expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 29 November 2013

Miracle of Rainbown ( Part 19 )

Hy all !!!


Ini part 19 nya,,, Maap kalo pendek ato gak memuaskan,,

Lima part lagi akan menyusul+epilog ,,


Part 19

.

.

.

Di cafee Day, Febby hanya memesan secangkir cappucino, sementara Alvin tidak memesan apapun. Cowok itu sebenarnya malas ke tempat ini. Dan ia menyesal tadi nggak pulang langsung, ternyata Febby mencarinya di sekolah. Parahnya lagi, Febby mau balikan padanya. Apa cewek itu nggak nyadar kalo ia udah punya pacar?

“Gue serius mo balikan ama lo.” Kata Febby.

Alvin menatap Febby tak suka. “Gue nggak mau. Gue udah punya pacar.”

Jawaban itu udah dipikirkannya. Tentu Alvin nggak mau balikan lagi. Cowok itu kadung cinta ama adek kelas yang penampilannya biasa-biasa aja. Tapi Febby tau, Alvin masih menyimpan cinta untuknya. Febby yakin itu.

“Ya.. Gue tau sih. Gimana kalo kita pacaran diam-diam?” Usul Febby. Ia meraih tangan Alvin dan menatap Alvin sambil tersenyum. “Gue masih sayang ama lo, tolong, hargai perasaan gue. Gue yakin lo juga masih mencintai gue.”

Perkataan terakhir Febby membuat jantungnya berhenti berdetak. Jujur, Alvin emang masih mencintai Febby. Sewaktu putus ama Febby, Alvin merasakan hatinya ditusuk-tusuk. Sakit sekali. Karena itulah ia berhenti jadi playboy.

“Vin, apa lo masih mencintai gue?” Tanya Febby.

Setan-setan merayunya untuk segera menjawab ‘iya’. Febby emang cantik. Sangat cantik. Ia akui itu. Bahkan Febby jauh lebih cantik daripada Sivia. Tapi, apa ia tega ama Sivia yang susah payah ia dapatkan? Apa hanya karena Febby hubungannya ama Sivia hancur? Tidak! Alvin harus menjaga hubungan ini. Ia emang masih mencintai Febby, tapi ia nggak mau balikan.

“Ya. Tapi gue nggak mau balikan.” Jawab Alvin. Febby tersenyum.

“Gue tau lo sayang banget ama pacar lo. Tapi, apa salahnya sih kita pacaran diam-diam? Gue janji nggak akan hianati lo. Gue kan udah tobat.”

Andai kata gue bisa jawab ‘ya’. Bodoh sekali jika ia menyetujui permintaan Febby. Biarpun diam-diam, pasti suatu hari semua orang tau kalo ia selingkuh. Dan, cap playboy ternyata masih belum hilang.

“Gue cinta elo..” Kata Febby. Ia memasang tampang manisnya.

“Gu.. Gue..” Alvin nggak berani melihat wajah itu. Wajah yang sempat menghiasi hari-harinya. “Gue nggak bisa. Maaf.”

Bukan namanya Febby kalo menyerah. Febby selalu berusaha sekuat mungkin agar keinginannya tercapai. Ayo Feb! Kali ini lo pasti bisa!

“Vin, pliss. Kalo lo masih mencintai gue, terima permintaan gue. Kita pacaran diam-diam. Kalo nggak mau ketahuan, lo nyamar aja jadi orang lain. Beres kan?”

Tuhan.. Apa yang harus aku lakukan? Alvin bingung. Ia ingin sekali balikan ama Febby, tapi ia nggak mau dikatakan cowok playboy lagi. Apa kata orang kalo ternyata ia selingkuh? Bagaimana dengan Sivia?

“Vin..”

Entah mengapa, tangan Febby ia genggam. Alvin rindu ama tangan halus ini. Dulu, ia selalu menggenggam tangan itu. Apa.. Apa ia memilih balikan ama Febby? Tapi dilihat dari wajah Febby, cewek itu benar-benar udah tobat.

“Vin, jawab.” Kata Febby.

Pandangan mereka bertemu. Alvin rindu ama wajah cantik yang ia lihat ini. Dan senyuman itu, sulit ia hilangkan dari pikirannya.

“Ng.. Lo mau tau apa jawaban gue?” Kata Alvin.

***

“Mau jenguk siapa?” Tanya cewek itu.

Seketika itu Gabriel diam di tempat melihat cewek yang sangat ia cintai datang menghampirinya. Gabriel menyimpulkan kalo Shilla habis jenguk Rio.

“Tante gue.” Bohong Gabriel. Sebenarnya ia ingin mengetahui keadaan Rio. Tapi ia nggak mampu melanjutkan langkah karena ada Shilla dihadapannya.

“Tante lo sakit apa?” Tanya Shilla.

“Bukan urusan lo!” Ketus Gabriel meninggalkan Shilla.

Lho? Kok tiba-tiba Gabriel ketus gitu ya? Salah gue apa? Ingin sekali Shilla mengejar Gabriel. Berhubung waktu yang singkat, ia nggak jadi mengejar Gabriel. Dalam hati, Shilla bersyukur ternyata Gabriel masih ada. Perkiraannya Gabriel melarikan diri atau apa.

Shilla keluar dari rumah sakit. Siang menjelang sore. Butuh refresing nih. Shilla memutuskan jalan-jalan ke taman agar pikirannya cerah. Mungkin disana ada pemandangan yang dapat membuat pikirannya kembali segar.

***

Mobil honda jazz itu berhenti di sebuah tempat yang asri. Di dalam mobil itu, seorang cowok keluar dan membukakan pintu di sebelah kiri. Lalu, muncul seorang cewek cantik. Si cowok tersenyum pada si cewek. Mereka bergandengan tangan dan berjalan masuk ke dalam taman yang dulu sering mereka kunjungi.

“Gue tau lo masih mencintai gue.” Kata Febby. Ia tersenyum manis melihat cowok disampingnya yang kini menjadi pacarnya.

Alvin menoleh melihat Febby dan tersenyum. “Ya. Rasa cinta itu nggak bisa hilang begitu aja. Tapi, kalo Sivia tau..”

“Jangan khawatir. Nggak ada yang tau kalo lo selingkuh. Gue juga jarang-jarang kok jalan ama lo.”

Tenanglah hati Alvin mendengar kalimat Febby. Tapi hatinya tak sepenuhnya tenang. Dosa besar ia lakukan terhadap Sivia. Dirinya emang nyamar kalo jalan ama Febby, tapi kan suatu saat nanti pasti diketahui orang lain. Sekarang aja ia nggak nyamar. Alvin takut ada orang yang melihatnya jalan berdua ama Febby.

“Feb, kalo ada yang liat kita sekarang gimana?” Tanya Alvin.

Mereka berdua berhenti dan duduk di sebuah tempat yang nyaman. Di tempat itu ada meja kecil. Tempat itu ditutupi karpet sehingga kalo kita duduk nggak kotor.

“Nggak akan. Tempat ini sepi. Nggak ada tanda-tanda orang yang mengenali kita.” Jawab Febby santai. Ia memesan jus sirsak, sementara Alvin memesan jus alpukat.

Alvin nggak begitu yakin. Ia merasa ada seseorang yang mengawasinya. Argh! Kenapa juga gue mau balikan ama Febby? Lo jangan terpikat ama kecantikan Febby. Ingat Vin, lo masih punya Sivia. Lo kan nggak mau jadi playboy lagi dan suka mempermainkan perasaan cewek?

Dua jus itu diantar di meja tempat Alvin dan Febby duduk. Febby menyedot jus sirsak yang konon dapat menyembuhkan penyakit. Nggak tau penyaikt apa. Kata Mama, ia disuruh banyak-banyak minum jus sirsak atau sekalian makan buahnya. Febby sih mau-mau aja asalkan nggak bikin gemuk, hehehe...

“Gue kangen tau ama tempat ini.” Gumam Febby.

“Ya. Tempat kita berdua.” Tambah Alvin.

“Mmm, lo sering ajak Sivia kesini?” Tanya Febby.

Alvin nggak jawab. Ia sibuk menyedot jus alpukatnya. Jujur aja, setiap malam minggu Alvin mengajak Sivia ke tempat ini. Alvin mengatakan kalo ini adalah tempatnya dan Sivia. Sekarang, ia mengatakan tempat ini adalah tempatnya dan Febby. Gimana sih lo Vin?

“Vin..” Kata Febby.

“Ya?”

“Gue pengen kita..”

“Kita apa? Kita kan udah pacaran?”

“Bukan. Ada sesuatu yang mau gue minta.”

“Apa?”

“Gue mau...”

***

Huh! Sepinya sih tempat ini. Maklum, bukan malam minggu. Shilla berjalan menelusuri taman itu. Di telinganya ada earphone yang selalu menemaninya. Ia ingat tadi pertemuannya ama Gabriel. Coba ya tadi ia nggak cepat-cepat pergi. Mungkin ia dapat bicara banyak ama Gabriel.

Dari kejauhan, Shilla melihat seorang cewek dan cowok saling menatap dalam diam. Mereka kan? Beruntung Shilla datang ke tempat ini. Diam-diam ia melihat kelanjutan dari pemandangan itu. Febby pintar! Batinnya.

Astaga! Mengapa mereka jadi... Shilla ingin muntah melihat pemandangan itu. Ia yakin seratus persen kalo Febby yang melakukan semua itu. Bukan Alvin. Ia harus menyelesaikan masalah yang satu ini agar Sivia nggak salah paham.

Dasar Febby! Liat ntar tanggal mainnya, batin Shilla. Sekali lagi ia melihat pasangan itu yang barusan selesai kiss-kissan. Huek! Tenang aja, Febby bakal dapet pelajaran. Shilla pun meninggalkan tempat itu.

***

Sebentar lagi mau ujian semester genap. Tinggal hitung beberapa hari lagi. Kabar baik bagi Rio. Cowok itu udah keluar dari rumah sakit. Ia malas benar tidur di kamar rumah sakit. Karena kondisinya nggak parah-parah amat, cukup tiga hari Rio dirawat di rumah sakit. Ia nggak sabaran bertemu teman-temannya.

Satu lagi. Setelah ujian semester, Mama janji mengajaknya terbang ke Singapura. Bukan cuman kangen ama Papa, tapi kangen ama Acha. Rio yakin, ceweknya itu sembuh, dan ia nggak sabaran melihat wajah manis Acha ketika bertemu dengannya.

“Udah masuk? Semangat banget sekolah.” Kata Dayat.

“Ya. Mmm, lo tau gimana Gabriel?” Tanya Rio ragu. Tadi ia berusaha mencari Gabriel. Tapi batang hidung cowok itu nggak keliatan. Di kelas ini aja Gabriel belum datang.

“Belum datang. Sebenarnya, masalah lo dengan Gabriel apa sih?”

Sebenarnya Rio malas menceritakan. Kejadian di gua itu harus ia lupakan. Anggap aja itu cuman mimpi buruk. Rio ingat saat ia akan dibunuh ama Gabriel.

“Ya udah kalo nggak mau kasih tau.” Kata Dayat lalu menggantikan kegiatan, yaitu baca buku. Kan bentar lagi mau kenaikan kelas, jadi belajarnya harus rajin dong.

“Sejak kapan lo kutu buku?” Tanya Rio.

Dayat nggak menjawab. Ia fokus pada bacaannya. Bel tanda mulainya pelajaran pun dimulai. Semua siswa fokus pada pembelajaran. Ingat, seminggu lagi mau ulangan. Jadi nggak ada waktu buat main-main.

***

Seperti biasa, Ify, Sivia dan Agni berada di kantin ketika istirahat. Kali ini wajah Agni berbeda dari biasanya. Sivia tau mengapa Agni agak pemurung hari ini. Ingat kejadian kemarin, ia jadi tau kalo Agni sebenarnya suka ama Cakka. Tapi Oik melarangnya menyukai Cakka karena dulu Agni berjanji pada Oik kalo ia nggak akan lagi deketin Cakka.

“Kalo kak Agni suka kak Cakka, bilang aja ke kak Cakka.” Kata Sivia. Ia memakan bakso yang tadi dipesannya.

Agni menghela nafas panjang. “Mereka kan udah jadian.”

“Kata siapa?”

Sementara itu, Ify memilih diam karena nggak ngerti apa yang dibicarakan ama Agni dan Sivia. Dipikirannya yaitu tentang kejadian dua hari yang lalu. Ketika ia menjenguk Rio. Rio sekarang udah mulai sekolah. Ify nggak bisa nebak gimana reaksi Gabriel ketika bertemu Rio. Semoga aja Gabriel baikan ama Rio.

Mengenai hubungan Rio ama Shilla, sampai saat ini belum ada kabar. Ada yang bilang hubungan mereka main-main, ada yang bilang mereka masih pacaran, ada juga yang bilang mereka udah putus.

“Itu menurut kesimpulan gue.” Jawab Agni. Ia menyedot es kelapanya.

“Tapi kan, menurut Via, kak Cakka itu naksir deh ama kak Agni.”

Memang. Cakka pernah bilang padanya kalo Cakka suka padanya. Tapi Agni cuek aja. Ia yakin Cakka cuman sebentar menyukainya.

“Nggak. Cakka nggak suka gue.” Kata Agni sedih. Air matanya menetes mengingat kejadian kemarin. Saat cowok yang disukainya memeluk erat Oik. “Oik yang pantas jadi pacar Cakka, bukan Agni.” Lanjutnya.

“Kak Agni nggak boleh nyerah gitu dong. Via yakin mereka nggak jadian.”

Begitulah Sivia. Cewek yang selalu mendukung hubungan teman dekatnya. Semisal Ify yang sangat mengharapkan Rio. Sivia mendukung Ify seratus persen.

“Ya udah deh, terserah kakak.” Kata Sivia.

Tak jauh dari tempat itu, seorang cewek tersenyum ke arah mereka. Cewek itu seperti berpikir sesuatu. Yeah! Dia mendapatkan ide yang cemerlang.

‘Lo pantas mendapatkannya Ag.’ Batin cewek itu.

***

Sore yang cerah. Satu keajaiban datang. Pelangi hadir menemani kesedihannya. Agni menyapu pandangannya ke arah langit yang dihiasi pelangi cantik. Tempat ini, di tempat inilah ia mulai berbicara santai ama Cakka tanpa membentak Cakka. Lebih baik diam daripada membentak. Agni capek membentak Cakka.

Jaket yang menutupi badannya ia eratkan karena cuaca yang cukup dingin sehabis hujan. Namun ada juga kehangatan yang hadir di sekitar tempat itu. Sayangnya Agni nggak bisa merasakan kehangatan itu.

Entah darimana ia mendengar sebuah suara indah yang menggetarkan hatinya. Suara itu nyata! Hatinya ingin sekali mencari suara indah itu. Agni berdiri dan berjalan sedikit ke arah barat. Pertama yang ia rasakan adalah kesakitan untuk kedua kalinya.

Dia.. Cowok itu.. Merangkul si cewek dengan penuh kasih sayang. Ingin sekali Agni menghajar cewek itu. Tapi.. Cewek yang ingin ia hajar melihatnya sambil tersenyum. Agni memerhatikan senyum itu. Apakah itu senyum sinis atau senyum...

“Agni..” Kata cewek itu.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Follow : @uny_fahda19,
gak usah mention langsung aq follback kok ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar