Hari ini Ariana ikut tes kimia susulan sepulang sekolah. Gadis itu sempat
belajar dengan Luke di perpustakaan saat jam istirahat. Luke emang baik.
Padahal cowok itu kelaparan tapi lebih memilih mengajari Ariana sedangkan Vio
ngacir ke kantin.
“Thanks ya Luk.” Ucap Ariana.
“Sama-sama. Itulah gunanya sahabat,
jangan seperti Vio. Dia seenaknya pergi ke kantin tanpa membelikan kita
makanan.” Ucap Luke.
Mendengar namanya disebut oleh Luke,
Vio langsung menatap Luke. “Uangku habis. Tadi saja aku hanya bisa beli minuman
tanpa makanan.” Ucapnya, tidak tau benar atau salah.
Bel pulang yang bagaikan surga bagi
Ariana kini menjadi hal yang mengerikan. Luke dan Vio menyemangati Ariana
sebelum mereka pulang. Tes susulan diadakan tepat di kelasnya sendiri. Dengan
sabar Ariana menunggu guru kimia-nya datang dan berharap ia bisa menjawab soal
dengan mudah.
Lima belas menit berlalu. Ariana
menjadi kesal. Perutnya mulai kelaparan. Ariana malas pergi ke ruang guru.
Kerjaannya tadi hanya mendengarkan lagu lewat headset tanpa membaca ulang buku
kimianya. Percuma juga ia belajar nanti
otaknya blank.
Seorang cowok datang memasuki
kelasnya. Ariana mengerjapkan matanya berkali-kali, berharap yang dilihatnya
salah. Tetapi penglihatannya tidak salah. Niall datang sambil membawa beberapa
lembar kertas lalu duduk tenang di kursi guru. Ariana menelan ludahnya.
Jangan-jangan guru kimianya tidak bisa hadir lalu Niall-lah yang
menggantikannya.
“Kenapa diam saja? Ambil soal ini
dan kerjakan dengan cepat!” Ucap Niall dengan keras.
Ariana kira Niall adalah anak yang
kalem, tapi Niall bisa saja membentakinya seperti tadi. Kalau begitu kenapa
Niall mau menggantikan guru kimia yang seharusnya berada disini? Dengan kesal
Ariana mengambil soal itu. Mau tidak mau ia harus bisa mengerjakan soal dengan
cepat dan tentu saja dengan benar untuk membuktikan kalau ia adalah murid yang
pintar.
Soal pertama tidak terlalu susah.
Ariana bisa mengerjakannya dengan baik. Soal kedua, ketiga dan keempat juga
mudah. Tapi soal kelima sekaligus soal terakhir cukup susah. Luke tak pernah
mengajari soal ini padanya. Ariana melirik Niall yang lagi sibuk memainkan
Iphone-nya. Timbul niatnya untuk menanyakan soal itu ke Luke. Belum saja Ariana
mengetik soal itu, Niall langsung bicara padanya.
“Jangan sekali-kali menanyakan soal
itu ke Luke. Waktumu tinggal lima menit!” Ucap Niall.
“Darimana kau tau kalau aku akan
menanyakan soal ini ke Luke? Kau kenal Luke?” Tanya Ariana.
“Bukankah kau selalu bersama Luke
dan Vio? Kurasa kau hanya berteman dengan keduanya.” Ucap Niall.
Ariana mencibir. “Daripada kau yang
tidak memiliki satupun teman disini.” Ucapnya lalu bangkit dan menuju Niall.
Ariana memberi hasil kerjanya ke Niall lalu pergi meninggalkan kelas itu.
Sepeninggal Ariana, Niall tersenyum sambil
melihat hasil pekerjaan Ariana yang luar biasa. Selain cantik, gadis itu
memiliki otak yang cerdas. Tapi ada satu hal yang tidak membuatnya nyaman,
yaitu kedekatan Ariana dengan Luke walau mereka hanya berteman.
***
Sore ini Ariana iseng mengajak Vio
dan Luke ke cafee Zayn yang tampak ramai. Banyak pengunjung disana. Bahkan Zayn
hampir memarahinya karena melihatnya membawa dua sahabatnya itu. Katanya takut
menganggu kenyamanan pengujung. Dasar Zayn! Tapi Ariana tetap ngotot membawa
masuk Luke dan Vio di meja yang paling ujung.
“Ganteng-ganteng kok galak ya?”
Batin Vio.
“Palingan dia cemburu sama
kegantenganku.” Ucap Luke.
Vio menatap Luke jijik. “Ucapanmu
bisa membuatku mual.” Ucap Vio.
Mereka memesan pesanan yang sama,
yaitu Vanilla Late dan tiramisu. Luke yang membayarnya karena
dia yang paling kaya diantara ketiganya. Terkadang Vio suka memanfaatkan Luke
dengan cara memohon pada Luke untuk membelikannya album terbaru dari band
favoritnya atau barang-barang yang cocok dengan Vio.
“Eh itu siapa? Cantik sekali.” Tanya
Luke.
Ariana mengalihkan pandang ke arah
yang dimaksud Luke, lalu dia tersenyum. “Dia Gigi. Dia pacar kakakku.”
Jawabnya.
“Apa? Jadi kakakmu sudah punya
pacar?” Tanya Vio kecewa.
“Yap.” Jawab Ariana.
“Tenang masih ada aku.” Ucap Luke.
Vio mendengus kesal. “Aku akan
tenang kalau wajahmu bisa seganteng seperti wajah kakaknya Ariana!” Ucapnya.
“Aku kan sudah bilang kalau aku
lebih ganteng daripada Zayn!” Ucap Luke.
Pesanan datang. Vio langsung melahap
tiramisu itu seperti orang yang tidak pernah makan selama bertahun-tahun.
Sementara Luke tidak mau tertipu lagi(?). Dia menghabiskan tiramisu itu dengan
pelan-pelan sehingga kejadiannya tidak seperti saat ia memakan pancake di rumah
Ariana.
“Kalau begini caranya aku bisa
gemuk. Tapi tidak apa-apa. Makanan adalah segala-galanya bagiku.” Ucap Vio.
“Iya dan aku saja yang membayarnya.”
Ucap Luke.
Vio tertawa lalu mengacak-acak
rambut Luke. “Kalau aku mengatakan kau adalah cowok terganteng yang pernah aku
temui, apakah kau mau membelikan aku makanan yang aku inginkan kapanpun?” Tanya
Vio.
Belum sempat Luke menjawab, seorang
gadis yang tidak lain adalah Gigi bergabung dengan mereka. Sepertinya Gigi
tertartik akan pembicaraan Ariana dan dua temannya itu. Luke merasa seperti
melayang ke langit yang paling tinggi saat matanya bertatapan dengan mata indah
Gigi. Kakaknya Ariana hebat deh bisa mendapatkan cewek secantik Gigi.
“Hai kak! Kenalkan ini temanku
namanya Vio dan Luke.” Ucap Ariana.
“Hai Vio! Hai Luke!” Sapa Gigi
ceria.
“Hai juga kakak cantik.” Goda Luke.
Vio merinding dengan ucapan Luke.
“Godaan-mu basi.” Ucapnya.
“Kak Gigi ngapain disini? Bantu kak
Zayn?” Tanya Ariana.
“Iya. Kau sudah tau kan kalau aku
pacaran sama kakakmu? Semoga kau tidak keberatan. Semenjak kami pacaran, aku
jadi sering pergi ke cafee ini.” Jelas Gigi.
Selanjutnya pembicaraan mereka
menjadi seru, ditambah lagi dengan kedatangan Zayn yang membuat mereka semakin
betah duduk disitu.
***
Entah apa yang membuat Ariana malas
pergi ke kantin. Gadis itu terlihat cuek dengan ajakan Vio dan Luke yang
mengajaknya pergi ke kantin. Ariana malah sibuk mendengarkan lagu lewat
headsetnya. Timbul niat di otaknya untuk membuat sebuah lagu, entah lagu apa.
Tapi Ariana cukup payah dalam hal mengarang. Sudah banyak lagu yang sukses ia
nyanyikan bersama piano kesayangannya tapi Ariana melakukannya secara diam-diam
tanpa diketahui Vio atau Luke. Ariana tidak akan konsen jika ada orang yang
melihatnya bermain piano.
Ariana memutuskan keluar sebentar karena
bosan berada di kelas. Bagaimana jika ia pergi ke ruang musik? Siapa tau kan
ruang musik-nya terbuka lebar sehingga ia bisa masuk ke dalamnya? Setiba di
ruang musik, Ariana menghentikan langkahnya sementara tangan kanan-nya
mematikan musik yang ia mainkan. Ariana menatap sosok cowok berambut pirang
yang sedang serius bermain gitar di dalam sana.
Niall? Cowok itu Niall? Ariana tidak
menyangka Niall bisa bermain gitar seperti itu dan ekspresi wajah Niall
sangat…… Tapi ada yang tidak beres dengan Niall. Ariana terus saja memerhatikan
Niall yang tiba-tiba saja menjadi kesal. Niall yang tadi mampu menciptakan nada
indah di senar gitarnya itu kini berubah menjadi nada yang buruk. Ada apa
dengan Niall? Kenapa rasanya ingin menangis melihat Niall yang tidak jauh
berbeda dari orang yang frustrasi?
“Aw!” Jerit Ariana.
Karena jeritannya yang cukup keras
membuat Niall menoleh ke arahnya sekaligus kaget. Sedangkan Ariana menjadi
malu. Jari-nya terkena besi di pintu itu sehingga membuatnya berdarah. Darah?
Mengapa mendadak ia takut dengan darah? Niall datang mendekatinya dan tau kalau
jari Ariana terluka. Niall meraih jari itu lalu meniupnya.
“Sakit.” Rintih Ariana.
“Ke UKS aja yuk.” Ajak Niall.
Ariana pasrah saja sambil mengikuti
Niall dari belakang. Beberapa orang melihatnya dengan tatapan aneh. Aneh
melihat Ariana berjalan bersama Niall. Aneh karena mereka melihat Niall yang
baru pertama kali jalan berdua dengan seorang gadis cantik bernama Ariana.
Setiba di UKS, Niall mengobati luka di jari Ariana dengan telaten. Mungkin
benar. Niall adalah salah satu anggota unit kesehatan siswa yang ada di sekolah
ini.
“Done.”
Ucap Niall puas dengan apa yang dikerjakannya.
“Thanks. Ternyata kau baik juga.”
Ucap Ariana.
Tanpa Ariana sadari, Niall menatap
Ariana dengan waktu yang cukup lama. “Kenapa kau bisa menemukanku di ruang
musik? Bukankah seharusnya kau bersama Vio dan Luke?” Tanyanya.
“Kau mengenal Luke dan Vio?” Tanya
Ariana.
“Kau dan selalu bersama mereka.”
Jawab Niall.
“Iya semua orang juga tau tapi kau
kenal Vio juga?” Tanya Ariana.
Niall terdiam.
“Kau bisa bermain gitar? Sungguh
tadi itu aku entahlah kenapa mendadak jadi seperti ini saat melihatmu bermain
gitar di ruang musik.” Ucap Ariana.
Lagi-lagi Niall terdiam dan membalas
ucapan Ariana dengan senyuman. Kenapa Niall tidak mau menjawab pertanyaannya?
Apa Niall tidak mengerti apa yang ia ucapkan? Apa bicaranya terlalu cepat?
Benar juga sih. Ia kan kalau bicara suka cepat-cepat jadi tidak semua orang
bisa memahami bahasanya.
“Guitar.
You can play guitar.” Ucap Ariana dengan nada yang sangat pelan.
“Oh itu.. Dari kecil aku suka
bermain gitar walau suaraku tidak terlalu bagus. Aku suka musik. Musik adalah
hidupku.” Jelas Niall.
“Kalau aku suka piano. Kapan-kapan
ajarin aku main gitar ya?” Ucap Ariana.
Niall tersenyum, namun bukan
senyuman kebahagiaan, melainkan senyuman kesedihan. Tapi Niall cukup cerdik
menyembunyikan wajah sedihnya. Hanya orang tertentu saja yang bisa membaca air
muka-nya yang sebenarnya.
“Well,
kau sendirian disini. Bagaimana kalau kau ikut bergabung dengan kami? Maksudku
aku, Luke dan Vio.” Ucap Ariana sambil memberikan tangannya ke Niall.
Niall memerhatikan tangan itu, lalu
ragu menjabat tangan itu. “Aku Niall. Senang bertemu denganmu.” Ucapnya mulai
gugup.
Ariana tertawa mendengar ucapan
Niall. “Bukankah kita pernah berkenalan sebelumnya? Mulai sekarang kau adalah
temanku.” Ucapnya.
***
Ini aneh. Ariana yang awalnya
mengira Niall adalah anak yang menyebalkan kini berubah menjadi anak yang
menyenangkan. Malam ini Ariana asyik chattingan dengan Niall lewat Skype. Niall
jauh mengasyikkan pada saat ngobrol secara tidak langsung dibandingkan dengan
ngobrol secara langsung. Kesannya agak aneh dan gugup. Niall menjawab
pertanyaannya dengan kalimat yang lucu, bahkan terkadang tidak menjawabnya.
ArianaGrk:
Kau ini anaknya anti sosial tapi kalau di media sosial alay sekali.
Nialljmms:
Kau juga.
ArianaGrk:
Aku masih memiliki teman yaitu Luke dan Vio. Tadi kau belum menjawab
pertanyaanku. Jadi kau sudah kenal dengan Vio?
Nialljmms:
Yap. Aku bahkan mengenali semua murid di sekolah ini.
Sombong, batin Ariana sambil tersenyum
tidak jelas. Jari-jarinya yang lincah menekan layar Iphone-nya tanpa typo
sedikitpun.
ArianaGrk:
Tapi kenapa kau tidak mau bergaul dengan orang lain? Kau sama seperti Luke dan
Vio.
Nialljmms:
Kau belum tau?
ArianaGrk:
Tau apa?
Nialljmms:
Ah sudahlah. Nanti kau juga akan tau.
Ariana sedikit kesal sekaligus
penasaran. Jangan-jangan antara Niall dengan dua sahabatnya itu memiliki
hubungan khusus. Terutama Luke. Mata Luke dan mata Niall sangat mirip walau
wajahnya tidak bisa meyakinkan bahwa mereka memiliki hubungan darah.
ArianaGrk:
Sudah malam. Aku tidur dulu ya.
Nialljmms:
Jangan! Akhir-akhir ini aku sering terkena insomnia.
ArianaGrk:
Lalu apa hubunganku dengan insomnia-mu?
Nialljmms:
Ya sudah. Selamat malam cantik! Have a
nice dream.
Cantik? Dia mengatakan kalau aku
cantik? Batin Ariana. Niall aneh deh. Dalam dunia nyata dia terlihat pendiam
dan membosankan sedangkan di dunia maya cerewet sekali dan berani. Tapi setiap orang berbeda-beda kan? Ariana
mematikan wifi di iphone-nya lalu tertidur.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar