“Ini rumah
baru kita! Aku harap kalian menyukainya.”
Rumah itu nampak sederhana namun
indah. Keluarga kecil itu memutuskan pindah kota. Entah apa yang membuat mereka
pindah kota, tentunya ada alasan yang kuat mengapa mereka pindah sejauh itu.
Keluarga yang terdiri dari tiga anggota itu langsung memasuki rumah. Nyaman.
Itulah kesan pertama yang mereka rasakan.
“Ini bagus. Aku akan nyaman tinggal
disini.” Ucap seorang gadis manis bernama Ariana.
Lima tahun yang lalu Ariana
ditinggal pergi oleh sang Ayah, jadi Ariana hanya tinggal bersama Ibu dan kakak
laki-lakinya yang bernama Zayn. Tapi Ariana sudah melupakan kesedihan saat ia
ditinggal pergi oleh Ayahnya. Sekarang Ariana berumur tujuh belas tahun. Ia
masih SMA, tepatnya di kelas sebelas. Sedangkan Zayn sudah kuliah. Tapi di sela
kuliahnya, Zayn memiliki cafee yang banyak pengunjungnya. Ups. Salah satu
alasan mereka pindah ke Manchester karena Zayn kuliah disini. Ariana dan Ibunya
ingin tinggal bersama Zayn jadi mereka akhirnya pindah ke Manchester. Tapi
sepertinya itu bukan alasan sebenarnya mengapa mereka pindah kemari.
“Rumah yang nyaman. Thanks Mom.”
Ucap Ariana lalu memeluk Ibunya.
Keluarga mereka hanyalah keluarga
sederhana. Ibu Ariana bekerja di salah satu sekolah Taman Kanak-Kanak yang ada
di Manchester. Tentu saja sebelum pindah kemari Ibunya harus mencari pekerjaan
di tempat tinggal barunya.
“Kalau boleh tau, kenapa kita harus
pindah kemari?” Tanya Ariana.
Baik Ibunya maupun Zayn terdiam.
Seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan tapi tidak boleh diketahui Ariana.
Melihat ekspresi Ibu dan Kakaknya yang terdiam, Ariana menjadi kelas. Gadis itu
sangat membenci rahasia dan mau tidak mau ia harus mengetahui apa yang mereka
sembunyikan darinya.
“Ari tau pasti kalian sedang
menyembunyikan sesuatu.” Ucap Ariana.
Wajah Ibunya menjadi pucat. Namun
Zayn langsung bicara. “Tidak ada. Tidak ada rahasia diantara kita, oke?
Sekarang kau istirahat dan merapikan barang-barangmu.” Ucapnya.
Terpaksa Ariana mengangguk. Dia juga
sangat lelah akibat perjalanan dari New York menuju Manchester. Gadis itu
menyeret koper dan tas-nya lalu masuk ke dalam kamar yang sudah disediakan.
Kamar yang indah. Dinding-nya di cat cream. Ariana tersenyum lalu menaruh kopernya
dan mengeluarkan isi-nya. Sebelum memasukkan baju ke dalam lemari, Ariana
meraih Iphone dan headset-nya dan mulai mendengarkan lagu. Gadis itu memang
pecinta musik walau tidak bisa memainkan satupun alat musik. Tapi suaranya
tidak usah ditanya. Suara Ariana sangat indah dan bisa membuat merinding siapa
saja yang mendengarnya.
“I
said, "Leave," but all I really want is you
To stand outside my window throwing
pebbles
Screaming, "I'm in love with
you."..”
Tanpa Ariana sadari, Zayn
mengintipnya dari balik pintu kamarnya. Zayn tersenyum sedih menatap adik
semata wayangnya itu. Zayn sangat menyayangi Ariana dan tidak ingin kehilangan
Ariana. Zayn pernah nyaris kehilangan Ariana hanya karena kejadian itu dan Zayn
tau siapa pelakunya. Tangannya terkepal. Mau tidak mau ia harus menemukan orang
itu dan akan menghajarnya, bahkan jika sampai mati Zayn siap melakukannya.
Ariana sudah membereskan semua
barang-barangnya. Cukup melelahkan. Kemudian gadis itu melepas jaketnya dan
hanya menggunakan kaus tanpa lengan. Rambutnya yang tadi dia ikat kini ia buka
sehingga menampilkan rambut hitam kemerah-merahannya yang indah. Ariana
menjatuhkan tubuhnya diatas kasur sambil memandangi langit kamar.
“With
your face and the beautiful eyes
And the conversation with the little
white lies
And the faded picture of a beautiful
night
You carry me from your car up the
stairs
And I broke down crying, was she
worth this mess?..”
Pukul lima sore. Sebenarnya Ariana ingin tidur tapi nantinya ia akan
terlambat makan malam. Ibunya sudah berjanji akan mengajaknya keliling
Manchester dan merasakan makanan khas Manchester. Ah tidak terlalu buruk meski
Ariana rindu dengan New York. Sebenarnya Ariana adalah warga asli Inggris tapi
dia lebih banyak menghabiskan waktunya di Amerika. Tidak apa-apa. Bukankah ia
memang tidak apa-apa?
***
Jalanan Kota Manchester yang tampak ramai. Ariana begitu menikmati
keindahan malam Kota Manchester yang menurutnya jauh lebih indah dan nyaman
ketimbang London. Ariana sengaja membuka jendela mobil-nya hanya untuk
merasakan sejuknya angin malam. Zayn memang sudah memiliki mobil satu tahun
yang lalu dan dia mendapatkan mobil karena usahanya sendiri. Teman Zayn banyak
yang mengatakan kalau Zayn adalah pekerja keras dan selama kuliah tidak banyak
bicara, tapi otak Zayn sangat cerdas.
Mereka tiba di restoran sederhana yang adalah langganan Zayn. Kata Zayn
makanan disini enak-enak dan murah. Ketiganya masuk ke restoran itu lalu
memilih menu pesanan yang mereka inginkan. Sementara menunggu pesanan, mereka
berbincang-bincang.
“Kau sudah siap sekolah?” Tanya Ibunya.
“Tentu saja Mom. Aku sangat tidak sabaran sekolah.” Jawab Ariana.
Gadis itu selalu terlihat ceria dan tanpa beban. Orang-orang yang
melihatnya mengira amatlah bahagia menjadi dirinya. Sudah dianugerahi wajah
yang manis, memiliki suara yang bagus. Tapi sepertinya mereka salah menilai.
Bagi Zayn, adiknya sangat lemah dan jika saja.. Ah sudahlah. Setidaknya Ariana
bahagia kan?
“Bagaimana kuliahmu Zayn? Kapan lulus?” Tanya Ibunya.
“Kira-kira satu tahun lagi.” Jawab Zayn.
Ariana bangga memiliki kakak seperti Zayn. Zayn adalah pemuda yang sangat
tampan dan Ariana berani bertaruh banyak gadis yang berebutan untuk mendapatkan
Zayn. Sayangnya sampai saat ini Zayn masih sendiri, tidak tau kapan Zayn jatuh cinta
dengan seorang gadis. Jika saja Zayn jatuh cinta, alangkah beruntungnya gadis
yang berhasil membuat Zayn jatuh cinta.
Pesanan datang. Ariana memakan makanan yang ia pesan dengan lahap.
Sedaritadi perutnya memang kelaparan dan minta diisi. Lucu juga, tubuh Ariana
cukup mungil tapi dia mampu menghabiskan banyak makanan dalam waktu yang
singkat. Itulah enaknya jadi Ariana. Meski dia makan banyak tapi tubuhnya tetap
kurus.
“Mom sudah memilih sekolah mana yang cocok untukmu dan Mom pastikan kau
tidak akan menyesal.” Ucap Ibunya.
Ariana mengangguk lalu meneguk air putih untuk terakhir kalinya. Makan
malam ini sudah cukup. Setelah itu mereka memutuskan berkeliling dengan
berjalan kaki. Zayn yang menemani Ariana sedangkan Ibunya menunggu. Mungkin
bagi yang melihat mereka, mereka tidak terlihat sebagai adik-kakak melainkan
pasangan yang sempurna. Zayn tampan dan Ariana cantik. Zayn mewarisi wajah
tampannya dari Ayahnya yang ada darah Pakistan sedangkan Ariana mewarisi wajah
cantik Ibunya yang ada darah Italia. Namun mereka memutuskan menjadi warga
Inggris karena mereka kebanyakan memiliki darah Inggris.
“Hidup itu indah ya kak.” Ucap Ariana sambil terus berjalan. Beberapa
orang menyapanya dan Ariana balas menyapanya dengan senyuman manisnya.
“Iya.” Ucap Zayn pelan.
“Kok datar saja? Memangnya kakak lagi punya masalah? Jangan-jangan kak
Zayn lagi jatuh cinta ya?” Goda Ariana.
Cinta? Zayn tidak tau apa itu cinta. Terakhir dia putus dengan gadis yang
tega meninggalkannya karena menganggapnya sebagai anak yang cuek dan tidak mau
memahami perasaan wanita. Tapi bagaimana Zayn bisa membagi waktu sedangkan
waktunya benar-benar sempit? Sudah dijelaskan sejak awal kalau Zayn itu pekerja
keras dan lebih mementingkan keluarga di banding cinta.
“Aku tidak mau jatuh cinta.” Ucap Zayn.
“Kenapa? Jatuh cinta itu indah lho.” Tanya Ariana.
“Memangnya kau pernah merasa jatuh cinta?” Tanya Zayn. Ups sepertinya ia
salah bicara.
Ariana terdiam sesaat. “Sepertinya tidak sih, aku juga tidak tau. Aku
sulit mengingat masa laluku, tapi aku masih ingat siapa aku dan tentunya siapa
keluargaku.”Jawabnya.
Tiba-tiba saja bayangan masa lalu itu kembali hadir di mata Zayn.
Cepat-cepat Zayn membuangnya. Tentu Ariana tidak boleh tau sebagian masa
lalunya yang menyakitkan, yang hampir membuatnya kehilangan nyawa. Jika saja
Ariana mengingat bahkan sedikit saja, Zayn hanya bisa berharap adiknya itu bisa
kuat.
“Pulang yuk. Mom lelah menunggu kita.” Ucap Zayn dan diangguki Ariana.
***
Pagi ini Ariana diajak oleh Ibunya
melihat sekolah yang nantinya akan menjadi tempatnya menuntut ilmu. Lebih cepat
lebih baik. Ariana harus sekolah secepatnya agar tidak ketinggalan. Sebelumnya,
Ariana adalah murid yang cerdas. Ibunya yakin sekali kalau Ariana bisa mengejar
pelajaran yang belum ia pelajari.
“Kalau kau sudah sekolah, kau harus
ikut kegiatan musik. Jangan sia-siakan bakatmu.” Ucap Zayn. Saat ini mereka
sedang sarapan.
“Tapi aku tidak bisa bermain alat
musik.” Ucap Ariana.
“Kau bisa bermain piano.” Ucap
Ibunya.
Setelah selesai sarapan, Zayn membiarkan
Ibunya yang membawa mobil sedangkan ia menggunakan motor. Seperti biasa, setiap
saat Ariana selalu memasang headset di telinganya untuk mendengarkan lagu.
Baginya, no days without listening song.
Ariana pernah mencoba mengcover lagu tapi tidak jadi, entahlah. Ia merasa
kurang percaya diri jika tidak bisa bermain alat musik walau Ibunya mengatakan
kalau ia bisa bermain piano.
Sekolah yang dimaksud Ibunya adalah
sekolah yang megah. Ariana melongo melihat sekolah itu. Gedungnya besar sekali.
Apa Ibunya salah memilih? Bagaimana jika ia tidak cocok dengan sekolah itu atau
sekolah itu yang tidak cocok dengannya? Ariana suka gugup dan kurang percaya
diri dengan hal yang baru.
Ariana berjalan dibelakang Ibunya.
Beberapa anak bermain basket di lapangan. Mungkin mereka sedang jam olahraga.
Ariana terus menunduk dan tidak mau menatap mereka. Keduanya pun tiba di ruang
tata usaha. Well, mulai besok Ariana
sudah mulai sekolah. Cepat memang tapi memang harus cepat agar Ariana tidak
semakin ketinggalan pelajaran.
“Kalau boleh tau kenapa anak Ibu
ketinggalan pelajaran?” Tanya ketua TU.
“Dia sakit.” Jawab Ibunya.
Sakit? Batin Ariana. Memangnya ia
sakit apa? Selama ini Ibunya tidak pernah cerita kalau ia terkena penyakit.
Jadi apa itu rahasia Ibunya dengan Zayn? Tapi kalau rahasia kenapa Ibunya
santai menjawab pertanyaan kepala TU tadi? Namun Ariana tidak bertanya lebih
lanjut. Mungkin benar ia sakit karena ia merasa sebagian memorinya hilang.
Setelah semua urusan selesai, Ibunya
mengajak Ariana jalan-jalan ke mall untuk memberi barang-barang. Ariana
menyukai shopping tapi ia tau diri.
Ia tidak mungkin membeli barang yang harganya mahal dan tidak penting. Ariana
iseng pergi ke toko kaset dan menemukan album-album lagu yang ingin sekali ia
beli.
“Besok kau sudah mulai sekolah. Mom
harap kau bisa bergaul dan mendapatkan teman yang baik.” Ucap Ibunya saat
mereka selesai belanja.
“Oke.” Ucap Ariana.
Ariana kembali memasang headset dan
mendengarkan lagu. Ibunya tersenyum melihat keceriaan di wajah putrinya. Ariana
begitu mencintai musik dan memiliki suara yang indah. Sudah seharusnya ia
mengembangkan bakat putrinya itu. Ariana harus berani tampil di depan banyak
orang dan menyanyi.
“And
I said, "Oh my, what a marvelous tune."
It was the best night, never would
forget how he moved
The whole place was dressed to the
nines
And we were dancing, dancing..”
Dengan cerianya Ariana mengikuti lirik lagu itu. Ibunya tidak marah atau
kesal, melainkan menikmati suara Ariana yang indah.
Besok Ariana sudah mulai sekolah dan Ibunya berharap putrinya itu
baik-baik saja.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar