereskan kopernya. Gadis itu akan pulang ke New York. Katanya, Gigi ingin menjenguk seseorang disana yang bagi Gigi sangat penting. Gigi tidak mau memberitahu pada Zayn mengenai sosok siapa yang akan ia jenguk tapi dari wajah Gigi saja, Zayn bisa menebak bahwa kekasihnya itu sangat mengkhawatirkan orang yang akan dijenguknya.

            “Dia terkena penyakit leukimia. Aku begitu sedih mendengarnya.” Jelas Gigi.

            Zayn ikutan sedih melihat wajah Gigi yang seperti ingin menangis. “Keluargamu?” Tanya Zayn.

            Gigi mengangguk. Sebuah taksi datang yang akan membawanya ke bandara. Sebelum masuk ke dalam taksi, Zayn memeluk Gigi dengan erat. Andaikam ia tidak ada kerjaan disini, Zayn pasti ikut ke New York dengan Gigi meski New York adalah tempat yang paling dibencinya. Zayn kesal kenapa gadis yang sangat dicintainya itu berasal dari New York.

            “Kau janji secepat ini akan kembali?” Tanya Zayn setelah melepaskan pelukannya.

            “Tentu saja. Aku akan mati jika berlama-lama disana.” Jawab Gigi.

            Zayn tersenyum kecil. “Aku harap saudaramu itu cepat sembuh.” Ucapnya.

            Taksi itu membawa pergi belahan jiwanya dan beberapa hari kedepannya Zayn tidak akan melihat Gigi. Pernah terbesit dipikirannya kalau-kalau orangtua Gigi menyuruh Gigi kembali ke New York sehingga ia tidak akan bertemu Gigi lagi. Menyebalkan! Kenapa Zayn tidak jatuh cinta dengan gadis Inggris saja?

            Awalnya Zayn ingin ke cafee-nya hanya untuk melihat-lihat, tetapi tubuhnya cukup lelah dan ia harus banyak istirahat. Akhirnya Zayn memutuskan pulang ke rumah. Sabar Zayn, Gigi pasti kembali. Setiba di rumah, Zayn melihat Ariana yang asyik bermain Iphone sambil tertawa. Ada apa dengan adiknya itu?

            “Hei! Kau tertawa tidak bagi-bagi.” Ucap Zayn mendekati Ariana.

            “Kau kak bikin kaget aja!” Ucap Ariana.

            “Apa yang kau baca? Novel?” Tanya Zayn. Lelaki itu hendak merebut Iphone Ariana tapi Ariana lebih cepat menjauhkan Iphone-nya dari Zayn.

            “Kau kenapa kak? Wajahmu terlihat menyedihkan.” Tanya Ariana.

            Zayn teringat akan perpisahannya dengan Gigi sekaligus merasa khawatir dengan salah satu anggota keluarga Gigi yang terkena penyakit leukimia.

            “Gigi pulang ke New York untuk menjenguk anggota keluarganya yang sakit.” Ucap Zayn.

            Wajah Ariana yang tadinya senang berubah menjadi sedih. “Semoga dia cepat sembuh. Kenapa kak Zayn tidak ikut kak Gigi saja? New York kota yang indah. Aku sangat merindukan New York.” Ucap Ariana.

            Sebisa mungkin Zayn tersenyum sambil menahan emosinya yang mendadak keluar. “Aku tidak mau kesana lagi.” Ucap Zayn.

            “Tapi aku ingin.” Ucap Ariana.

            Kemudian Zayn memilih masuk ke dalam kamarnya sebelum ia dikalahkan oleh emosinya. Sesampai di kamar, Zayn membuka bungkusan kertas yang ada benda di dalamnya. Benda yang sangat tipis. Benda yang tidak lain adalah lembar foto yang sudah lama ia simpan secara diam-diam. Jika Ariana tau, kemungkinan besar ingatan gadis itu menjadi pulih dan Zayn tidak mau hal itu terjadi.

            Zayn tersenyum sinis menatap foto itu. Disana ada seorang cowok yang Zayn akui sangat tampan namun ternyata cowok itu sangat jahat. Dimana kamu? Batin Zayn. Ingin sekali ia pergi ke New York dan membunuh cowok yang ada di dalam foto itu. Zayn tidak peduli dikatakan sebagai pembunuh asalkan ia bisa membunuh cowok itu.

             Tapi apakah ia berani membunuh cowok itu? Zayn menjadi pusing. Seharusnya ia bisa melupakan masa lalu itu. Seharusnya bukan ia yang marah dengan cowok itu, melainkan Ariana. Tapi bagaimana bisa Ariana marah sedangkan gadis itu mengalami amnesia?

***

            “Pesawat datang….”

            Ariana bagaikan gadis idiot karena tengah berusaha menyuapi Niall. Saat ini mereka berada di rumah Vio dan Ariana ingin mencoba membuat masakan yang pernah diajarkan oleh Ibunya. Masakannya sudah jadi tapi rasanya cukup aneh. Luke saja yang baru mencicipinya langsung ngacir ke kamar mandi sedangkan Vio sembunyi entah kemana.

            Hanya Niall yang masih bertahan dengan bubur yang dibuat Ariana. Rasanya hambar tapi Niall memaksakan diri untuk memakannya. Katanya, Niall tidak tega melihat bubur yang tidak dimakan itu. Tapi saat suapan ketiga, perut Niall serasa mual dan ingin muntah.

            “Aku tidak kuat lagi.” Ucap Niall.

            Ariana menjadi cemberut. Kenapa sih masakannya tidak enak? Padahal resep yang ia buat sama seperti resep Ibunya. Apa karena amnesia sialan ini Ariana jadi lupa dan salah resep? Tapi tidak mungkin deh. Luke dan Vio datang dengan wajah yang ketakutan. Vio bersembunyi di balik punggung Luke.

            “Oke, oke. Aku berjanji untuk tidak akan membuat bubur ini.” Ucap Ariana.

            Luke dan Vio berjalan mendekati Ariana dan Niall. Vio menyentuh pundak Niall. “Kau belum mati? Hebat.” Ucapnya bercanda.

            Ariana sempat melihat gaya bicara Vio pada Niall yang terkesan berbeda. Niall kenapa sih? Kalau begini caranya rasa penasarannya semakin parah dan mau tidak mau Ariana harus mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Niall.

            “Aku ingin pizza raksasa saat ini juga.” Ucap Niall.

            “Kalau begitu aku akan menelpon si tukang pizza. Aku juga ingin pizza.” Ucap Vio lalu mengambil Iphone-nya.

            Selanjutnya, Niall menatap Ariana yang juga sedang menatapnya. Cepat-cepat Niall menundukkan wajahnya. “Aku.. Aku penasaran denganmu. Sebenarnya kau kenapa sih?” Tanya Ariana tiba-tiba.

            “Nanti kau akan tau.” Ucap Luke.

            Ariana menatap Luke. “Kenapa kau yang menjawab?” Tanyanya.

            “Bagaimana kalau kita bermain monopoli?” Usul Niall.

***





Tidak ada komentar:

Posting Komentar