“Rumahmu
bagus juga. Sederhana tapi nyaman.” Ucap Luke.
Mereka duduk di teras. Zayn mungkin
masih berada di cafee dan pulangnya tidak tentu. Tentu saja Zayn tidak selalu
ada di cafee-nya karena disana ada yang menjaga cafee-nya. Zayn emang hebat,
sudah punya anak buah.
“Mana kakakmu? Aku penasaran.” Ucap
Vio.
Luke langsung menjitak kepala Vio.
“Kau ini kesini hanya untuk kenalan sama kakaknya Ariana yang belum tentu
tampan.” Ucapnya.
Vio menatap Luke tajam. “Kau
cemburu? Tak kusangka jadi selama ini kau diam-diam menyimpan perasaan padaku.”
Ucapnya.
“Aku masuk dulu ya. Mau ambil
makanan untuk kalian.” Ucap Ariana lalu masuk ke dalam rumah.
“BAWA MAKANAN YANG BANYAK YAA!!”
Teriak Vio.
Kini tinggal Luke dan Vio di teras
rumah Ariana. “Hei Luk, bukankah sebaiknya kita mengajak ‘anak pendiam’ itu
gabung dengan kita? Aku kangen sama dia.” Ucap Vio.
Luke tentu tau siapa ‘anak pendiam’
yang dimaksud Vio. “Percuma ajak dia. Dia tidak mau bergaul dengan siapapun.”
Ucapnya.
Desahan nafas Luke terdengar berat.
Susah sekali mengajak orang yang dibicarakan Vio tadi padahal dulu ia dan orang
itu sangat dekat bahkan bisa dibilang mirip. Sikap orang itu berubah ketika hal
buruk menimpanya. Bukan hal buruk yang biasa, namun hal buruk yang mampu
membuat orang itu ingin mati saat itu juga.
“Aku kasihan sama dia. Hanya orang
hebat yang bisa membuat keceriaannya kembali seperti sedia kala.” Ucap Vio.
“Dia itu putus asa. Bayangkan kalau
kau ada di posisinya. Kalau aku ada di posisinya, aku pasti sudah bunuh diri.”
Ucap Luke.
Vio menatap Luke kasihan. “Artinya
kita harus men-syukuri nikmat Tuhan yang Dia beri pada kita.” Ucapnya.
Kemudian Ariana datang bersama
Ibunya. Ariana membawa tiga gelas jus melon sedangkan Ibunya membawa tiga
piring makanan yang bau-nya bisa bikin perut lapar saat itu juga. Ternyata
Ibunya membuat pancake istimewa
dengan bumbu yang sangat berbeda.
“Apa kabar Luk?” Sapa Ibu Ariana.
“Baik. Aunty sendiri?” Jawab+Tanya Luke.
“Sangat baik.” Jawab Ibu Ariana.
“Ehem, sok akrab sama calon mertua.”
Goda Vio tapi tidak digubris Ibu Ariana dan Luke.
Setelah Ibunya pergi, Ariana melihat
Luke dan Vio yang langsung melahap pancake itu seakan-akan melakukan lomba,
siapa duluan yang berhasil menghabiskan pancake, maka dialah pemenangnya.
Vio-lah pemenangnya karena selain tomboy, Vio jago makan, bahkan Ariana mengaku
kalah dengan Vio.
“Pancake buatan Ibumu enak sekali.
Aku menyesal memakan pancake ini dengan cepat tanpa menikmati keenakan di
setiap gigitannya.” Ucap Luke.
“Dasar lebay! Ngomong-ngomong dimana
kakakmu?” Tanya Vio.
“Dia belum pulang.” Jawab Ariana.
“Kau pernah bilang kalau kakakmu
mempunyai cafee.” Ucap Luke.
“Iya. Kapan-kapan kita kesana.” Ucap
Ariana.
Dari arah pintu gerbang, muncul
sosok pria yang tidak lain adalah Zayn. Mata Vio melebar melihat kedatangan
pangeran dari khayangan itu. Dari jauh saja sudah terlihat tampan apalagi dari
jarak yang dekat.
“Itu kakakmu?” Tanya Vio.
“Iya.” Jawab Ariana.
Zayn berjalan menuju teras. Agak
kaget melihat gadis yang Zayn rasa ‘tidak benar’ karena penampilannya yang
mengerikan. Jadi itu teman Ariana? Hebat! Ariana mendapatkan teman seperti itu.
“Hai cowok ganteng! Aku Violet,
sahabat Ariana. Panggil saja Vio.” Ucap Vio percaya diri, atau terlalu percaya
diri?
Bukan hanya Luke yang bergidik ngeri
dengan ucapan Vio, Zayn juga. Dia menatap Ariana berusaha mendapat penjelasan
dari Ariana tentang gadis aneh itu.
“Biasa kak, Vio selalu tidak tahan
melihat cowok ganteng seperti kak Zayn. Tapi Vio anaknya baik kok.” Jelas
Ariana.
Zayn mengangguk-angguk, lalu dia
mengalihkan pandang ke arah cowok berambut cokelat. “Kau siapa?” Tanya Zayn.
“Ismuka Lukman Hamid.” Ucap Luke.
“Apa loe bilang?” Tanya Vio.
“Dia Luke kak, anak kepala sekolah.”
Jelas Ariana.
Zayn menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Kesambet apa kau dek bisa berteman dengan dua alien itu.” Ucapnya lalu masuk
ke dalam.
“Jadi alien cantik leh ugha.” Ucap
Vio.
Selanjutnya, mereka membahas tentang
pelajaran yang tadi dijelaskan oleh guru. Khususnya matematika karena
matematika adalah pelajaran yang paling susah dimengerti. Ariana sendiri
kadang-kadang bingung bahkan pernah stress dikerjain oleh matematika(?). Luke
sibuk menerangkan rumus-rumus berikut contoh soal yang bisa membuat otak siapa
saja stress ( Kalo Luke yang ngajarin dijamin seneng deh dan langsung jago matematika
:D )
“Soal apa soal ini? Kenapa hasilnya
bisa menjadi sin 120°?” Dumel Vio.
Lama-lama Luke bisa kena penyakit
darah tinggi kalau terus-terusan mengajari Vio sedangkan gadis itu tidak
paham-paham juga padahal soalnya guuuuuampang banget. Kalau Ariana sih cepat
paham walau saat ulangan suka lupa rumus. Tiba-tiba iphone Luke berbunyi. Luke
meminta izin untuk menjauh sebentar. Vio jadi curiga kalau Luke ditelpon sama
ceweknya.
Tidak sampai satu menit Luke kembali
ke teras. Ekspresi wajahnya berubah menjadi tidak baik. Apa yang sedang
terjadi? Luke menatap Vio yang hanya Vio sendiri yang bisa mengartikan tatapan
itu.
“Ar, kami pulang dulu ya.” Ucap Vio.
“Lho kenapa? Memangnya ada apa?”
Tanya Ariana.
“Ada masalah sedikit. Tapi kami bisa
mengatasinya.” Jawab Luke, entah dia berbohong atau tidak.
Ariana membiarkan Luke dan Vio
pulang walau sejujurnya ia penasaran apa yang sedang terjadi pada keduanya.
Yang jelas ada hubungannya dengan orang yang tadi menelpon Luke.
***
Makan malam dimulai. Walau menunya
sederhana, tapi Ariana begitu menikmati makan malam itu. Di sela makannya,
Ariana iseng meerhatikan Zayn. Zayn seperti sedang memikirkan sesuatu dan
selera makannya sudah sangat jelas tidak ada. Sedaritadi Zayn hanya mengaduk
soup-nya tanpa memakannya.
Selesai makan, Ariana mencari Zayn.
Ternyata kakaknya itu duduk di teras. Ariana pun duduk di samping Zayn sambil
mencoba menebak apa yang dipikirkan Zayn.
“Kak Gigi?” Tebak Ariana.
Zayn menoleh ke Ariana. “Well, tadi aku dan dia sudah bicara.
Gigi mengatakan kalau dia tidak percaya bisa bicara denganku dan aku mau
membalas ucapannya. Selama ini Gigi mengira aku adalah anak yang sombong dan
tidak mau bicara dengan orang lain.” Ucap Zayn.
“Wah jadi selama ini kak Gigi
memerhatikanmu dong?” Tanya Ariana.
“I
think so.” Ucap Zayn.
Ariana bersandar di bahu Zayn sambil
menatap langit gelap yang hanya dihiasi beberapa bintang. “Jatuh cinta itu
seperti apa?” Tanya Ariana.
Zayn menjadi ragu dan takut akan
pertanyaan Ariana. Kenapa adiknya itu ingin merasakan cinta sih? “Actually, I don’t know definition of fall in
love.” Jawab Zayn.
“Ah kak Zayn pasti tau, buktinya kak
Zayn sudah jatuh cinta sama kak Gigi. Rasanya gimana?” Ucap Ariana.
Zayn tersenyum. “Entah. Tapi saat
kau menemukan orangnya, kau tidak akan pernah bisa berhenti memikirkannya.
Wajahnya akan terus menghiasi pikiranmu. Kau juga merasa takut kehilangannya
walau dia bukan milikmu, dan jika dia sudah mencintai seseorang, hatimu akan
dibuat sakit olehnya.” Ucapnya.
“Kok menakutkan ya?” Tanya Ariana.
“Apa yang ditakutkan?” Tanya Zayn.
“Seandainya orang yang kita cintai
tidak mencintai kita.” Jawab Ariana.
Zayn menghela nafas panjang. “Karena
itulah lebih baik dicintai daripada mencintai.” Ucap Zayn.
***
Hari ini ada tes matematika mendadak
tentang persamaan trigonometri. Tentu saja murid-murid pada heboh karena belum
belajar, kalaupun sudah belajar hanya kemungkinan kecil mereka bisa
menjawabnya. Ariana merasa bersyukur-walau sedikit-karena kemarin ia sudah
belajar bersama Luke. Ariana iseng melirik Luke. Kalian tau apa yang sedang
dilakukan Luke? Cowok itu terlihat santai sambil memasang headset di telinganya
tanpa takut dengan tes matematika yang sebentar lagi dilakukan.
Luke. Ariana emang dekat dengan Luke
tapi Ariana sama sekali tidak merasakan apapun yang berhubungan dengan cinta.
Biasa saja. Ariana tidak pernah memikirkan Luke, artinya ia tidak memiliki
perasaan apapun pada Luke padahal hampir semua murid cewek di sekolahnya naksir
sama Luke. Artinya, Luke bukan orangnya. Ariana berpikir kalau ia ingin mencari
orang yang bisa membuatnya merasakan apa itu cinta meski ia tau apa akibatnya
jika orang yang ia cintai tidak mencintainya.
“Gawat Ar! Tempat duduknya di acak.
Semoga aku duduk di dekat Luke.” Ucap Vio.
Sayangnya Vio duduk di kursi paling
depan, bahkan di depan guru jadi dia tidak bisa berkutik apapun. Dan kalau
nilainya jelek, Vio bakal malu setengah mati sedangkan sehari-hari ia selalu
belajar dengan Luke.
“Semangat Vio!” Teriak Luke.
Vio cemberut sekaligus pasrah. Luke
ditempatkan di belakang, sama seperti Ariana. Kenapa yang pintar-pintar
ditempatkan di kursi paling belakang sih? Pintar sekali guru itu. Tes
matematika pun dimulai. Vio berharap soalnya mudah walau harapannya tidak akan
pernah terwujud.
***
“Gila! Soalnya sulit sekali! Aku
bahkan tidak tau satupun dari soal itu.” Ucap Vio.
Saat ini mereka duduk di kantin
sambil mengisi perut mereka. “Soalnya memang susah. Aku hanya ketemu dua
jawaban, kalaupun itu benar.” Ucap Ariana.
“Masa lalu biarkanlah berlalu. Let’s we talk another topic.” Ucap Luke.
“Kau enak Luk. Apa sih yang ada
diotakmu?” Tanya Vio.
Luke tertawa.
“Aku ingin menanyakan sesuatu pada
kalian.” Ucap Ariana.
“Apa?” Tanya Vio.
Ariana berpikir sesaat. “Kalian
pernah kan jatuh cinta?” Tanyanya.
Luke dan Vio saling berpandangan.
Bukankah sebelumnya Ariana pernah menanyakan hal itu? Vio menduga kalau Ariana
ingin merasakan apa itu cinta. Kalau begitu, Vio sanggup membantu Ariana agar
gadis itu bisa jatuh cinta.
“Apa pentingnya cinta?” Tanya Luke.
Ariana menatap Luke bingung. “Kau
tidak suka dengan cinta? Apa dulu kau pernah disakiti oleh seseorang?”
Tanyanya.
Bukannya Luke yang menjawab, tapi
Vio yang menjawab. “Luke itu cowok tidak normal. Jangan bertanya apapun ke dia
tentang cinta. Tanya aja sama aku, aku kan ahlinya.” Ucap Vio.
Luke menatap Vio kesal sedangkan
Ariana berusaha menahan tawanya. “Aku rasa kau tau apa yang sangat aku inginkan
saat ini.” Ucapnya pada Vio.
“Kau ingin jatuh cinta dengan seseorang?”
Tanya Vio.
“Yap!” Jawab Ariana.
“I
can help you. Tapi menurutku jatuh cinta itu tidak enak. Apalagi melihat
orang yang kau cintai tidak mencintaimu bahkan sudah punya pacar.” Ucap Vio.
Itulah yang Ariana takutkan, Zayn
juga mengatakan hal seperti itu. Tapi bagaimanapun juga ia harus siap menerima
apapun akibatnya. Ariana siap menerima apapun kesakitan yang diakibatkan oleh
cinta. Tapi bukankah cinta itu bukan untuk menyakiti melainkan adalah saling
melengkapi untuk menjadi sempurna?
“Artinya kau harus mencintai orang
yang lebih dulu mencintaimu.” Ucap Luke.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar