Casting:
David Desrosiers as himself
Whoever you want as Olivia
Whoever you want as Jessie
.
“Akan
aku temukan cara apapun untuk membuat bayanganmu hilang dari pikiranku.”
***
Satu
bulan berlalu…..
Apakah aku baik-baik saja? Sudah
satu bulan berlalu tapi aku tidak merasakan perubahan apapun. Semuanya sama
saja. Aku tetap merasakan hal yang sama saat terakhir aku rasakan satu bulan
yang lalu. Tepatnya di hari senin itu. Segalanya berakhir dengan tiba-tiba dan
itu tentu saja melenceng jauh dari rencana-rencana yang kita bangun.
Kurasa aku belum sembuh total. Aku
masih merasakan adanya kepingan-kepingan kenangan yang seharusnya aku buang
jauh-jauh. Ini jauh diluar dugaanku. Kukira semuanya akan baik-baik saja tapi
kenyataannya sangat menyakitkan. Kini, aku duduk termenung di sebuah café yang
menyimpan banyak kenangan indah bersamanya, apalagi saat hujan tiba membuat
suasana menjadi ceria.
“David..”
Suara itu.. Tidak! Aku terlalu
memikirkannya hingga setiap suara yang aku dengar adalah suaranya. Sekarang
bagaimana caranya menyingkirkan semua itu dari pikiranku? Aku bodoh sekali,
sangat bodoh.
“David!”
Aku tersadar, lebih tepatnya lagi
terbangun dari alam pikiranku yang membuatku gila seperti ini. Kemudian aku
menatap sepasang mata biru yang memang begitu indah. Tapi kenapa rasanya..
kenapa rasanya semua itu palsu?
“David! Kenapa kau berada disini?
Seharusnya tiga puluh menit yang lalu kau menjemputku!”
Namanya Olivia, dia adalah kekasih
baruku tapi kurasa aku tak benar-benar mencintainya. Tiga hari lalu kami
pacaran. Kukira Olivia bisa membuatku sembuh dari penyakitku ini tapi
kenyataannya semakin memburuk. Bahkan mungkin aku bisa saja membuat hati Olivia
hancur.
“Maafkan aku.” Ucapku dengan segala
kebodohanku.
Olivia menatapku dengan sebal sambil
melipat tangannya di dada. “Kau masih memikirkannya?” Tanyanya.
Pertanyaan yang sangat tidak aku
duga. Olivia adalah sahabat dari mantanku itu, maksudnya gadis yang berhasil
membuatku gila seperti ini. Sedikit aku ceritakan tentang kisah cintaku yang
berakhir menyedihkan. Namanya Jessie. Sudah dua tahun kami menjalani hubungan
tapi satu bulan yang lalu tiba-tiba Jessie memutusiku padahal aku sangat
mencintainya dan tidak ingin kehilangannya. Jessie meninggalkanku tanpa sebab.
Boleh saja Jessie meninggalkanku,
tapi dia harus benar-benar meninggalkanku tanpa menyisakan bayangannya yang
selalu tidak bisa aku hindari. Setiap saat aku selalu teringat olehnya.
Sekarang aku menjalin hubungan dengan Olivia tapi Olivia sama sekali tidak bisa
membuat hatiku menjadi lebih baik.
“David! Kau menghayal lagi!” Bentak
Olivia.
Entah sejak kapan gadis itu
meninggalkanku. Maafkan aku. Aku memang jahat dan bodohnya menjadikannya
sebagai kekasihku padahal dari hatiku yang paling dalam aku tidak bisa
mencintai Olivia.
Ku hirup kopi terakhirku lalu
meninggalkan café itu, café yang sering aku kunjungi saat masih bersama Jessie.
Aku tersenyum samar. Semuanya tak akan bisa kembali seperti dulu lagi. Aku tak
akan bisa lagi menggenggam tangan Jessie, tak akan!
***
Rasanya malas sekali untuk bangun,
bahkan membuka mata saja susah padahal aku ada kuliah pagi. Tapi untuk apa
kuliah jika berujung tidur di kelas lalu dimarahi oleh dosen? Maka aku beritahu
temanku kalau aku tidak bisa kuliah hari ini karena sakit. Biarlah, bukankah
aku juga sedang sakit?
Ternyata putus cinta itu sangat
sakit. Tapi kurasa dulu aku pernah mengakhiri hubungan dengan beberapa gadis
tapi tidak sesakit ini. Rasanya Jessie sudah menjadi cinta sejatiku namun dia
tega meninggalkanku.
Setelah mandi dan sarapan, aku
memutuskan jalan-jalan keluar demi mencari udara segar. Aku sangat membutuhkan
angin dan suasana di luar sana karena mungkin itu bisa membuat perasaanku
menjadi baik daripada mengurung diri di kamar.
“Hei Dave! Kau tidak kuliah hari
ini?”
Jantungku berdebar-debar mendengar
suara itu. Aku tidak sedang bermimpi kan? Aku membalikkan tubuhku dan menemukan
sosok gadis yang memang tak asing lagi namun terasa asing bagiku. Argh!
Kepalaku menjadi sakit. Kuharap yang aku lihat hanyalah fatamorgana saja.
“Kau siapa?” Tanyaku layaknya orang
yang tidak waras.
“Kau kenapa? Aku Jessie! Kau sedang
sakit ya?” Ucap gadis itu.
Aku tertawa hambar. Rasanya ingin
berteriak sekencang-kencangnya. Gadis dihadapanku itu memang Jessie, sosok
gadis yang sudah menghancurkanku dan membuatku gila seperti ini. Lihat, Jessie
nampak baik-baik saja sedangkan aku? Cinta memang menyakitkan.
“Kau berbeda dari Jessie biasanya.”
Ucapku.
“Ohya? Aku sama sekali tidak
berubah, kau yang berubah!” Ucap Jessie.
Kepalaku terasa pening. Aku putuskan
kembali ke rumah dan menuju tempat yang aku sayangi yaitu kamarku. Bayangkan
saja, seseorang yang dulu sangat kau cintai kini terasa asing bagimu. Terlihat
bukan sosoknya yang seperti dulu, bahkan berubah menjadi sosok palsu yang harus
kau bencikan.
Aku membuka ponselku. Satu pesan
masuk dari Olivia. Dia tau kalau aku sedang sakit. Katanya sehabis kuliah nanti
dia ingin menjengukku. Bisa saja aku mencintai Olivia jika bayangan Jessie
tidak lagi menghantuiku.
Setelah menunggu waktu yang cukup
lama, Olivia datang sambil membawa beberapa makanan. Olivia berbeda dari
Jessie. Olivia lebih bersikap seperti layaknya seorang wanita sedangkan Jessie
tidak. Olivia pandai membuat makanan dan aku sangat menyukai makanan buatannya.
Tapi semua itu tidak berpengaruh bagiku. Bayangan Jessie tetap saja
menghantuiku walau sosoknya kini samar-samar dan seakan-akan tidak aku kenali.
“Move on itu memang susah, tapi kau
harus mencobanya, oke?” Ucap Olivia.
Apa? Jadi Olivia tau kalau aku masih
belum bisa melupakan Jessie? Kuharap gadis itu tidak sakit hati karena sikapku
ini.
“Maafkan aku. Aku masih belum bisa
melupakan Jessie. Rasanya aneh dan membuatku gila.” Ucapku.
Olivia tersenyum. “Lupakan saja. Aku
akan setia menunggumu agar kau bisa melupakannya. Santai saja. Aku tidak akan
marah.” Ucapnya.
Aku menatap Olivia. Astaga gadis itu
memang benar-benar mencintaiku dengan tulus. Baiklah. Meski aku tidak tau harus
bagaimana, tapi aku akan berusaha membuang Jessie dari pikiranku dan keluar
dari semua masalah ini meski aku tidak tau kapan waktu yang tepat untuk
melupakannya. Tapi aku yakin sekali akan ada waktunya.
Akan ada waktunya bagiku untuk
melupakan seseorang yang sangat aku cintai.
***
END
Song for this
part
Simple Plan –
Freaking Me Out ( ft. Alex Gaskarth )
What the hell’s going on, have you gone undercover?
You were here, now you’re not, been replaced by another
Cause it’s still your face, but there’s something strange
Not the one I remember
Can you please explain, did they wipe your brain?
Is this gonna be forever?
Cause everything you say everything you do
Is freaking me out, freaking me out
You know we used to be the same, who the hell are you
Freaking me out, freaking me out
Then I swear I thought I knew you, but all that was yesterday
And now you turn it around, what’s that about?
Cause you’re freaking me out, freaking me out
Think you’re real, but you’re fake
Think you’re deep, but you’re shallow
You’ve become, what you hate
Now you’re lost, just a shadow
So we pull your strings cause it makes no sense
That you act like you’re better
You can say these things to your so-called friends
And they just might think you’re clever
Cause everything you say everything you do
Is freaking me out, freaking me out
You know we used to be the same, who the hell are you
Freaking me out, freaking me out
Then I swear I thought I knew you, but all that was yesterday
And now you turn it around, what’s that about?
Cause you’re freaking me out, freaking me out
Wake up, wake up, wake up
Snap out of it
Wake up, wake up, wake up
Snap out of it
Wake up, wake up, wake up
Everything you say, everything you do
Is freaking me out, freaking me out
You know we used to be the same, who the hell are you
Freaking me out, freaking me out
And now everything you say, everything you do
Is freaking me out, freaking me out
So why’d you play your games
Who’re you trying to fool?
Freaking me out, freaking me out
And I swear I thought I knew you but all that was yesterday
And now you turn it around, what’s that about?
Cause you’re freaking me out, freaking me out
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar