“Aku ke
perpustakaan ya.” Ucap Ariana pada Vio dan Luke.
Ariana harus mengerjakan tugas dari
Miss Lina untuk memenuhi nilainya. Tugasnya cukup mudah. Ia disuruh pergi ke
perpustakaan lalu meringkas apa yang Miss Lina suruh. Vio dan Luke tidak ikut
karena pastinya tidak ada tugas yang mereka kerjakan dan mereka tidak ingin
menganggu Ariana.
Setiba di perpustakaan, Ariana duduk
di kursi paling ujung dekat jendela. Ia meletakkan peralatan tulisnya di atas
meja lalu mencari buku sesuai petunjuk Miss Lina. Sial. Buku itu berada di rak
paling atas dan ia tidak bisa meraihnya. Ariana kesal dengan dirinya, khusunya
tinggi badannya yang hanya bisa mencapai 155 cm. Padahal keluarganya
tinggi-tinggi. Tiba-tiba Ariana melihat seorang cowok berambut pirang yang juga
memilih-milih buku. Ariana memerhatikan cowok itu. Sepertinya ia pernah melihat
cowok itu sebelumnya.
“Hai bisa minta bantuannya tidak?”
Tanya Ariana sesopan mungkin.
Cowok itu tidak menjawab. Ariana
menjadi kesal. Cowok itu adalah cowok berkacamata yang ia tak sengaja lihat
saat pertama kali tiba di sekolah. Tampang cowok itu lumayan imut dan
sepertinya cowok itu tidak banyak bicara.
“Hai bisa minta bantuannya tidak?”
Tanya Ariana sekali lagi dengan suara yang lebih besar.
Tapi sama saja. Cowok itu tidak
menoleh ke arahnya. Dasar tuli! Kesal Ariana. Cowok itu terkesan sombong dan
Ariana sangat membenci orang yang sombong. Kenapa sih cowok itu tidak mau
meliriknya sedikit saja? Toh ia hanya meminta bantuan untuk mengambil buku yang
berada di rak paling atas.
Tiba-tiba saja cowok itu mengalihkan
pandang ke arahnya. Bukannya senang, Ariana melipat kedua tangannya di dada
sambil menatap cowok itu dengan kesal. Sementara cowok itu terdiam.
“Kenapa kau menatapku seperti itu?”
Tanya cowok itu.
“Kau tuli atau pura-pura tidak
dengar sih?” Tanya Ariana.
Cowok itu terdiam. Namun jika
diperhatikan baik-baik, wajahnya cukup pucat dan seperti tengah berusaha
menahan sakit di hatinya akibat ucapan gadis itu. Semoga aku tidak salah
dengar, pasti aku salah dengar, bukan salah dengar, maksudnya salah
mengartikan, batin cowok itu lalu duduk tak jauh dari tempat Ariana.
Ariana memutuskan kembali menatap
buku itu. Bagaimana cara untuk mengambilnya? Gadis itu menjinjitkan kakinya dan
berusaha memaksimalkan panjang tangannya(?)untuk meraih buku itu. Ayo sedikit
lagi! Kau pasti bisa! Dukung Ariana pada dirinya sendiri. Namun kemudian Ariana
melihat tangan putih yang mengambil buku itu. Ariana refleks menoleh ke samping
kanan. Cowok itu! Cowok yang tadi tidak mendengar ucapannya dan sekarang dia
membantunya mengambil buku itu? Mau cowok itu apa sih?
“Ini.” Ucap cowok itu memberi buku
yang Ariana maksud.
Ariana menerimanya. “Thanks.” Ucapnya singkat lalu kembali ke
tempatnya.
Jika saja Ariana memerhatikan cowok
itu, dia akan merasa malu sekaligus heran karena cowok yang tadi menolonnya
terus saja menatapnya. Bagi Ariana, cowok tadi itu tidak penting dan Ariana
tidak berkeinginan berkenalan dengan cowok itu.
Kurang lebih satu jam Ariana
mengerjakan tugas dari Miss Lina. Ariana merapikan semua barang yang ia bawa ke
perpustakaan. Ariana menatap cowok tadi yang masih duduk sambil membaca novel
yang tebal. Lho kenapa aku jadi penasaran dengannya? Lama Ariana menatap cowok
itu, cowok itu beralih menatapnya. Cepat-cepat Ariana mengalihkan pandang lalu
meninggalkan perpustakaan, sedangkan buku yang tadi ia gunakan ia taruh asal.
***
Sepulang sekolah, Ariana heran
dengan sikap Ibunya yang seakan-akan ingin memberinya kejutan. Padahal hari ini
bukan hari ulang tahunnya. Ibunya memasang kain di mata-nya agar ia tidak bisa
melihat. Ariana pasrah saja. Dengan hati-hati, Ibunya menuntut-nya menuju
tempat yang Ariana sendiri tidak tau.
“Sekarang buka kain itu.” Ucap
Ibunya.
Jantung Ariana sedikit
berdebar-debar. Gadis itu membuka kain di matanya dan dia bisa melihat dengan
jelas apa yang ada di hadapannya. Sebuah piano klasik yang mengingatkannya akan
nenek-nya yang jago bermain piano.
“Bukankah itu piano Grandma?” Tanya Ariana.
Ibunya tersenyum. “Tentu saja! Mom
ingin kau bisa bermain piano. Mom yakin sekali kau bakat bermain piano.”
Ucapnya.
Langsung saja Ariana memeluk Ibunya.
Ya. Tidak ada salahnya mencoba menekan tuts-tuts yang ada di piano itu. Ariana
duduk di kursi yang sudah ada di dekat piano itu. Jari-jarinya yang lentik
mulai menekan tuts piano itu. Ariana menciptakan nada yang asal-asalan namun
enak di dengar.
“Tuh kan baru pegang saja suah
jago.” Ucap Ibunya.
“Aku akan terus berlatih. Aku ingin
menjadi pianis terkenal seperti Grandma.” Ucap Ariana.
Ariana masih mengingat masa lalunya,
tapi syukurlah dia melupakan masa lalu dua tahun belakangan ini, batin Ibunya
lega. Ibunya memutuskan membiarkan Ariana asyik dengan dunianya.
***
“Hai bro!”
Suara Liam mengagetkannya. Zayn yang
sedang makan sambil melamun ( atau melamun sambil makan? ) mendadak kaget
akibat suara Liam, sahabatnya itu, padahal sapaan Liam santai-santai saja.
“Biar aku tebak. Kau pasti
memikirkan Gigi kan?” Tanya Liam.
“Tidak.” Jawab Zayn.
Liam tertawa. “Kau sangat payah
menyembunyikan sesuatu. Ayolah, kurasa Gigi juga menyukaimu jadi apa salahnya
menyatakan cinta padanya?” Ucap Liam semangat.
Lho kok Liam yang semangat?
Seharusnya Zayn yang semangat. Tapi sungguh Zayn tidak memikirkan Gigi,
melainkan memikirkan seorang cowok yang saat ini ingin ia bunuh. Cowok yang ada
hubungannya dengan masa lalu Ariana. Tapi dimana cowok itu? Ah ya cowok itu
tinggal di New York. Zayn sering bertemu cowok itu saat ia pulang ke New York.
Cowok yang kelihatan manis namun sebenarnya cowok itu sangat jahat.
“Kau masih ingat tentang anak
laki-laki yang ingin sekali aku bunuh itu?” Tanya Zayn.
Liam mengangkat sebelah alisnya.
“Kau masih dendam dengannya? Sudahlah Zayn. Ariana saja tidak ambil pusing.”
Ucapnya.
Tiba-tiba Zayn memukul meja. “Ariana
amnesia! Dia tidak bisa mengingat si brengsek itu!” Bentak Zayn.
“Keep
calm, man. Meski ini cafee-mu, kau harus tenang dan jangan membuat
pengunjung kebingungan karena sikapmu itu.” Ucap Liam.
“Tapi emosiku selalu naik jika aku
mengingat cowok itu!” Ucap Zayn.
“Aku bisa merasakan kebencianmu
dengan cowok itu. Tapi setidaknya Ariana baik-baik saja kan?” Ucap Liam.
Dari arah masuk cafee, muncul
seorang gadis cantik yang tidak sengaja menatap dua pria tampan itu. Gadis itu
tersenyum lalu menunduk. Liam yang melihat kedatangan gadis itu langsung
menyenggol Zayn.
“Itu Gigi!” Ucap Liam.
Zayn menoleh ke arah yang Liam
maksud. Zayn menelan ludahnya. Disana Gigi terlihat cantik walau dari belakang.
Rasanya sulit menyatakan perasaannya ke Gigi. Selain itu, Zayn teringat akan
janjinya bahwa ia tidak mau pacaran sebelum memberi pelajaran kepada cowok yang
dulu sudah menghancurkan Ariana.
“Apa aku harus ke New York?” Tanya
Zayn.
“New York? Kau sangat sibuk disini.
Ayolah Zayn, lupakan cowok itu dan fokus ke Gigi. Fokus! Kalau tidak, jangan
salahkan aku yang esoknya menggandeng tangan Gigi dengan mesra.” Ucap Liam.
“Lakukan saja kalau kau ingin
kehilangan nyawamu.” Ucap Zayn.
Tentu saja Liam tertawa mendengar
ucapan Zayn.
***
“Kau tampak bahagia hari ini. Ada
apa?” Tanya Vio.
Tentu saja Ariana bahagia karena
piano yang ia dapatkan dan Ariana senang bermain piano. Ariana berharap Vio
maupun Luke juga menyukai musik. Artinya hobi mereka sama.
“Kemarin Mom memberiku piano yang
adalah milik Grandma. Dulu, Grandma adalah pianis terkenal.” Jawab Ariana.
“Kau menyukai musik?” Tanya Luke.
Ariana tersenyum. “Tentu saja! Aku
suka menyanyi dan bermain piano walau sebagai pemula. Tapi aku akan berusaha
menjadi pianis terkenal seperti Grandma.” Ucapnya.
Kemudian Luke menarik tangannya lalu
mengajak Ariana pergi ke suatu tempat. Vio mengikuti keduanya dari belakang.
Sepertinya gadis itu tau akan kemana Luke membawa Ariana. Menurutnya, Luke sama
Ariana cocok. Mereka sama-sama manis. Dugaan Vio benar. Luke membawa Ariana ke
ruang musik.
“Untuk apa kau membawaku ke ruang
musik?” Tanya Ariana.
“Well,
katamu tadi kau suka menyanyi dan bisa bermain piano. Jadi kau harus
membuktikan ucapanmu.” Ucap Luke.
Vio yang barusan datang
menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan Luke. Tapi sepertinya Ariana tidak
mau menuruti ucapan Luke. Lagipula permainan piano gadis itu masih terbilang
payah. Apalagi jika bermain dihadapan Vio dan Luke.
“Aku tidak mau!” Ucap Ariana.
“Kau harus mau!” Ucap Luke.
Ariana mendengus kesal. Tapi tidak
ada salahnya juga kan bernyanyi sambil main piano disini? Ariana menengok ke
dalam. Ruang musik tampak sepi. Tidak ada siapa-siapa di dalam sana. Bagi orang
seperti Luke tentu saja mudah masuk ke dalam ruang musik bahkan ruang manapun.
“Tapi aku malu, Luk.” Ucap Ariana.
Luke tertawa lalu mengacak-acak rambut
Ariana. “Kau sama seperti sepupuku. Dia cukup pemalu dan tidak mau menampilkan
bakatnya.” Ucapnya.
Baiklah. Ariana tidak mau berdebat
dengan Luke. Percuma berdebat dengan cowok itu. Gadis itu pun masuk ke ruang
musik yang tentu saja isinya adalah alat-alat musik. Semua alat-alat musik
tertata rapi. Alangkah indahnya jika ia selalu berada di tempat ini jadi Ariana
bisa memainkan semua alat musik walau ia sendiri tidak bisa.
Tatapannya tertuju pada piano yang
mirip dengan piano Grandmanya, hanya saja piano disini terlihat lebih modern.
Ariana duduk di kursi dekat piano itu lalu mulai menekan tuts piano itu.
“Kau benar. Kau pandai bermain
piano.” Ucap Vio.
Ariana tersenyum malu. Padahal ia
hanya menekan tuts piano asal-asalan. Satu-satunya lagu yang bisa ia nyanyikan
adalah My Immortal oleh Band Rock bernama Evanescene. Butuh waktu berjam-jam
baginya menyanyikan lagu itu diiringi piano dengan sempurna.
“Ayo kau harus nyanyi lagu apa
saja!” Ucap Luke.
Oke. Sebelumnya Ariana menarik nafas
dalam-dalam. Jari-jarinya kembali menekan tuts piano dan kali ini dia tampak
serius. Ariana begitu meresapi lagu yang akan dia nyanyikan sementara Vio dan
Luke terdiam melihat Ariana. Diam-diam keduanya kagum dengan Ariana. Justru
Ariana sangat berbakat di bidang musik.
“I'm
so tired of being here, suppressed by all my childish fears
And if you have to leave, I wish that
you would just leave
Cause your presence still lingers
here and it won't leave me alone
These wounds won't seem to heal, this
pain is just too real
There's just too much that time
cannot erase..”
Baik Vio maupun Luke merinding
mendengar suara Ariana yang benar-benar bagus. Bahkan menurut Luke, lagu itu
lebih bagus dinyanyikan oleh Ariana ketimbang penyanyi aslinya. Diam-diam Luke
memerhatikan wajah Ariana yang seakan-akan menangis karena lagu yang
dinyanyikannya begitu sedih.
“When
you cried I'd wipe away all of your tears
When you'd scream I'd fight away all
of your fears
And I held your hand through all of
these years
But you still have all of me
I've tried so hard to tell myself
that you're gone
But though you're still with me
I've been alone all along…”
Setelah Ariana selesai menyanyikan lagu itu, Luke dan Vio bertepuk
tangan. Vio langsung memeluk Ariana. Gadis itu jadi ingin bisa bermain piano
seperti Ariana. Tapi sayangnya Vio hanya bisa bermain gitar sama seperti Luke.
Di luar sana, seorang cowok berkacamata yang tidak lain adalah cowok yang
pernah membantu Ariana mengambil buku di perpustakaan itu tersenyum kecil.
Ternyata Ariana menyukai musik dan jago bermain piano meski… Ah sudahlah.
Kemudian cowok itu meninggalkan ruang musik sebelum ketahuan yang di dalam
sana.
“Nanti saat acara sekolah kau harus tampil di panggung!” Ucap Vio.
“Tidak ah. Aku tidak mau. Kalau aku salah lirik atau salah nekan tuts-nya
gimana dong?” Tolak Ariana.
“Kau ini.. Hal seperti itu saja dipikirkan.” Ucap Luke.
Ariana cemberut. “Bisa saja kan?” Ucapnya.
***
Sore menjelang malam Ariana sibuk
membaca buku di ruang tamu karena besok ada tes biologi. Bagaimanapun juga
nilainya harus bagus sekalian mengalahkan nilai Luke walau rasanya mustahil.
Yang membuatnya kesal, saat tes, Vio selalu bertanya padanya dan jika ia
ketahuan guru, bukan Vio yang disalahkan melainkan dirinya. Bukankah itu
mengesalkan?
Ariana baru sadar melihat kakaknya
yang mondar-mandir tidak jelas. Ada apa dengan Zayn? Apakah Zayn sedang
memikirkan bidadarinya itu? Bagi Ariana, Zayn adalah pria yang payah dalam
berhadapan dengan wanita. Gigi adalah gadis yang baik dan Ariana yakin Gigi
juga menyukai Zayn, artinya cinta Zayn tidak bertepuk sebelah tangan.
“Sudahlah kak jangan galau seperti
itu. Sekarang kak Zayn ke rumah kak Gigi saja, kasih dia bunga, berlutut di
hadapan kak Gigi sambil nyium tangan kak Gigi.” Ucap Ariana.
Zayn menoleh ke adiknya. “Kau ini,
ada masalah lain yang sedang aku pikirkan.” Ucapnya.
“Masalah apa?” Tanya Ariana.
Siapa lagi kalau bukan sosok cowok
yang sangat dibenci Zayn? Zayn memang begitu. Anaknya pendendam dan sulit
memaafkan orang lain. Segala nasehat yang ia dapatkan dari Liam berlalu begitu
saja. Tapi apa gunanya memikirkan cowok itu? Toh Ariana baik-baik saja kan?
Tapi Zayn masih sakit hati akibat kejadian dulu dan Ariana tidak boleh
mengetahuinya.
“Baiklah aku akan ke rumah Gigi.”
Ucap Zayn.
Ariana tersenyum lalu berucap dalam
hati. ‘Semoga kak Gigi tidak ada di rumah jadi kejadiannya mirip saat kak Gigi
yang datang kesini tapi orang yang dicarinya tidak ada.’
***
Casino Finder (New York) - Mapyro
BalasHapusFind Casino 계룡 출장마사지 Finder (New 동두천 출장안마 York) location in New York, United 강원도 출장안마 States 당진 출장마사지 and 10093 other local reviews. 경상북도 출장마사지 Casino Finder. Find Casino Finder.