expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 15 Desember 2013

Forever Love ( Part 1 )

-Forever Love-

By. Fahda Nuragastevadit


Part 1

.

.

.

Sinar sang surya menerobos sebuah kamar seorang cowok yang sedang tertidur. Jam weker di kamar itu sudah berbunyi setengah jam yang lalu. Dan cowok itu belum juga terbangun. Padahal, hari ini adalah hari pertamanya masuk SMA dan memakai seragam baru yaitu putih abu-abu.

Seorang wanita cantik kira-kira berumur empat puluh tahunan sedang memasang tampang kesal dan marah. Marah terhadap anak laki-lakinya itu yang menurutnya sudah dewasa namun belum bisa bangun sendiri. Wanita itu mendengus kesal. Ia berpikir kalo-kalo ia gagal menjadi seorang Ibu.

Sering kali ia iri kepada teman-temannya yang anak laki-laki mereka pada rajin-rajin dan nggak malas seperti anaknya itu. Hhuuhh... Wanita itu siap dengan serangannya. Walau yah serangan itu berakibat buruk. Yaitu kasur basah gara-gara air yang ia hendak siram ke anak laki-lakinya.

WUUUSSSS... ( anggap bunyi air )

Detik pertama, objek dari wanita itu diam. Detik kedua, ketiga dan keempat diam juga. Namun pada detik selanjutnya.....

“ARRGGGHHH!!! SETAAANNN!!” Umpat cowok itu. Ia langsung terbangun dan menegakkan punggungnya. Cowok itu mengerjap-ngerjapkan mata.

Devy, wanita tadi yang adalah Ibu dari cowok itu tersenyum puas. Sementara anaknya cemberut bukan main.

“Jam berapa sekarang?” Tanya cowok itu yang akrab di panggil Rio.

Devy menatap sinis anaknya. “Dasar laki-laki pemalas! Mama heran deh sama kamu. Kenapa belakang-belakangan ini sikapmu berubah? Hah?”

Rio nggak langsung bicara. Ia diam dulu sambil berusaha mengumpulkan nyawa-nyawanya yang hilang entah kemana. Setelah itu ia tersenyum manis. Sangat manis yang membuat siapapun bakal bahagia dan nggak bisa tidur semaleman.

“Ini kan hidup-hidup Rio juga. Terserah Rio mau bangun jam berapa. Sekarang, jam bera...”

“CEPAT MANDI ATAU HARI PERTAMAMU BAKAL MEMBUAT KESAN BURUK!!” Bentak Devy garang dan Rio cepat-cepat pergi dari kamarnya. Ia nggak mau melihat wajah garang Ibunya.

Sementara Rio mandi, Devy berjalan menuju ruang makan. Disana sudah ada suami dan kedua anak perempuannya, bernama Acha dan Cindai. Acha duduk di kelas dua SMP dan Cindai duduk di bangku kelas lima SD.

“Kak Rio dimana? Masih bangun juga?” Tanya Acha.

“Tau tuh! Mama sudah kesal dengan kelakuannya belakang-belakangan ini. Mama heran, hal apa yang bisa mengubah sikapnya itu?”

Semua sependapat dengan Devy. Memang, belakang-belakangan ini Rio berubah. Sedikit susah di atur dan semua keinginannya harus di turuti. Mana Rio dulu? Mana Rio yang ramah, baik, hormat kepada orang tua dan dewasa?

“Iya Ma. Cindai juga bingung. Perasaan dulu Kak Rio nggak kayak gini. Ada apa ya Ma? Apa dia diputusin pacar terus jadi kayak gini?”

“Huuusss! Selama ini Kak Rio nggak pernah pacaran. Dia itu anti cewek! Ingat, ANTI CEWEK! Nggak mungkin kan Kak Rio berubah gara-gara cewek?” Kata Acha.

Sepertinya Cindai nggak setuju dengan omongan Acha. “Mana begitu... Buktinya, kemarin Cindai liat Kak Rio bawa cewek ke rumah! Artinya dia udah nggak anti lagi sama cewek.”

Benar juga! Eh, tunggu! Semenjak Rio nggak anti cewek lagi, mulai dari itulah Rio berubah. Hmmm.. Sepertinya, ada sebuah misteri yang harus dipecahkan nih.

Namun, Acha nggak mau kalah dengan adiknya. “Iya, gue tau. Tapi Kak Rio nggak pernah sedih gara-gara ditinggal pacarnya. Dan.. Status kak Rio sekarang itu jomblo! Walau kak Rio udah nggak anti lagi sama cewek, dia belum pernah pacaran kok.”

“Tapi kak...”

Perdebatan mereka dilerai oleh Ilham, suami Devy. Acha maupun Cindai terdiam. Nggak bisa apa sehari aja mereka damai? Setiap kali mereka ketemu, wajib hukumnya mereka berdebat dan nggak ada yang mau ngalah.

“Hai semua!! Pangeran ganteng sudah tiba!!” Sapa Rio yang tiba-tiba sudah ada di ruang makan. Acha tersedak karena kaget dan Cindai cekikikan.

Rio duduk di antara Acha dan Cindai. “Kalian berdua lagi gosipin gue ya?” Bisik Rio di telinga Acha lalu beralih ke telinga Cindai.

“Bukan. Tapi kami gosipin kuda yang kemaren ngelahirin anaknya.” Jawab Acha santai.

Rio tersenyum sambil mengacak-acak poni adiknya

Drtdrtrdrt....

Message From : 0878xxxxxxxx

Lo ada dmn? Mati lo klo lo gg smpe ke skolah sblum jm 7.

By. Alvin

Hampir aja minuman yang barusan ia minum di keluarkan. Sumpah demi apa, ia lupa kalo hari pertama datangnya harus jam tujuh. Kalo hari-hari biasanya jam setengah delapan. Mau nggak mau Rio harus berangkat sekarang. Yang menjadi masalahnya, ia sama sekali belum menyentuh nasi goreng yang lezat itu. Ia hanya sempat minum air putih. Itupun cuman seteguk.

“Kenapa?” Tanya Devy.

“Gue harus pergi sekarang atau gue berurusan dengan Pak Zayn!” Seru Rio. Ia berlari ke kamarnya demi mengambil kunci motor. Lalu ia meninggalkan rumah tanpa pamitan dulu.

“WOOOIIII KAAAAKKK!!! BALIK LOOOO!!!!” Teriak Acha kesal. Sementara motor Rio sudah menghilang.

Cindai mendekati kakaknya seraya berbisik. “Do’ain. Semoga di tengah jalan Kak Rio di tilang polisi. Kan dia belum punya sim.”

Mendengar hal itu, Acha tersenyum senang. “Semoga. Dan dia nggak diperbolehin bawa motor lagi. Hihihi...”

***

Motor itu melaju kencang. Namun motor itu mendadak berhenti karena nggak nyadar kalo di depannya ada cewek yang hendak menyebrang jalan.

“AWAAAAASSSSS!!!” Teriak si pemilik motor. Untung dia bisa selamat dan cewek yang tadi kaget itu juga selamat.

Si pemilik motor yang tak lain adalah Rio memberhentikan motornya di pinggir jalan raya. Ia begitu kesal dengan cewek itu. Gawatnya lagi, sekarang sudah lebih dari jam tujuh. Tapi ia tersenyum melihat badge seragam cewek itu. SMA Sunrise!

“Lo anak kelas sepuluh juga kan?” Tanya Rio pada cewek itu.

“I..Iyaa..” Jawab cewek itu gugup. Jantungnya berdegup kencang melihat cowok yang lain daripada yang lain. Cowok itu cakeeeeep banget! Baru kali ini ia menemukan cowok secakep manusia di hadapannya itu.

Dan Rio sendiri tau kalo daritadi ia diperhatikan oleh cewek itu. “Gue tau kalo gue itu ganteng. Kenapa lo baru berangkat sekarang?” Tanya Rio.

Cewek itu mengatur nafasnya. Berusaha tenang menghadapi cowok di hadapannya. “Aku nggak tau kalo jam tujuh harus sampai di sekolah. Soalnya aku nggak ikutan MOS selama dua hari. Tepatnya di hari kedua dan ketiga.”

“Emang lo nggak punya teman apa?”

“Pu.. Punya sih..” Jawab cewek itu kembali gugup.

Tanpa persetujuan dari cewek itu, Rio menarik tangan cewek itu dan menyuruhnya naik di motor. Artinya cewek itu ikut bersama Rio menuju sekolahnya.

“Kamu anak SMA Sunrise juga kan?” Tanya cewek itu.

“Ya. Lo jangan takut. Lo nggak mau kan punya masalah sama Pak Zayn? Satpam yang kemaren sok-sok’an itu?”

Cewek itu nggak menjawab toh ia juga nggak tau siapa Pak Zayn itu. Setaunya, Zayn itu salah satu personil One Direction, salah satu boyband favoritnya. Lalu, motor Rio melaju kembali.

Sesampai di luar gerbang sekolah yang jelas-jelas sudah di tutup, Rio mendengus kesal. Benar deh kata Mama. Hari pertamanya menjadi anak SMA begitu kacau. Cewek yang ada di samping Rio pun juga takut. Tapi ia bersyukur ada orang yang menemaninya kalo nanti ia dihukum gara-gara terlambat.

Seorang lelaki datang. Rio tau lelaki itu adalah Pak Zayn. Satpam sekolah yang memiliki sifat kedisiplinan yang tinggi. Seandainya ada murid SMA Sunrise yang bolos, bakal di panggang deh sama Pak Zayn.

Tapi bukan namanya Rio kalo tidak berani membantah satpam itu.

“Pak Zayn yang baik, izinkan saya masuk ke dalam.” Kata Rio yang suaranya dibuat manis-manis. Kayak ngerayu kakak osis aja pas MOS!

Pak Zayn menatap tajam cowok cewek itu. Dipikirannya, tergambar bahwa cowok dan cewek itu keasyikan pacaran sampai-sampai lupa sekolah. Dasar anak muda sekarang!

“Kau ingin masuk?” Tanya Pak Zayn.

Rio dan cewek itu mengangguk. Berharap kali ini satpam ganas itu memberi mereka kesempatan.

“Hmm.. Sebenarnya saya boleh-boleh saja mengizinkan kalian masuk. Tapi... Karena saya bukan kepala sekolah, jadi saya nggak bisa melakukan apapun. Cukup kalian berdua akan saya hukum dan berurusan dengan guru BK.”

“Hukum? No! Saya baru masuk ke sekolah ini. Ini hari pertama saya! Sebaiknya bapak mengizinkan saya masuk! Nggak masuk akal anak baru seperti saya langsung dihukum, dan saya juga tau sebenarnya Pak kepala sekolah mengizinkan kami masuk. Hanya saja bapak yang punya nafsu besar untuk menghukum kami, ya kan?”

Kurang berani apa coba Rio? Sementara cewek di samping Rio kagum. Hebat banget cowok itu. Seperti sudah akrab dengan Pak Zayn.

“Kamu berani membantah perkataan saya?” Bentak Pak Zayn.

Walau di balas dengan bentakan, Rio fine-fine aja tuh. “Saya nggak membantah bapak. Yang saya inginkan cuman satu. Yaitu masuk ke dalam. Bapak paham?”

Kalo saja ia berani menghajar cowok itu, tentu saat ini juga Zayn akan menghajar cowok itu. Tapi ia harus sabar. Butuh tenaga dan pikiran yang jernih supaya sukses menghadapi murid bandel seperti cowok itu.

“Adik yang baik...” Pak Zayn menarik nafas dalam-dalam. “Disini sudah jelas peraturannya bahwa semua murid dari kelas satu sampai kelas tiga ketika hari Senin jam tujuh sudah ada di sekolah. Lebih dari jam itu, dinyatakan terlambat dan siap menerima hukuman. Adik paham?”

“Lha, bapak niru kalimat saya saja.” Kata Rio.

“Maksud kamu?”

“Oh, nggak ada. Jadi, saya boleh kan masuk ke dalam?”

Plak! Pak Zayn memukul keningnya sendiri. Dia nggak menyangka bisa bertemu manusia seperti cowok itu. Kalau begini caranya, kesabarannya tadi sudah habis. Anak itu harus di keraskan agar mengerti dan paham!

“Ssst.. Jangan bikin bapak itu kesal. Kamu berani banget.” Bisik cewek itu di telinga Rio.

“Tenanglah. Lo diam aja dan perhatikan gue, oke cantik?”

Cantik? Kedua pipi cewek itu bersemu. Tadi cowok itu bilang dirinya cantik? Jujur saja. Ia nggak yakin kalo dirinya cantik. Cuman Mama, Papa, dan kakak laki-lakinya saja yang pernah mengatainya bahwa ia cantik. Dan kali ini cowok yang diam-diam dikaguminya? Bahkan mungkin disukainya.

“Gimana?” Tanya Rio.

Pak Zayn menarik nafas dalam-dalam. Lalu... “Kamu.. Kamu memang anak yang bandel! Sudah saya katakan. Kalian berdua harus di hukum! Ini peraturan! Kalo kamu dan cewekmu itu tidak mau melaksanakan hukuman, kalian bisa berurusan sama guru BK dan tentu kepala sekolah!”

“Woles, Pak. Bisa tidak bapak pelan-pelan? Bapak kayak disambat setan saja. Saya emang tau Pak peraturan disini. Tapi masa kami yang masih baru harus mene...”

Belum sempat Rio menyelesaikan perkataannya, datang seorang guru dari dalam. Guru itu mendatangi mereka karena merasakan suatu ketidakberesan.

“Ada apa Pak Zayn?” Tanya guru itu.

Pak Zayn pun menceritakan dari awal. Dan guru itu mengangguk mengerti. Sebetulnya ia mengenali murid baru itu. Dia adalah Mario Stevano, anak dari temannya.

“Baiklah. Biar saya yang mengurusi anak ini.” Kata guru itu yang biasa akrab dipanggil Pak Budi. “Kamu, yang cewek, silahkan masuk. Dan jangan pernah mengulangi kesalahanmu, paham?” Lanjutnya.

Cewek itu mengangguk dan lega. “Terimakasih Pak. Saya janji nggak akan mengulanginya lagi.”

Pak Budi mengangguk. Cewek itu pun bersiap masuk ke dalam, tapi, tangannya ditarik oleh tangan Rio. Jantungnya kembali berdebar-debar. Tadi ia dibilang cantik, sekarang tangannya dipegang oleh Rio. Larat, maksudnya di tarik.

“Lo tega ninggalin gue?” Tanya Rio.

“Ng.. Kayaknya guru itu benar-benar marah deh sama kamu.” Jawab cewek itu.

“Terus bagaimana?”

“Ehem..” Kata Pak Budi.

Rio dan cewek itu langsung salting.

“Sudah selesai pacarannya? Ini sekolah. Bukan tempat untuk pacaran.” Jelas Pak Budi.

“Aku pergi dulu ya..” Kata cewek itu. Tapi tangannya tetap dipegang oleh Rio. Duhh, maunya cowok itu apa sih?

“Oke. Lo boleh pergi. Tapi ada satu hal yang mau gue tanyain ke elo.”

“Apa?” Tanya cewek itu penasaran.

***
TBC.....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja (:

Follow: @uny_fahda19

1 komentar: