Hy all !!!
Ini part 19 nya,,, Maap kalo pendek ato gak memuaskan,,
Lima part lagi akan menyusul+epilog ,,
Part 19
.
.
.
Di
cafee Day, Febby hanya memesan secangkir cappucino, sementara Alvin
tidak memesan apapun. Cowok itu sebenarnya malas ke tempat ini. Dan ia
menyesal tadi nggak pulang langsung, ternyata Febby mencarinya di
sekolah. Parahnya lagi, Febby mau balikan padanya. Apa cewek itu nggak
nyadar kalo ia udah punya pacar?
“Gue serius mo balikan ama lo.” Kata Febby.
Alvin menatap Febby tak suka. “Gue nggak mau. Gue udah punya pacar.”
Jawaban
itu udah dipikirkannya. Tentu Alvin nggak mau balikan lagi. Cowok itu
kadung cinta ama adek kelas yang penampilannya biasa-biasa aja. Tapi
Febby tau, Alvin masih menyimpan cinta untuknya. Febby yakin itu.
“Ya..
Gue tau sih. Gimana kalo kita pacaran diam-diam?” Usul Febby. Ia meraih
tangan Alvin dan menatap Alvin sambil tersenyum. “Gue masih sayang ama
lo, tolong, hargai perasaan gue. Gue yakin lo juga masih mencintai gue.”
Perkataan
terakhir Febby membuat jantungnya berhenti berdetak. Jujur, Alvin emang
masih mencintai Febby. Sewaktu putus ama Febby, Alvin merasakan hatinya
ditusuk-tusuk. Sakit sekali. Karena itulah ia berhenti jadi playboy.
“Vin, apa lo masih mencintai gue?” Tanya Febby.
Setan-setan
merayunya untuk segera menjawab ‘iya’. Febby emang cantik. Sangat
cantik. Ia akui itu. Bahkan Febby jauh lebih cantik daripada Sivia.
Tapi, apa ia tega ama Sivia yang susah payah ia dapatkan? Apa hanya
karena Febby hubungannya ama Sivia hancur? Tidak! Alvin harus menjaga
hubungan ini. Ia emang masih mencintai Febby, tapi ia nggak mau balikan.
“Ya. Tapi gue nggak mau balikan.” Jawab Alvin. Febby tersenyum.
“Gue
tau lo sayang banget ama pacar lo. Tapi, apa salahnya sih kita pacaran
diam-diam? Gue janji nggak akan hianati lo. Gue kan udah tobat.”
Andai
kata gue bisa jawab ‘ya’. Bodoh sekali jika ia menyetujui permintaan
Febby. Biarpun diam-diam, pasti suatu hari semua orang tau kalo ia
selingkuh. Dan, cap playboy ternyata masih belum hilang.
“Gue cinta elo..” Kata Febby. Ia memasang tampang manisnya.
“Gu.. Gue..” Alvin nggak berani melihat wajah itu. Wajah yang sempat menghiasi hari-harinya. “Gue nggak bisa. Maaf.”
Bukan
namanya Febby kalo menyerah. Febby selalu berusaha sekuat mungkin agar
keinginannya tercapai. Ayo Feb! Kali ini lo pasti bisa!
“Vin,
pliss. Kalo lo masih mencintai gue, terima permintaan gue. Kita pacaran
diam-diam. Kalo nggak mau ketahuan, lo nyamar aja jadi orang lain.
Beres kan?”
Tuhan.. Apa yang harus aku lakukan? Alvin
bingung. Ia ingin sekali balikan ama Febby, tapi ia nggak mau dikatakan
cowok playboy lagi. Apa kata orang kalo ternyata ia selingkuh? Bagaimana
dengan Sivia?
“Vin..”
Entah mengapa, tangan
Febby ia genggam. Alvin rindu ama tangan halus ini. Dulu, ia selalu
menggenggam tangan itu. Apa.. Apa ia memilih balikan ama Febby? Tapi
dilihat dari wajah Febby, cewek itu benar-benar udah tobat.
“Vin, jawab.” Kata Febby.
Pandangan mereka bertemu. Alvin rindu ama wajah cantik yang ia lihat ini. Dan senyuman itu, sulit ia hilangkan dari pikirannya.
“Ng.. Lo mau tau apa jawaban gue?” Kata Alvin.
***
“Mau jenguk siapa?” Tanya cewek itu.
Seketika
itu Gabriel diam di tempat melihat cewek yang sangat ia cintai datang
menghampirinya. Gabriel menyimpulkan kalo Shilla habis jenguk Rio.
“Tante
gue.” Bohong Gabriel. Sebenarnya ia ingin mengetahui keadaan Rio. Tapi
ia nggak mampu melanjutkan langkah karena ada Shilla dihadapannya.
“Tante lo sakit apa?” Tanya Shilla.
“Bukan urusan lo!” Ketus Gabriel meninggalkan Shilla.
Lho?
Kok tiba-tiba Gabriel ketus gitu ya? Salah gue apa? Ingin sekali Shilla
mengejar Gabriel. Berhubung waktu yang singkat, ia nggak jadi mengejar
Gabriel. Dalam hati, Shilla bersyukur ternyata Gabriel masih ada.
Perkiraannya Gabriel melarikan diri atau apa.
Shilla
keluar dari rumah sakit. Siang menjelang sore. Butuh refresing nih.
Shilla memutuskan jalan-jalan ke taman agar pikirannya cerah. Mungkin
disana ada pemandangan yang dapat membuat pikirannya kembali segar.
***
Mobil
honda jazz itu berhenti di sebuah tempat yang asri. Di dalam mobil itu,
seorang cowok keluar dan membukakan pintu di sebelah kiri. Lalu, muncul
seorang cewek cantik. Si cowok tersenyum pada si cewek. Mereka
bergandengan tangan dan berjalan masuk ke dalam taman yang dulu sering
mereka kunjungi.
“Gue tau lo masih mencintai gue.” Kata Febby. Ia tersenyum manis melihat cowok disampingnya yang kini menjadi pacarnya.
Alvin menoleh melihat Febby dan tersenyum. “Ya. Rasa cinta itu nggak bisa hilang begitu aja. Tapi, kalo Sivia tau..”
“Jangan khawatir. Nggak ada yang tau kalo lo selingkuh. Gue juga jarang-jarang kok jalan ama lo.”
Tenanglah
hati Alvin mendengar kalimat Febby. Tapi hatinya tak sepenuhnya tenang.
Dosa besar ia lakukan terhadap Sivia. Dirinya emang nyamar kalo jalan
ama Febby, tapi kan suatu saat nanti pasti diketahui orang lain.
Sekarang aja ia nggak nyamar. Alvin takut ada orang yang melihatnya
jalan berdua ama Febby.
“Feb, kalo ada yang liat kita sekarang gimana?” Tanya Alvin.
Mereka
berdua berhenti dan duduk di sebuah tempat yang nyaman. Di tempat itu
ada meja kecil. Tempat itu ditutupi karpet sehingga kalo kita duduk
nggak kotor.
“Nggak akan. Tempat ini sepi. Nggak ada
tanda-tanda orang yang mengenali kita.” Jawab Febby santai. Ia memesan
jus sirsak, sementara Alvin memesan jus alpukat.
Alvin
nggak begitu yakin. Ia merasa ada seseorang yang mengawasinya. Argh!
Kenapa juga gue mau balikan ama Febby? Lo jangan terpikat ama kecantikan
Febby. Ingat Vin, lo masih punya Sivia. Lo kan nggak mau jadi playboy
lagi dan suka mempermainkan perasaan cewek?
Dua jus itu
diantar di meja tempat Alvin dan Febby duduk. Febby menyedot jus sirsak
yang konon dapat menyembuhkan penyakit. Nggak tau penyaikt apa. Kata
Mama, ia disuruh banyak-banyak minum jus sirsak atau sekalian makan
buahnya. Febby sih mau-mau aja asalkan nggak bikin gemuk, hehehe...
“Gue kangen tau ama tempat ini.” Gumam Febby.
“Ya. Tempat kita berdua.” Tambah Alvin.
“Mmm, lo sering ajak Sivia kesini?” Tanya Febby.
Alvin
nggak jawab. Ia sibuk menyedot jus alpukatnya. Jujur aja, setiap malam
minggu Alvin mengajak Sivia ke tempat ini. Alvin mengatakan kalo ini
adalah tempatnya dan Sivia. Sekarang, ia mengatakan tempat ini adalah
tempatnya dan Febby. Gimana sih lo Vin?
“Vin..” Kata Febby.
“Ya?”
“Gue pengen kita..”
“Kita apa? Kita kan udah pacaran?”
“Bukan. Ada sesuatu yang mau gue minta.”
“Apa?”
“Gue mau...”
***
Huh!
Sepinya sih tempat ini. Maklum, bukan malam minggu. Shilla berjalan
menelusuri taman itu. Di telinganya ada earphone yang selalu
menemaninya. Ia ingat tadi pertemuannya ama Gabriel. Coba ya tadi ia
nggak cepat-cepat pergi. Mungkin ia dapat bicara banyak ama Gabriel.
Dari
kejauhan, Shilla melihat seorang cewek dan cowok saling menatap dalam
diam. Mereka kan? Beruntung Shilla datang ke tempat ini. Diam-diam ia
melihat kelanjutan dari pemandangan itu. Febby pintar! Batinnya.
Astaga!
Mengapa mereka jadi... Shilla ingin muntah melihat pemandangan itu. Ia
yakin seratus persen kalo Febby yang melakukan semua itu. Bukan Alvin.
Ia harus menyelesaikan masalah yang satu ini agar Sivia nggak salah
paham.
Dasar Febby! Liat ntar tanggal mainnya, batin
Shilla. Sekali lagi ia melihat pasangan itu yang barusan selesai
kiss-kissan. Huek! Tenang aja, Febby bakal dapet pelajaran. Shilla pun
meninggalkan tempat itu.
***
Sebentar lagi
mau ujian semester genap. Tinggal hitung beberapa hari lagi. Kabar baik
bagi Rio. Cowok itu udah keluar dari rumah sakit. Ia malas benar tidur
di kamar rumah sakit. Karena kondisinya nggak parah-parah amat, cukup
tiga hari Rio dirawat di rumah sakit. Ia nggak sabaran bertemu
teman-temannya.
Satu lagi. Setelah ujian semester, Mama
janji mengajaknya terbang ke Singapura. Bukan cuman kangen ama Papa,
tapi kangen ama Acha. Rio yakin, ceweknya itu sembuh, dan ia nggak
sabaran melihat wajah manis Acha ketika bertemu dengannya.
“Udah masuk? Semangat banget sekolah.” Kata Dayat.
“Ya.
Mmm, lo tau gimana Gabriel?” Tanya Rio ragu. Tadi ia berusaha mencari
Gabriel. Tapi batang hidung cowok itu nggak keliatan. Di kelas ini aja
Gabriel belum datang.
“Belum datang. Sebenarnya, masalah lo dengan Gabriel apa sih?”
Sebenarnya
Rio malas menceritakan. Kejadian di gua itu harus ia lupakan. Anggap
aja itu cuman mimpi buruk. Rio ingat saat ia akan dibunuh ama Gabriel.
“Ya
udah kalo nggak mau kasih tau.” Kata Dayat lalu menggantikan kegiatan,
yaitu baca buku. Kan bentar lagi mau kenaikan kelas, jadi belajarnya
harus rajin dong.
“Sejak kapan lo kutu buku?” Tanya Rio.
Dayat
nggak menjawab. Ia fokus pada bacaannya. Bel tanda mulainya pelajaran
pun dimulai. Semua siswa fokus pada pembelajaran. Ingat, seminggu lagi
mau ulangan. Jadi nggak ada waktu buat main-main.
***
Seperti
biasa, Ify, Sivia dan Agni berada di kantin ketika istirahat. Kali ini
wajah Agni berbeda dari biasanya. Sivia tau mengapa Agni agak pemurung
hari ini. Ingat kejadian kemarin, ia jadi tau kalo Agni sebenarnya suka
ama Cakka. Tapi Oik melarangnya menyukai Cakka karena dulu Agni berjanji
pada Oik kalo ia nggak akan lagi deketin Cakka.
“Kalo kak Agni suka kak Cakka, bilang aja ke kak Cakka.” Kata Sivia. Ia memakan bakso yang tadi dipesannya.
Agni menghela nafas panjang. “Mereka kan udah jadian.”
“Kata siapa?”
Sementara
itu, Ify memilih diam karena nggak ngerti apa yang dibicarakan ama Agni
dan Sivia. Dipikirannya yaitu tentang kejadian dua hari yang lalu.
Ketika ia menjenguk Rio. Rio sekarang udah mulai sekolah. Ify nggak bisa
nebak gimana reaksi Gabriel ketika bertemu Rio. Semoga aja Gabriel
baikan ama Rio.
Mengenai hubungan Rio ama Shilla, sampai
saat ini belum ada kabar. Ada yang bilang hubungan mereka main-main, ada
yang bilang mereka masih pacaran, ada juga yang bilang mereka udah
putus.
“Itu menurut kesimpulan gue.” Jawab Agni. Ia menyedot es kelapanya.
“Tapi kan, menurut Via, kak Cakka itu naksir deh ama kak Agni.”
Memang. Cakka pernah bilang padanya kalo Cakka suka padanya. Tapi Agni cuek aja. Ia yakin Cakka cuman sebentar menyukainya.
“Nggak.
Cakka nggak suka gue.” Kata Agni sedih. Air matanya menetes mengingat
kejadian kemarin. Saat cowok yang disukainya memeluk erat Oik. “Oik yang
pantas jadi pacar Cakka, bukan Agni.” Lanjutnya.
“Kak Agni nggak boleh nyerah gitu dong. Via yakin mereka nggak jadian.”
Begitulah
Sivia. Cewek yang selalu mendukung hubungan teman dekatnya. Semisal Ify
yang sangat mengharapkan Rio. Sivia mendukung Ify seratus persen.
“Ya udah deh, terserah kakak.” Kata Sivia.
Tak
jauh dari tempat itu, seorang cewek tersenyum ke arah mereka. Cewek itu
seperti berpikir sesuatu. Yeah! Dia mendapatkan ide yang cemerlang.
‘Lo pantas mendapatkannya Ag.’ Batin cewek itu.
***
Sore
yang cerah. Satu keajaiban datang. Pelangi hadir menemani kesedihannya.
Agni menyapu pandangannya ke arah langit yang dihiasi pelangi cantik.
Tempat ini, di tempat inilah ia mulai berbicara santai ama Cakka tanpa
membentak Cakka. Lebih baik diam daripada membentak. Agni capek
membentak Cakka.
Jaket yang menutupi badannya ia eratkan
karena cuaca yang cukup dingin sehabis hujan. Namun ada juga kehangatan
yang hadir di sekitar tempat itu. Sayangnya Agni nggak bisa merasakan
kehangatan itu.
Entah darimana ia mendengar sebuah suara
indah yang menggetarkan hatinya. Suara itu nyata! Hatinya ingin sekali
mencari suara indah itu. Agni berdiri dan berjalan sedikit ke arah
barat. Pertama yang ia rasakan adalah kesakitan untuk kedua kalinya.
Dia..
Cowok itu.. Merangkul si cewek dengan penuh kasih sayang. Ingin sekali
Agni menghajar cewek itu. Tapi.. Cewek yang ingin ia hajar melihatnya
sambil tersenyum. Agni memerhatikan senyum itu. Apakah itu senyum sinis
atau senyum...
“Agni..” Kata cewek itu.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Follow : @uny_fahda19,
gak usah mention langsung aq follback kok ;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar