expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 10 November 2016

My Everything ( Part 1 )



“Ini rumah baru kita! Aku harap kalian menyukainya.”

            Rumah itu nampak sederhana namun indah. Keluarga kecil itu memutuskan pindah kota. Entah apa yang membuat mereka pindah kota, tentunya ada alasan yang kuat mengapa mereka pindah sejauh itu. Keluarga yang terdiri dari tiga anggota itu langsung memasuki rumah. Nyaman. Itulah kesan pertama yang mereka rasakan.

            “Ini bagus. Aku akan nyaman tinggal disini.” Ucap seorang gadis manis bernama Ariana.

            Lima tahun yang lalu Ariana ditinggal pergi oleh sang Ayah, jadi Ariana hanya tinggal bersama Ibu dan kakak laki-lakinya yang bernama Zayn. Tapi Ariana sudah melupakan kesedihan saat ia ditinggal pergi oleh Ayahnya. Sekarang Ariana berumur tujuh belas tahun. Ia masih SMA, tepatnya di kelas sebelas. Sedangkan Zayn sudah kuliah. Tapi di sela kuliahnya, Zayn memiliki cafee yang banyak pengunjungnya. Ups. Salah satu alasan mereka pindah ke Manchester karena Zayn kuliah disini. Ariana dan Ibunya ingin tinggal bersama Zayn jadi mereka akhirnya pindah ke Manchester. Tapi sepertinya itu bukan alasan sebenarnya mengapa mereka pindah kemari.

            “Rumah yang nyaman. Thanks Mom.” Ucap Ariana lalu memeluk Ibunya.

            Keluarga mereka hanyalah keluarga sederhana. Ibu Ariana bekerja di salah satu sekolah Taman Kanak-Kanak yang ada di Manchester. Tentu saja sebelum pindah kemari Ibunya harus mencari pekerjaan di tempat tinggal barunya.

            “Kalau boleh tau, kenapa kita harus pindah kemari?” Tanya Ariana.

            Baik Ibunya maupun Zayn terdiam. Seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan tapi tidak boleh diketahui Ariana. Melihat ekspresi Ibu dan Kakaknya yang terdiam, Ariana menjadi kelas. Gadis itu sangat membenci rahasia dan mau tidak mau ia harus mengetahui apa yang mereka sembunyikan darinya.

            “Ari tau pasti kalian sedang menyembunyikan sesuatu.” Ucap Ariana.

            Wajah Ibunya menjadi pucat. Namun Zayn langsung bicara. “Tidak ada. Tidak ada rahasia diantara kita, oke? Sekarang kau istirahat dan merapikan barang-barangmu.” Ucapnya.

            Terpaksa Ariana mengangguk. Dia juga sangat lelah akibat perjalanan dari New York menuju Manchester. Gadis itu menyeret koper dan tas-nya lalu masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan. Kamar yang indah. Dinding-nya di cat cream. Ariana tersenyum lalu menaruh kopernya dan mengeluarkan isi-nya. Sebelum memasukkan baju ke dalam lemari, Ariana meraih Iphone dan headset-nya dan mulai mendengarkan lagu. Gadis itu memang pecinta musik walau tidak bisa memainkan satupun alat musik. Tapi suaranya tidak usah ditanya. Suara Ariana sangat indah dan bisa membuat merinding siapa saja yang mendengarnya.

            I said, "Leave," but all I really want is you

To stand outside my window throwing pebbles

Screaming, "I'm in love with you."..”

            Tanpa Ariana sadari, Zayn mengintipnya dari balik pintu kamarnya. Zayn tersenyum sedih menatap adik semata wayangnya itu. Zayn sangat menyayangi Ariana dan tidak ingin kehilangan Ariana. Zayn pernah nyaris kehilangan Ariana hanya karena kejadian itu dan Zayn tau siapa pelakunya. Tangannya terkepal. Mau tidak mau ia harus menemukan orang itu dan akan menghajarnya, bahkan jika sampai mati Zayn siap melakukannya.

            Ariana sudah membereskan semua barang-barangnya. Cukup melelahkan. Kemudian gadis itu melepas jaketnya dan hanya menggunakan kaus tanpa lengan. Rambutnya yang tadi dia ikat kini ia buka sehingga menampilkan rambut hitam kemerah-merahannya yang indah. Ariana menjatuhkan tubuhnya diatas kasur sambil memandangi langit kamar.

            With your face and the beautiful eyes

And the conversation with the little white lies

And the faded picture of a beautiful night

You carry me from your car up the stairs

And I broke down crying, was she worth this mess?..”

Pukul lima sore. Sebenarnya Ariana ingin tidur tapi nantinya ia akan terlambat makan malam. Ibunya sudah berjanji akan mengajaknya keliling Manchester dan merasakan makanan khas Manchester. Ah tidak terlalu buruk meski Ariana rindu dengan New York. Sebenarnya Ariana adalah warga asli Inggris tapi dia lebih banyak menghabiskan waktunya di Amerika. Tidak apa-apa. Bukankah ia memang tidak apa-apa?

***

Jalanan Kota Manchester yang tampak ramai. Ariana begitu menikmati keindahan malam Kota Manchester yang menurutnya jauh lebih indah dan nyaman ketimbang London. Ariana sengaja membuka jendela mobil-nya hanya untuk merasakan sejuknya angin malam. Zayn memang sudah memiliki mobil satu tahun yang lalu dan dia mendapatkan mobil karena usahanya sendiri. Teman Zayn banyak yang mengatakan kalau Zayn adalah pekerja keras dan selama kuliah tidak banyak bicara, tapi otak Zayn sangat cerdas.

Mereka tiba di restoran sederhana yang adalah langganan Zayn. Kata Zayn makanan disini enak-enak dan murah. Ketiganya masuk ke restoran itu lalu memilih menu pesanan yang mereka inginkan. Sementara menunggu pesanan, mereka berbincang-bincang.

“Kau sudah siap sekolah?” Tanya Ibunya.

“Tentu saja Mom. Aku sangat tidak sabaran sekolah.” Jawab Ariana.

Gadis itu selalu terlihat ceria dan tanpa beban. Orang-orang yang melihatnya mengira amatlah bahagia menjadi dirinya. Sudah dianugerahi wajah yang manis, memiliki suara yang bagus. Tapi sepertinya mereka salah menilai. Bagi Zayn, adiknya sangat lemah dan jika saja.. Ah sudahlah. Setidaknya Ariana bahagia kan?

“Bagaimana kuliahmu Zayn? Kapan lulus?” Tanya Ibunya.

“Kira-kira satu tahun lagi.” Jawab Zayn.

Ariana bangga memiliki kakak seperti Zayn. Zayn adalah pemuda yang sangat tampan dan Ariana berani bertaruh banyak gadis yang berebutan untuk mendapatkan Zayn. Sayangnya sampai saat ini Zayn masih sendiri, tidak tau kapan Zayn jatuh cinta dengan seorang gadis. Jika saja Zayn jatuh cinta, alangkah beruntungnya gadis yang berhasil membuat Zayn jatuh cinta.

Pesanan datang. Ariana memakan makanan yang ia pesan dengan lahap. Sedaritadi perutnya memang kelaparan dan minta diisi. Lucu juga, tubuh Ariana cukup mungil tapi dia mampu menghabiskan banyak makanan dalam waktu yang singkat. Itulah enaknya jadi Ariana. Meski dia makan banyak tapi tubuhnya tetap kurus.

“Mom sudah memilih sekolah mana yang cocok untukmu dan Mom pastikan kau tidak akan menyesal.” Ucap Ibunya.

Ariana mengangguk lalu meneguk air putih untuk terakhir kalinya. Makan malam ini sudah cukup. Setelah itu mereka memutuskan berkeliling dengan berjalan kaki. Zayn yang menemani Ariana sedangkan Ibunya menunggu. Mungkin bagi yang melihat mereka, mereka tidak terlihat sebagai adik-kakak melainkan pasangan yang sempurna. Zayn tampan dan Ariana cantik. Zayn mewarisi wajah tampannya dari Ayahnya yang ada darah Pakistan sedangkan Ariana mewarisi wajah cantik Ibunya yang ada darah Italia. Namun mereka memutuskan menjadi warga Inggris karena mereka kebanyakan memiliki darah Inggris.

“Hidup itu indah ya kak.” Ucap Ariana sambil terus berjalan. Beberapa orang menyapanya dan Ariana balas menyapanya dengan senyuman manisnya.

“Iya.” Ucap Zayn pelan.

“Kok datar saja? Memangnya kakak lagi punya masalah? Jangan-jangan kak Zayn lagi jatuh cinta ya?” Goda Ariana.

Cinta? Zayn tidak tau apa itu cinta. Terakhir dia putus dengan gadis yang tega meninggalkannya karena menganggapnya sebagai anak yang cuek dan tidak mau memahami perasaan wanita. Tapi bagaimana Zayn bisa membagi waktu sedangkan waktunya benar-benar sempit? Sudah dijelaskan sejak awal kalau Zayn itu pekerja keras dan lebih mementingkan keluarga di banding cinta.

“Aku tidak mau jatuh cinta.” Ucap Zayn.

“Kenapa? Jatuh cinta itu indah lho.” Tanya Ariana.

“Memangnya kau pernah merasa jatuh cinta?” Tanya Zayn. Ups sepertinya ia salah bicara.

Ariana terdiam sesaat. “Sepertinya tidak sih, aku juga tidak tau. Aku sulit mengingat masa laluku, tapi aku masih ingat siapa aku dan tentunya siapa keluargaku.”Jawabnya.

Tiba-tiba saja bayangan masa lalu itu kembali hadir di mata Zayn. Cepat-cepat Zayn membuangnya. Tentu Ariana tidak boleh tau sebagian masa lalunya yang menyakitkan, yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. Jika saja Ariana mengingat bahkan sedikit saja, Zayn hanya bisa berharap adiknya itu bisa kuat.

“Pulang yuk. Mom lelah menunggu kita.” Ucap Zayn dan diangguki Ariana.

***

            Pagi ini Ariana diajak oleh Ibunya melihat sekolah yang nantinya akan menjadi tempatnya menuntut ilmu. Lebih cepat lebih baik. Ariana harus sekolah secepatnya agar tidak ketinggalan. Sebelumnya, Ariana adalah murid yang cerdas. Ibunya yakin sekali kalau Ariana bisa mengejar pelajaran yang belum ia pelajari.

            “Kalau kau sudah sekolah, kau harus ikut kegiatan musik. Jangan sia-siakan bakatmu.” Ucap Zayn. Saat ini mereka sedang sarapan.

            “Tapi aku tidak bisa bermain alat musik.” Ucap Ariana.

            “Kau bisa bermain piano.” Ucap Ibunya.

            Setelah selesai sarapan, Zayn membiarkan Ibunya yang membawa mobil sedangkan ia menggunakan motor. Seperti biasa, setiap saat Ariana selalu memasang headset di telinganya untuk mendengarkan lagu. Baginya, no days without listening song. Ariana pernah mencoba mengcover lagu tapi tidak jadi, entahlah. Ia merasa kurang percaya diri jika tidak bisa bermain alat musik walau Ibunya mengatakan kalau ia bisa bermain piano.

            Sekolah yang dimaksud Ibunya adalah sekolah yang megah. Ariana melongo melihat sekolah itu. Gedungnya besar sekali. Apa Ibunya salah memilih? Bagaimana jika ia tidak cocok dengan sekolah itu atau sekolah itu yang tidak cocok dengannya? Ariana suka gugup dan kurang percaya diri dengan hal yang baru.

            Ariana berjalan dibelakang Ibunya. Beberapa anak bermain basket di lapangan. Mungkin mereka sedang jam olahraga. Ariana terus menunduk dan tidak mau menatap mereka. Keduanya pun tiba di ruang tata usaha. Well, mulai besok Ariana sudah mulai sekolah. Cepat memang tapi memang harus cepat agar Ariana tidak semakin ketinggalan pelajaran.

            “Kalau boleh tau kenapa anak Ibu ketinggalan pelajaran?” Tanya ketua TU.

            “Dia sakit.” Jawab Ibunya.

            Sakit? Batin Ariana. Memangnya ia sakit apa? Selama ini Ibunya tidak pernah cerita kalau ia terkena penyakit. Jadi apa itu rahasia Ibunya dengan Zayn? Tapi kalau rahasia kenapa Ibunya santai menjawab pertanyaan kepala TU tadi? Namun Ariana tidak bertanya lebih lanjut. Mungkin benar ia sakit karena ia merasa sebagian memorinya hilang.

            Setelah semua urusan selesai, Ibunya mengajak Ariana jalan-jalan ke mall untuk memberi barang-barang. Ariana menyukai shopping tapi ia tau diri. Ia tidak mungkin membeli barang yang harganya mahal dan tidak penting. Ariana iseng pergi ke toko kaset dan menemukan album-album lagu yang ingin sekali ia beli.

            “Besok kau sudah mulai sekolah. Mom harap kau bisa bergaul dan mendapatkan teman yang baik.” Ucap Ibunya saat mereka selesai belanja.

            “Oke.” Ucap Ariana.

            Ariana kembali memasang headset dan mendengarkan lagu. Ibunya tersenyum melihat keceriaan di wajah putrinya. Ariana begitu mencintai musik dan memiliki suara yang indah. Sudah seharusnya ia mengembangkan bakat putrinya itu. Ariana harus berani tampil di depan banyak orang dan menyanyi.

            And I said, "Oh my, what a marvelous tune."

It was the best night, never would forget how he moved

The whole place was dressed to the nines

And we were dancing, dancing..”

Dengan cerianya Ariana mengikuti lirik lagu itu. Ibunya tidak marah atau kesal, melainkan menikmati suara Ariana yang indah.

Besok Ariana sudah mulai sekolah dan Ibunya berharap putrinya itu baik-baik saja.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar