expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 10 November 2016

My Everything ( Part 3 )



Entah apa yang membuat ketiganya menjadi sahabat dan banyak yang iri dengan Ariana. Tentu saja mereka curiga kenapa Ariana bisa dengan mudahnya dekat dengan Luke tanpa berusaha payah mendekati Luke, bahkan Luke sendiri yang mengajak Ariana untuk bergabung dengannya dan Vio. Sudah seminggu mereka berteman. Ariana bahagia sekali memilki teman seperti mereka walau menurutnya sikapnya beda dengan Vio maupun Luke.

            Sore ini ketiganya berkumpul di rumah Vio. Baru pertama kalinya Ariana mendatangi rumah Vio yang nyaman. Sayangnya orangtua Vio sudah berpisah jadi Vio hanya tinggal bersama Ayahnya. Walau Ayahnya jarang pulang, tetapi Ayahnya selalu memperhatikan Vio dari jauh. Ayahnya selalu memberikan apa yang Vio inginkan, tapi Vio bukanlah anak yang manja dan segala keinginannya harus terpenuhi. Vio hanya ingin keluarganya kembali seperti sediakala walau rasanya mustahil.

            Dengan bantuan Luke, Ariana bisa mengejar materi pelajaran yang belum ia pelajari. Bagi Ariana, Luke adalah anak yang pintar, bahkan jenius. Luke bisa menguasai semua mata pelajaran. Entah apa isi otak Luke yang bisa membuatnya menjadi anak yang jenius. Cara mengajar Luke mudah dipahami oleh Ariana. Sekarang ini Ariana belajar bersama Luke di rumah Vio. Vio juga ikutan belajar. Walau selama ini ia dekat dengan Luke, tapi kepintaran otak Luke tidak bisa ditularkan ke otak Vio.

            Well, kau sangat pintar. Kau bisa dengan cepat memahami rumus yang aku berikan.” Ucap Luke. Cowok itu menatap jawaban yang Ariana kerjakan dengan puas.

            “Kalau soal ini gampang saja.” Ucap Ariana dengan nada sombong.

            Kemudian Vio datang sambil membawa tiga gelas es buah. Langsung saja Luke mengambilnya dengan gerakan cepat. Luke memang selalu begitu. Vio merasa beruntung memiliki sahabat seperti Luke, juga Luke adalah satu-satunya sahabat selama ini, setelah itu baru Ariana datang.

            “Ngomong-ngomong kenapa rumahmu sepi?” Tanya Ariana. Dia belum tau kalau orangtua Vio sudah cerai.

            Vio menarik nafas panjang. “Mereka berpisah. Kakak laki-laki-ku ikut dengan Mom sedangkan aku ikut dengan Dad.” Jawab Vio.

            “Oh aku sangat menyesal. Pasti menyakitkan ya.” Ucap Ariana.

            “Seperti itulah.” Ucap Vio.

            Belajar untuk hari ini selesai. Begitulah yang mereka lakukan setiap sore. Biasanya mereka berkumpul di rumah Luke dan sekarang mereka berkumpul di rumah Vio. Luke dan Vio belum pernah ke rumah Ariana.

            “Ayahku sudah meninggal lima tahun yang lalu. Jadi aku hanya tinggal bersama Mom dan kakak laki-lakiku.” Ucap Ariana.

            “Oh aku sangat sedih mendengarnya.” Ucap Vio.

            “Kenapa jadi membicarakan kesedihan?” Tanya Luke.

            Vio dan Ariana tertawa. “Ohya Luk, aku masih penasaran denganmu, kenapa sih kau tidak mau bermain bersama temanmu yang lain? Bukan berarti aku tidak suka kau berteman dengan Vio. Tapi alangkah baiknya jika kau mau berteman dengan anak-anak yang lain.” Ucapnya.

            “Begitulah aku. Walau kata orang aku pintar, tapi aku sulit bergaul dengan orang. Aku hanya bisa berteman dengan Vio, dan tentu saja kau.” Ucap Luke.

            “Jadi aku hebat dong bisa berteman denganmu. Pantasan banyak yang heran denganku kenapa aku bisa berteman dengan cowok ganteng bernama Luke Hemmings tapi memiliki sikap tertutup dan sulit berteman dengan orang.” Ucap Ariana.

            “Aku juga seperti Luke. Aku tidak bisa berteman dengan mereka karena mereka mengangapku aneh. Lihat saja penampilanku yang seperti ini.” Ucap Vio.

            Sudah sejak awal Ariana menganggap Vio adalah anak yang aneh tapi Ariana merasa nyaman berteman dengan Vio. Vio adalah teman yang baik, jadi jangan menilai orang dari luarnya saja.

            “Kau pasti tidak pernah pacaran kan?” Goda Ariana.

            Luke terkekeh. “Kau benar. Di usiaku yang ketujuh belas ini aku sama sekali tidak pernah pacaran. Vio juga. Tapi apa enaknya pacaran?” Ucap Luke.

            Ariana rasa ia juga tidak pernah pacaran. Gadis itu lupa bagaimana rasanya jatuh cinta dengan seseorang, menyukai seseorang saja ia tidak tau apa tanda-tandanya. Tapi diam-diam gadis itu berharap suatu hari nanti ia akan merasakan bagaimana jatuh cinta itu. Pastinya terasa indah.

            “Tapi kalian pernah kan merasakan jatuh cinta?” Tanya Ariana.

            Luke dan Vio saling berpandangan. Apa pertanyaan Ariana salah? “Tentu saja pernah.” Jawab Vio akhirnya.

            “Aku juga.” Tambah Luke.

            “Bagaimana rasanya? Aku ingin sekali merasakannya.” Tanya Ariana.

            “Jadi amnesia-mu cukup parah ya, bahkan kau sampai lupa bagaimana rasanya jatuh cinta dengan seseorang.” Ucap Vio.

            Separah itukah? Tapi Ariana merasa dirinya baik-baik saja. Ia masih mengingat pelajaran, mengingat siapa dirinya, orangtuanya, teman-teman kecilnya, hanya saja ia tidak bisa mengingat memori dua tahun belakangan ini. Tapi Ariana masing mengingat detik-detik dimana Ayahnya pergi meninggalkannya.

            “Menurutmu orang yang hilang ingatan itu bisa kembali tidak memori yang dia lupakan?” Tanya Ariana.

            “Kurasa bisa.” Jawab Luke.

            “Caranya?” Tanya Ariana.

            “Sepenting itukah waktu dua tahun yang kau lupakan?” Tanya Vio.

            Ariana terdiam mendengar pertanyaan Vio. Ia rasa tidak. Tidak ada hal yang penting selama dua tahun itu, artinya tidak ada hal yang harus ia ingat. Tapi kenapa rasanya Ariana ingin semua ingatannya kembali? Pasti ada sesuatu yang besar terjadi selama dua tahun itu.

            “Kalau kalian mau membantuku mengembalikan ingatanku walau rasanya tidak penting.” Ucap Ariana.

            “Mudah saja. Tanya saja Ibumu, dia kan tau bagaimana hidupmu, bahkan sejak kau lahir.” Ucap Vio.

            Percuma menanyakan pada Ibunya atau Zayn toh mereka tidak mau menjawabnya. Artinya ia harus mencari jawabannya sendiri. Tapi sudahlah. Mencari hal yang mustahil adalah pekerjaan sia-sia. Lagipula tidak ada kejadian penting selama dua tahun itu.

            “Tadi aku belum menjawab pertanyaan Ariana.” Ucap Luke.

            “Sudahlah. Untuk apa membahas masa lalu? Aku bahagia dengan hidupku yang sekarang. Tentunya bersama kalian.” Ucap Ariana sambil tersenyum.

***

            Lagi dan lagi. Ariana melihat Zayn yang sibuk bermain laptop, maksudnya chatting dengan gadis yang Zayn sukai. Ariana bisa melihat senyum bahagia di wajah Zayn sesekali Zayn tertawa. Siapa gadis itu? Zayn tentu tidak mau memberitahu padanya. Semoga gadis yang Zayn sukai adalah gadis yang baik. Nah kakaknya sudah jatuh cinta, tapi ia kapan?

            Ariana mendekati Zayn. Saking asyiknya chatting, Zayn tidak sadar di belakangnya ada Ariana yang ikutan membaca percakapan Zayn dengan akun facebook bernama Gigi S. Nama yang terdengar aneh. Namun foto profil di akun Gigi S. adalah seorang gadis cantik bak model. Ariana ragu jika pemilik akun itu memasang foto orang dan bukan wajah aslinya.

            “Hai kak!” Ucap Ariana akhirnya.

            Refleks Zayn menutup laptopnya sehingga menyebabkan laptopnya mati. Zayn membalikkan badan sambil menatap kesal wajah adiknya yang innocent. Adiknya itu selalu terlihat menggemaskan, seperti anak kecil. Tubuhnya yang mungil menandakan bahwa gadis itu harus dilindungi setiap saat. Tapi Zayn percaya bahwa Ariana adalah gadis yang kuat dan tidak perlu dijaga ketat.

            “Gigi S. Orangnya cantik lho kak. Itu foto asli atau foto orang?” Goda Ariana.

            Awas kau! Kalau kau jatuh cinta aku akan menggodamu lebih dari ini! Batin Zayn. “Itu memang fotonya. Gigi adalah seorang model dan aku jatuh cinta padanya. Aku tak menyangka dia mau membalas chat-ku padahal aku iseng mengirim pesan padanya.” Jawab Zayn.

            “Wah artinya kak Gigi suka sama kak Zayn. Kakak kan ganteng, mana ada cewek yang nolak kakak?” Ucap Ariana.

            Zayn langsung megacak-acak rambut Ariana. “Sudah malam. Sebaiknya kau tidur.” Ucapnya.

            “Oke. Kak Zayn juga. Semoga nanti kak Zayn memimpikan kak Gigi.” Ucap Ariana lalu pergi meninggalkan Zayn.

            Dia tidak berubah, batin Zayn.

***

            Tumben Ariana ngantuk berat padahal kemarin malam ia tidak terlambat tidur. Mungkin karena pelajarannya yang membosankan. Walau Ariana termasuk ke dalam murid yang pintar, tapi terkadang Ariana suka malas belajar. Apalagi Vio. Gadis itu pura-pura mendengarkan penjelasan guru tapi pikirannya kemana-mana.

            “Guru itu bicara apa sih?” Tanya Vio yang masih sempat saja noleh ke belakang.

            “Aku juga tidak tau. Kau nyatet tidak yang guru itu tulis di papan?” Jawab+Tanya Ariana.

            Vio tertawa kecil. “Aku? Nyatet tulisan yang ada di papan? Sekali saja aku melakukannya, Luke akan berlutut padaku lalu dia memintaku untuk menjadi pacarnya.” Ucapnya.

            Ariana tersenyum. “Kalian berdua memang cocok deh. Kenapa tidak pacaran saja?” Ucapnya.

            “Tidak Ari. Aku dan Luke hanya berteman. Kami tidak suka yang namanya pacaran. Selain itu aku tidak mencintai Luke. Kagum sih iya, tapi bukan berarti aku cinta dengan Luke.” Ucap Vio.

            Bel istirahat berbunyi. Seperti biasa, Ariana, Vio dan Luke pergi ke kantin. Mereka sudah memiliki tempat yang khusus dan tidak ada yang berani duduk di tempat mereka. Padahal masih banyak geng yang lebih keren dari mereka. Entahlah apa yang membuat mereka takut dengan sosok Luke ataupun Vio.

            “Hai.” Ucap seorang cowok.

            Baru saja Ariana hendak menggigit burger, ia disapa oleh seorang cowok yang wajahnya cukup tampan. Cowok itu tersenyum dan sepertinya nekat berkenalan dengan Ariana.

            “Louis apa yang kau lakukan disini?” Tanya Vio.

            Well, aku ingin berkenalan dengan Ariana. Sejak kemarin aku penasaran dengannya. Jadi benar kata orang. Ariana sangat manis.” Jawab Louis.

            Pipi Ariana memerah mendengar ucapan Louis. “Aku biasa saja. Jangan mengatakan kalau aku manis. Aku sangat tidak menyukainya.” Ucapnya.

            Sebenarnya Louis ingin bergabung disini tapi dia tidak enak. Rasanya seperti menganggu mereka. Sebelum kedatangan Ariana, Luke dan Vio selalu berdua dan tidak ada yang berani menganggu mereka kecuali sosok cowok berkaca mata yang menjadi murid ter-misterius di sekolah ini. Cowok berkacamata itu pernah bergabung dengan Luke dan Vio. Entah apa hubungan antara cowok berkacamata itu dengan Vio dan Luke.

            “Kenapa kalian tidak mau mengajak cowok tadi bergabung dengan kita?” Tanya Ariana.

            “Louis maksudmu? Tidak. Aku tidak suka ada orang asing walau bagiku Louis tidak asing bergabung dengan kami.” Jawab Vio.

            “Kalau begitu kenapa kalian mengajakku bergabung dengan kalian? Aku bahkan jauh lebih asing dari Louis ataupun lainnya.” Tanya Ariana.

            Vio terdiam. Namun Luke yang menjawab. “Alasan pertama karena Mom menyuruhku untuk mengajarimu materi-materi yang belum kau pelajari jadi mau tidak mau aku harus dekat denganmu. Dan kedua, Vio-lah orang pertama yang kau kenal di sekolah ini. Tapi sungguh kami berteman denganmu tanpa alasan.” Jelas Luke.

            “Tapi kalau kau ingin bermain dengan anak lain ya it’s ok asalkan jangan ajak gabung dengan kami.” Ucap Vio.

            Ariana tersenyum. “Kurasa aku juga hanya bisa berteman dengan kalian. Aku merasa aku adalah anak yang aneh.” Ucapnya.

            “Jadi aku aneh juga.” Ucap Luke sambil tertawa.

            Dari kejauhan, seorang cowok berkacamata melihat mereka dengan tatapan entahlah. Sebenarnya cowok itu ingin menemui mereka tapi hatinya ragu. Terutama saat pandangannya terpusat pada gadis manis yang akhir-akhir ini mengacaukan pikirannya. Tidak, aku tidak boleh menyukainya, batin cowok berkacamata itu lalu meninggalkan tempat itu.

***

            Seorang gadis bertubuh tinggi dan seksi tampak bingung melihat rumah yang entahlah apakah benar atau tidak. Gadis itu melihat jam di tangannya. Sudah lima belas menit ia berdiam diri di luar gerbang itu dan ragu untuk masuk ke dalamnya. Eh tapi gimana mau masuk sedangkan gerbangnya saja dikunci artinya penghuni rumah itu sedang tidak ada di rumah.

            Saat gadis itu membalikkan badan, datang seorang gadis manis yang menatapnya dengan tatapan kaget.

            “Kak Gigi ya?” Tanya gadis itu yang tidak lain adalah Ariana.

            Gadis itu tersenyum. Astaga senyumannya manis sekali. Ariana yakin sekali gadis cantik itu memang Gigi, sosok gadis yang berhasil membuat kakak-nya jatuh cinta. Sayangnya Zayn sedang tidak ada di rumah, entah kemana. Jadi Gigi pergi kesini tanpa memberitahu ke Zayn?

            “Aku Gigi. Kau siapa?” Jawab+Tanya Gigi.

            “Aku Ariana. Aku adiknya kak Zayn.” Jawab Ariana.

            Senyum Gigi melebar. “Aku tak menyangka Zayn memiliki adik perempuan yang manis.” Ucapnya.

            Selalu saja mereka mengatakan kalau ia manis tapi Ariana tidak yakin kalau dirinya manis. Ah sudahlah. Ariana mengajak Gigi masuk ke dalam. Keduanya duduk di teras.

            “Kak Zayn sedang tidak ada di rumah. Entahlah dia pergi kemana. Mungkin ke cafee-nya.” Jelas Ariana.

            “Wah jadi aku salah waktu. Tapi tak apa. Mungkin lain waktu aku kemari.” Ucap Gigi.

            “Memangnya kak Gigi tidak membuat janji sama kak Zayn? Harusnya kak Zayn yang menemui kak Gigi.” Ucap Ariana.

            Tiba-tiba saja pipi Gigi memerah. Wah sepertinya Gigi menyukai Zayn. “Aku hanya ingin membuat kejutan untuknya. Sayangnya Zayn tidak ada disini.” Ucapnya.

            “Oh, kalian pasti sering chatting di facebook ya? Tau tidak, kak Zayn suka senyum sendiri saat chatting sama kak Gigi.” Ucap Ariana.

            Bagi Gigi, Ariana adalah gadis yang menggemaskan. Dari ucapan Ariana tadi, ada sebersit kebahagiaan di hati Gigi. Ya. Sudah lama Gigi menyukai Zayn tapi pemuda itu cuek saja. Gigi tau Zayn sangat sibuk dan mungkin Zayn tidak bisa menyempatkan diri untuk pacaran. Jadi Gigi memilih untuk mundur. Namun entah apa yang membuat Zayn mengirim pesan di facebook dan pada akhirnya mereka sering chatting bersama walau Gigi sama sekali tak pernah bicara langsung dengan Zayn.

            “Kalau kak Gigi suka sama kak Zayn nyatain saja. Jangan nunggu kak Zayn yang duluan nyatain perasaannya. Sekarang tidak zaman cewek yang nunggu cowok untuk nyatain perasaannya.” Ucap Ariana.

            “Ah kamu ada-ada saja. Ya sudah kalau gitu aku pulang dulu ya tapi jangan bilang ke Zayn kalau aku kesini, oke?” Ucap Gigi.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar