expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Senin, 01 Juli 2013

Please, Don't Forget Me! ( Part 19 )

Part 19


.


.


.


Hatinya bertambah menjadi lebih sakit saat melihat mantannya. Gabriel. Cowok itu tiba-tiba menampakkan diri, di kala hatinya sedang sakit. Lalu, apakah Gabriel akan mentertawakannya agar penderitannya komplit?


Namun dugannya salah. Gabriel kesini untuk menemaninya. Tidak ada tawa atau senyum kelicikan. Yang ada hanya senyuman manis Gabriel yang dulu sangat disukainya.


"Ada apa Fy?" Tanya Gabriel. Ify ragu untuk menjelaskannya.


"Nggak ada kok." Jawab Ify.


"Okelah. Ohya, mana Rio?"


Mendadak Ify menangis. Gabriel yang tidak tau menahu langsung memeluk cewek itu. Cewek yang masih dicintainya.


"Gue nggak ikut campur urusan Lo. Apapun masalah Lo, hadapi dengan penuh ketegaran. Lo jangan nangis kayak gini."


Ify merasa nyaman berada dalam pelukan Gabriel. Pelukan yang sudah lama tidak dirasakannya. Pelukan yang telah tergantikan oleh pelukan seorang Mario Stevano.


"Iya Yel, gue janji nggak akan nangis lagi. Makasih ya."


Pertama kali ia tersenyum pada Gabriel sejak ia putus dengan cowok itu. Gabriel membalas senyum Ify. Oh Fy, gue yakin suatu hari nanti gue bisa bersama Lo. Hidup dan tinggal bersama Lo. Akan gue usahaiin membatalkan perjodohan itu.


"Iya, sama-sama Fy." Jawab Gabriel lalu melepas pelukannya. Ify menyeka mata dan tersenyum lagi. Tapi, di bayangan matanya terlintas wajah cewek korea itu. Ify salah jika ia menangis dalam pelukan seseorang yang bukan menjadi haknya. Salah.


"Pacar Lo mana?" Tanya Ify.


"Dia di Korea." Jawab Gabriel berbohong. Yang benar aja, Pricilla dilarang keras pergi ke Korea. Ia harus tinggal di Indonesia sampai tiba waktunya ia dan Gabriel berhak untuk tinggal bersama.


"Ooo.." Kata Ify. Ia tak tau apakah ia sedang bahagia atau tidak. Tapi ia merasakan pelukan itu lagi. Ya, Gabriel memeluknya lagi. Bahkan pelukan itu lebih hangat dari pelukan pertama.


***


Malam itu, di kamar Dea, Dea sedang membaca status facebook Rio. Hahaha.. Kasian banget. Dea sempat ketawa ngakak. Tapi, kasian juga ya Rio. Bukan Ify aja yang sakit, Rio ikutan juga. Padahal kan Rio nggak bersalah apapun.


"Gue berhasil kan kak?" Kata Dea bangga ketika Alvin masuk ke dalam kamarnya.


"Ya. Tapi apa Lo nggak takut mereka balikan? Lalu, jika mereka balikan apa Lo akan gangguni hubungan mereka?"


Dea terdiam.


"Gue saranin, sebaiknya Lo jangan ganggu mereka lagi. Biarkan mereka bahagia."


Wah-wah, kok Alvin nggak mendukungnya lagi ya? Apa Alvin udah putus sama Shilla? Tapi, Dea nggak akan membiarkan Ify bahagia. Jika mereka balik lagi, dan jika ia putus asa, ia akan menggunakan rencana B. Rencana yang ia ketahui seorang. Keke pun tak mengetahuinya.


"Rencana B? Rencana apa sih itu?" Tanya Alvin penasaran.


"Ya.. Rencana gitu."


"Apa nggak berbahaya?"


"Ya enggak lah kak, tapi sih awalnya berbahaya. Namun selanjutnya tidak. Dan rencana ini Dea minta bantuan ma teman-teman Dea yang disana."


"Siapa?"


"Entar Lo tau." Jawab Dea tersenyum misterius.


***


Tok..Tok..Tok...


Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Namun sang pemilik kamar tidak menyahut. Sejak siang tadi pintu itu tidak terbuka. Sekarang sudah sore. Seseorang itu sangat khawatir pada pemilik kamar.


"Gimana? Masih belum terbuka?" Tanya Shilla. Rio menggangguk pasrah.


"Oh ayo ayo ayo.. Buka pintunya Fy.. Ini Shilla Fy, sahabat Lo.." Kata Shilla.


Tidak ada suara dari dalam sana. Apa Ify pingsan? Ify kan belum makan siang. Wajah Shilla menjadi pucat. Awas, Shilla bakal buat perhitungan sama Dea. Tapi yah, apa ia berani? Dea kan adik dari pacarnya sendiri. Uh, pasti Dea itu anak adopsi. Nggak mungkin adeknya Alvin.


"Ify.. Ini Shilla.. Lo jangan sedih.. Ayo keluar.." Mohon Shilla. Suaranya sudah mau habis. Hampir dua jamman ia memohon di luar pintu kamar Ify. Begitupun Rio yang mulai frustrasi.


Krek! Pintu terbuka. Shilla tersenyum senang. Ternyata Ify baik-baik aja. Bahkan Ify sempat tersenyum padanya. Ya, apa gunanya menangisi seseorang yang udah menghianati kita? Ify mencoba menganggap Rio tak ada di depannya.


"Mmm.. Fy.. Maafin gue." Kata Rio serak.


"Shill, cari makan di luar yuk! Ohya, tadi gue ketemu Gabriel lho. Dia makin cakep aja. Tadi tuh dia nenangin gue sampai gue tersenyum kayak gini. Yuk!" Kata Ify menarik tangan Shilla dan meninggalkan Rio.


Bukannya Ify senang atau apa ketemu Gabriel, tapi cuman buat Rio cemburu aja. Dan benar, Rio menatap punggungnya yang semakin hilang dengan air mata yang ingin saja menetes. Oh Yo, ngapain Lo nangis? Gila Lo!


"Lo nggak papa Fy?" Tanya Shilla. Ia takut Ify menjadi gila.


"I'm fine Shilla. Yuk kita keluar!"


Sebelumnya, Rio memberi pesan pada Shilla. "Shill, bilang Ify kalo gue masih mencintainya. Bilang kemarin itu cuman akal-akalan Dea aja. Terserah Ify mau berkata apa. Yang penting dia harus maafin gue agar gue tenang. Kalaupun dia nggak mau gue lagi, gue rela kok."


Shilla tersenyum menanggapi pesan Rio.


***


Di pinggir kolam di belakang rumahnya, Cakka memainkan gitarnya. Ia memetik senar gitar tak karuan. Berharap rasa-rasa aneh ini hilang begitu saja. Hubungannya dengan Agni masih gantung. Cakka belum memutuskan Agni dan Agni mungkin tak pernah tau apakah ia masih mencintai Agni atau tidak.


Ah, andaikan ia tak bertemu cewek itu.. Cewek yang menurutnya berbeda dari cewek lain. Cewek yang memiliki aura tersendiri. Sekarang, ia hanya tinggal bersama Ayah dan Rio. Angel udah menikah beberapa hari yang lalu. Angel begitu bahagia, dan ia? Rio pun ia tau sedang ada masalah. Sama seperti dirinya. Tapi Cakka harus bersikap dewasa dibanding Rio.


Ponselnya berbunyi. Dari Agni. Tapi Cakka tak mempedulikan. Sepuluh kali Agni memiscallnya. Tapi Cakka sama sekali tidak mengangkat. Ag.. Gue bingung Ag.. Sungguh, gue bingung dengan perasaan gue.


Di sebrang sana, seorang cewek frustrasi karena telponnya tidak diangkat. Ayolah Kka, angkat..angkat.. Agni menelpon Cakka lagi. Jika Cakka tak menjawab, artinya..artinya ia akan kembali pada perjodohan itu. Sion.


Argh, sial! Cakka tidak mau mengangkat. Jadi, apa keputusannya adalah pilihan terbaik? Tadi, Mama mengatakan kalo ia mau sama Sion, tentu Mama senang. Sion itu anak orang kaya dan pintar. Anaknya cakep lagi. Kata keluarga Sion, perjodohan itu masih ada kok.


Kka.. Apa gue harus ninggalin Lo? Cinta pertama gue? Apa gue nggak berhak bersama Lo? Ya, Cakka bukan jodohnya. Agni harus mengerti. Baiklah Kka, gue nggak akan rubah keputusan. Agni menaruh ponselnya di atas meja lalu berlari menemui Mama yang sedang membaca koran.


"Ma, Agni mau kok tunangan ma Sion." Kata Agni mantap.


***


@Caffe Blovers


Ify begitu malas mendengar cerita Shilla tentang Rio. Ia bosan mendengar Shilla berkata, 'Fy.. Rio minta maaf ma Lo. Jadi Lo maafin dia ya.' Enak banget cowok itu minta maaf. Ntar, palingan dia minta maaf lagi. Dasar cowok!


"Lo harus maafin Rio Fy, sebenarnya Rio nggak salah. Dea yang gila Fy, Dea mau balas dendam ma Lo. Masa' gitu aja Lo harus tinggalin Rio sih?" Kata Shilla.


"Kenapa harus gue Shill? Bukannya Lo juga apa yang salah ma Dea? Bahkan Lo lebih parah." Kata Ify dengan nada sedikit membentak.


"Gue nggak tau juga Fy.. Kalo gini caranya, lebih baik Dea gangguin hubungan gue ma Alvin. Gue ikhlas kok."


Ify memelototi Shilla. "Mikir dong Shill, masa' Dea cemburu ma Lo? Alvin itu kakaknya Dea Shill.. Kakaknya!"


"Iya...Iya.. Kalo gitu kita tuker pasangan aja. Lo sama Alvin dan gue sama Rio, gimana?"


Omongan Shilla makin ngawur aja. Tapi Ify tau, Shilla berusaha sekuat tenaga disini karena demi Rio. Ya, demi Rio yang mengharapkan perminta maafannya.


"Okelah, gue akan maafin Rio. Tapi soal tukeran pasangan, lebih baik Lo selingkuh ma Rio biar kakaknya Dea tau rasa."


"Hahaha.. Nggak mungkin lah Fy gue selingkuh.. Alvin itu cinta terakhir gue. Gue bakal gila kalo Alvin tinggalin gue." Tawa Shilla.


"Hmm, ya udah, terserah Lo. Tapi bilang ke Rio kalo gue nggak mau balik lagi ma dia, oke?"


Sepertinya Shilla mendapatkan sebuah ide cemerlang.


***


Mungkin untuk terakhir kalinya ia melihat rumah itu. Orangtuanya menyuruhnya tinggal di Yogyakarta bersama keluarga Sion. Tentu Agni nggak bisa menolak. Selain untuk lebih akrab dengan calon suami dan mertuanya, Agni pun dapat dengan mudah melupakan Cakka.


Urusan kuliahnya, Agni tak ambil pusing. Ia melanjutkan sekolahnya di yogya nanti. Katanya juga tanggungan hidupnya dibiayai oleh keluarga Sion. Bukannya artinya mereka sangat baik? Dulu, keluarganya sering dibantu oleh Sion. Mungkin karena itu Mama menyuruhnya nikah sama Sion sebagai tanda terimakasih karena dulu sudah banyak menolong. Sion pun sangat mencintai Agni, dan Agni baru menyadarinya sekarang.


"Jaga dirimu baik-baik ya.." Pesan Mama Agni sambil membelai rambutnya.


"Ya Ma. Semoga Agni bahagia disana. Ohya, jangan beritahu siapa-siapa kalo Agni dijodohin ma orang. Ya?"


Mama mengangguk. Agni tersenyum melihat Mama. Lalu, ia memberi Mama sebuah surat. Mama mengambil surat itu. Awalnya ia bingung, tapi melihat nama penerimanya, ia jadi mengerti.


'Good bye Jakarta..' Batin Agni. 'And good bye Cakka, maaf pergi secara tiba-tiba.'


***


"Gue harus bicara ma Agni yang sebenarnya. Harus! Karena gue udah mendapatkan suatu keputusan!" Kata Cakka. Ya, keputusannya sudah ia pikir matang-matang. Rio yang daritadi memerhatikan Cakka angkat bicara.


"Kenapa?"


"Ada deh.." Jawab Cakka penuh misteri. Cepat-cepat Cakka menstarter motornya menuju rumah Agni.


@Agni's home


Tarik nafas.. Buang.. Tarik lagi.. Buang.. Inget Kka, Lo harus melakukannya. Lupakan kejadian kemarin-kemarin. Pikirkanlah apa yang akan terjadi beberapa detik ke depan. Oke!


Rumah Agni terasa sepi. Mungkin si pemilik rumah sedang pergi. Lho? Bukannya itu Bu Rika, Mama Agni?


"Cari siapa?" Tanyanya.


"Agni ada?"


"Agni.. Dia nggak ada. Ohya, kamu Cakka ya?"


"Iya tante. Agninya kemana?"


Bu Rika tak menjawab melainkan memberi Cakka sebuah surat. Cakka menerima surat itu. Ia buka surat itu dan membacanya dengan seksama.


Entah bagaimana reaksi wajahnya saat selesai membaca surat itu. Apakah senang atau... Menyesal?


***
TBC....



Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj :@fahdastevadit      ( http://risedirectioners.blogspot.com )

1 komentar: