expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 10 November 2016

My Everything ( Part 6 )



“Rumahmu bagus juga. Sederhana tapi nyaman.” Ucap Luke.

            Mereka duduk di teras. Zayn mungkin masih berada di cafee dan pulangnya tidak tentu. Tentu saja Zayn tidak selalu ada di cafee-nya karena disana ada yang menjaga cafee-nya. Zayn emang hebat, sudah punya anak buah.

            “Mana kakakmu? Aku penasaran.” Ucap Vio.

            Luke langsung menjitak kepala Vio. “Kau ini kesini hanya untuk kenalan sama kakaknya Ariana yang belum tentu tampan.” Ucapnya.

            Vio menatap Luke tajam. “Kau cemburu? Tak kusangka jadi selama ini kau diam-diam menyimpan perasaan padaku.” Ucapnya.

            “Aku masuk dulu ya. Mau ambil makanan untuk kalian.” Ucap Ariana lalu masuk ke dalam rumah.

            “BAWA MAKANAN YANG BANYAK YAA!!” Teriak Vio.

            Kini tinggal Luke dan Vio di teras rumah Ariana. “Hei Luk, bukankah sebaiknya kita mengajak ‘anak pendiam’ itu gabung dengan kita? Aku kangen sama dia.” Ucap Vio.

            Luke tentu tau siapa ‘anak pendiam’ yang dimaksud Vio. “Percuma ajak dia. Dia tidak mau bergaul dengan siapapun.” Ucapnya.

            Desahan nafas Luke terdengar berat. Susah sekali mengajak orang yang dibicarakan Vio tadi padahal dulu ia dan orang itu sangat dekat bahkan bisa dibilang mirip. Sikap orang itu berubah ketika hal buruk menimpanya. Bukan hal buruk yang biasa, namun hal buruk yang mampu membuat orang itu ingin mati saat itu juga.

            “Aku kasihan sama dia. Hanya orang hebat yang bisa membuat keceriaannya kembali seperti sedia kala.” Ucap Vio.

            “Dia itu putus asa. Bayangkan kalau kau ada di posisinya. Kalau aku ada di posisinya, aku pasti sudah bunuh diri.” Ucap Luke.

            Vio menatap Luke kasihan. “Artinya kita harus men-syukuri nikmat Tuhan yang Dia beri pada kita.” Ucapnya.

            Kemudian Ariana datang bersama Ibunya. Ariana membawa tiga gelas jus melon sedangkan Ibunya membawa tiga piring makanan yang bau-nya bisa bikin perut lapar saat itu juga. Ternyata Ibunya membuat pancake istimewa dengan bumbu yang sangat berbeda.

            “Apa kabar Luk?” Sapa Ibu Ariana.

            “Baik. Aunty sendiri?” Jawab+Tanya Luke.

            “Sangat baik.” Jawab Ibu Ariana.

            “Ehem, sok akrab sama calon mertua.” Goda Vio tapi tidak digubris Ibu Ariana dan Luke.

            Setelah Ibunya pergi, Ariana melihat Luke dan Vio yang langsung melahap pancake itu seakan-akan melakukan lomba, siapa duluan yang berhasil menghabiskan pancake, maka dialah pemenangnya. Vio-lah pemenangnya karena selain tomboy, Vio jago makan, bahkan Ariana mengaku kalah dengan Vio.

            “Pancake buatan Ibumu enak sekali. Aku menyesal memakan pancake ini dengan cepat tanpa menikmati keenakan di setiap gigitannya.” Ucap Luke.

            “Dasar lebay! Ngomong-ngomong dimana kakakmu?” Tanya Vio.

            “Dia belum pulang.” Jawab Ariana.

            “Kau pernah bilang kalau kakakmu mempunyai cafee.” Ucap Luke.

            “Iya. Kapan-kapan kita kesana.” Ucap Ariana.

            Dari arah pintu gerbang, muncul sosok pria yang tidak lain adalah Zayn. Mata Vio melebar melihat kedatangan pangeran dari khayangan itu. Dari jauh saja sudah terlihat tampan apalagi dari jarak yang dekat.

            “Itu kakakmu?” Tanya Vio.

            “Iya.” Jawab Ariana.

            Zayn berjalan menuju teras. Agak kaget melihat gadis yang Zayn rasa ‘tidak benar’ karena penampilannya yang mengerikan. Jadi itu teman Ariana? Hebat! Ariana mendapatkan teman seperti itu.

            “Hai cowok ganteng! Aku Violet, sahabat Ariana. Panggil saja Vio.” Ucap Vio percaya diri, atau terlalu percaya diri?

            Bukan hanya Luke yang bergidik ngeri dengan ucapan Vio, Zayn juga. Dia menatap Ariana berusaha mendapat penjelasan dari Ariana tentang gadis aneh itu.

            “Biasa kak, Vio selalu tidak tahan melihat cowok ganteng seperti kak Zayn. Tapi Vio anaknya baik kok.” Jelas Ariana.

            Zayn mengangguk-angguk, lalu dia mengalihkan pandang ke arah cowok berambut cokelat. “Kau siapa?” Tanya Zayn.

            “Ismuka Lukman Hamid.” Ucap Luke.

            “Apa loe bilang?” Tanya Vio.

            “Dia Luke kak, anak kepala sekolah.” Jelas Ariana.

            Zayn menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kesambet apa kau dek bisa berteman dengan dua alien itu.” Ucapnya lalu masuk ke dalam.

            “Jadi alien cantik leh ugha.” Ucap Vio.

            Selanjutnya, mereka membahas tentang pelajaran yang tadi dijelaskan oleh guru. Khususnya matematika karena matematika adalah pelajaran yang paling susah dimengerti. Ariana sendiri kadang-kadang bingung bahkan pernah stress dikerjain oleh matematika(?). Luke sibuk menerangkan rumus-rumus berikut contoh soal yang bisa membuat otak siapa saja stress ( Kalo Luke yang ngajarin dijamin seneng deh dan langsung jago matematika :D )

            “Soal apa soal ini? Kenapa hasilnya bisa menjadi sin 120°?” Dumel Vio.

            Lama-lama Luke bisa kena penyakit darah tinggi kalau terus-terusan mengajari Vio sedangkan gadis itu tidak paham-paham juga padahal soalnya guuuuuampang banget. Kalau Ariana sih cepat paham walau saat ulangan suka lupa rumus. Tiba-tiba iphone Luke berbunyi. Luke meminta izin untuk menjauh sebentar. Vio jadi curiga kalau Luke ditelpon sama ceweknya.

            Tidak sampai satu menit Luke kembali ke teras. Ekspresi wajahnya berubah menjadi tidak baik. Apa yang sedang terjadi? Luke menatap Vio yang hanya Vio sendiri yang bisa mengartikan tatapan itu.

            “Ar, kami pulang dulu ya.” Ucap Vio.

            “Lho kenapa? Memangnya ada apa?” Tanya Ariana.

            “Ada masalah sedikit. Tapi kami bisa mengatasinya.” Jawab Luke, entah dia berbohong atau tidak.

            Ariana membiarkan Luke dan Vio pulang walau sejujurnya ia penasaran apa yang sedang terjadi pada keduanya. Yang jelas ada hubungannya dengan orang yang tadi menelpon Luke.

***

            Makan malam dimulai. Walau menunya sederhana, tapi Ariana begitu menikmati makan malam itu. Di sela makannya, Ariana iseng meerhatikan Zayn. Zayn seperti sedang memikirkan sesuatu dan selera makannya sudah sangat jelas tidak ada. Sedaritadi Zayn hanya mengaduk soup-nya tanpa memakannya.

            Selesai makan, Ariana mencari Zayn. Ternyata kakaknya itu duduk di teras. Ariana pun duduk di samping Zayn sambil mencoba menebak apa yang dipikirkan Zayn.

            “Kak Gigi?” Tebak Ariana.

            Zayn menoleh ke Ariana. “Well, tadi aku dan dia sudah bicara. Gigi mengatakan kalau dia tidak percaya bisa bicara denganku dan aku mau membalas ucapannya. Selama ini Gigi mengira aku adalah anak yang sombong dan tidak mau bicara dengan orang lain.” Ucap Zayn.

            “Wah jadi selama ini kak Gigi memerhatikanmu dong?” Tanya Ariana.

            I think so.” Ucap Zayn.

            Ariana bersandar di bahu Zayn sambil menatap langit gelap yang hanya dihiasi beberapa bintang. “Jatuh cinta itu seperti apa?” Tanya Ariana.

            Zayn menjadi ragu dan takut akan pertanyaan Ariana. Kenapa adiknya itu ingin merasakan cinta sih? “Actually, I don’t know definition of fall in love.” Jawab Zayn.

            “Ah kak Zayn pasti tau, buktinya kak Zayn sudah jatuh cinta sama kak Gigi. Rasanya gimana?” Ucap Ariana.

            Zayn tersenyum. “Entah. Tapi saat kau menemukan orangnya, kau tidak akan pernah bisa berhenti memikirkannya. Wajahnya akan terus menghiasi pikiranmu. Kau juga merasa takut kehilangannya walau dia bukan milikmu, dan jika dia sudah mencintai seseorang, hatimu akan dibuat sakit olehnya.” Ucapnya.

            “Kok menakutkan ya?” Tanya Ariana.

            “Apa yang ditakutkan?” Tanya Zayn.

            “Seandainya orang yang kita cintai tidak mencintai kita.” Jawab Ariana.

            Zayn menghela nafas panjang. “Karena itulah lebih baik dicintai daripada mencintai.” Ucap Zayn.

***

            Hari ini ada tes matematika mendadak tentang persamaan trigonometri. Tentu saja murid-murid pada heboh karena belum belajar, kalaupun sudah belajar hanya kemungkinan kecil mereka bisa menjawabnya. Ariana merasa bersyukur-walau sedikit-karena kemarin ia sudah belajar bersama Luke. Ariana iseng melirik Luke. Kalian tau apa yang sedang dilakukan Luke? Cowok itu terlihat santai sambil memasang headset di telinganya tanpa takut dengan tes matematika yang sebentar lagi dilakukan.

            Luke. Ariana emang dekat dengan Luke tapi Ariana sama sekali tidak merasakan apapun yang berhubungan dengan cinta. Biasa saja. Ariana tidak pernah memikirkan Luke, artinya ia tidak memiliki perasaan apapun pada Luke padahal hampir semua murid cewek di sekolahnya naksir sama Luke. Artinya, Luke bukan orangnya. Ariana berpikir kalau ia ingin mencari orang yang bisa membuatnya merasakan apa itu cinta meski ia tau apa akibatnya jika orang yang ia cintai tidak mencintainya.

            “Gawat Ar! Tempat duduknya di acak. Semoga aku duduk di dekat Luke.” Ucap Vio.

            Sayangnya Vio duduk di kursi paling depan, bahkan di depan guru jadi dia tidak bisa berkutik apapun. Dan kalau nilainya jelek, Vio bakal malu setengah mati sedangkan sehari-hari ia selalu belajar dengan Luke.

            “Semangat Vio!” Teriak Luke.

            Vio cemberut sekaligus pasrah. Luke ditempatkan di belakang, sama seperti Ariana. Kenapa yang pintar-pintar ditempatkan di kursi paling belakang sih? Pintar sekali guru itu. Tes matematika pun dimulai. Vio berharap soalnya mudah walau harapannya tidak akan pernah terwujud.

***

            “Gila! Soalnya sulit sekali! Aku bahkan tidak tau satupun dari soal itu.” Ucap Vio.

            Saat ini mereka duduk di kantin sambil mengisi perut mereka. “Soalnya memang susah. Aku hanya ketemu dua jawaban, kalaupun itu benar.” Ucap Ariana.

            “Masa lalu biarkanlah berlalu. Let’s we talk another topic.” Ucap Luke.

            “Kau enak Luk. Apa sih yang ada diotakmu?” Tanya Vio.

            Luke tertawa.

            “Aku ingin menanyakan sesuatu pada kalian.” Ucap Ariana.

            “Apa?” Tanya Vio.

            Ariana berpikir sesaat. “Kalian pernah kan jatuh cinta?” Tanyanya.

            Luke dan Vio saling berpandangan. Bukankah sebelumnya Ariana pernah menanyakan hal itu? Vio menduga kalau Ariana ingin merasakan apa itu cinta. Kalau begitu, Vio sanggup membantu Ariana agar gadis itu bisa jatuh cinta.

            “Apa pentingnya cinta?” Tanya Luke.

            Ariana menatap Luke bingung. “Kau tidak suka dengan cinta? Apa dulu kau pernah disakiti oleh seseorang?” Tanyanya.

            Bukannya Luke yang menjawab, tapi Vio yang menjawab. “Luke itu cowok tidak normal. Jangan bertanya apapun ke dia tentang cinta. Tanya aja sama aku, aku kan ahlinya.” Ucap Vio.

            Luke menatap Vio kesal sedangkan Ariana berusaha menahan tawanya. “Aku rasa kau tau apa yang sangat aku inginkan saat ini.” Ucapnya pada Vio.

            “Kau ingin jatuh cinta dengan seseorang?” Tanya Vio.

            “Yap!” Jawab Ariana.

            I can help you. Tapi menurutku jatuh cinta itu tidak enak. Apalagi melihat orang yang kau cintai tidak mencintaimu bahkan sudah punya pacar.” Ucap Vio.

            Itulah yang Ariana takutkan, Zayn juga mengatakan hal seperti itu. Tapi bagaimanapun juga ia harus siap menerima apapun akibatnya. Ariana siap menerima apapun kesakitan yang diakibatkan oleh cinta. Tapi bukankah cinta itu bukan untuk menyakiti melainkan adalah saling melengkapi untuk menjadi sempurna?

            “Artinya kau harus mencintai orang yang lebih dulu mencintaimu.” Ucap Luke.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar