Part 18
.
.
.
Uangnya
hari ini emang banyak. Nggak kayak hari biasanya. Awalnya ia mau
menggunakan uang itu tuk sekedar shooping bersama Sivia dan Agni. Tapi
ia tau, uang itu sangat berharga dan ia harus menggunakannya dengan
baik. Setelah membeli roti dan buah-buahan dengan uangnya itu, Ify
menyetop taksi. Taksi biru itu mengantarnya menuju sebuah tempat
tujuannya.
Rumah sakit!
Sedikit ia ragu
memasuki rumah sakit. Tapi kaki-kakinya melawan. Kedua kaki itu terus
saja berjalan walau hatinya masih ragu. Kamar 121E. Itulah kamar rawat
Rio. Perlahan, Ify mengetuk pintu itu.
Pintu terbuka.
Seorang wanita yang umurnya kira-kira empat puluhan tersenyum ramah
padanya. Ify nggak yakin wanita itu adalah Mama Rio. Mungkin wanita itu
kerabat dekat Rio.
“Sampai saat ini, Rio belum sadar. Ohya, saya Gya. Tante Rio.” Kata wanita itu tersenyum.
Ify membalas senyum wanita itu. “Saya Ify, teman Rio. Bolehkan saya duduk disini sambil menunggu Rio sadar?”
“Tentu boleh. Kebetulan saya lagi ada urusan. Kamu mau kan menjaga Rio disini sampai sore?”
Tentu,
mengapa tidak? Batin Ify. Setelah Gya pergi, Ify duduk di kursi kecil
yang senjaga di taruh di samping ranjang Rio. Ify menatap wajah itu
dengan seksama. Manis! Rio adalah cowok termanis yang pernah ia lihat.
Dalam tidurpun, Rio tampak manis. Ify terus tersenyum melihat wajah itu.
Sedikit
ada yang lain dari wajah Rio. Ify merasakan Rio sedang mengalami
masalah yang besar. Apa masalah ini ada hubungannya ama Acha? Apa Acha
adalah pacar Rio? Terus, dimana Acha?
Tiba-tiba, tangan
itu bergerak. Dada Ify berdesir. Rio sadar! Ify meletakkan tangannya di
samping lengan Rio. Sebuah keajaiban datang pada hari itu. Tangan Rio
menggenggam tangannya dan Rio nggak mau melepasnya. Apa-apaan ini? Ify
panik bukan main. Lalu, terdengar lirihan Rio.
“A.. Acha..”
Nama
itu lagi! Apa Rio mengira dirinya adalah Acha? Perlahan, kedua mata Rio
terbuka. Cepat-cepat Ify melepaskan diri dari tangan itu. Berhasil! Rio
mengerjapkan mata. Penglihatannya belum sepenuhnya jelas. Setelah
dirasa jelas, Rio menoleh ke samping kiri. Ada cewek yang
memerhatikannya tanpa berkedip.
“Kak.. Kak Rio..”
“I..Ify ya?” Tanya Rio. Ia berusaha mengumpulkan penglihatannya menjadi normal.
“Iya.. Kakak udah sadar?” Tanya Ify.
Rio
menatap Ify sambil tersenyum. Tiba-tiba, wajah Ify berubah menjadi
sebuah wajah seorang cewek yang sangat dirindunya. Cepat-cepat Rio
mengalihkan pandang.
“Ify aneh ya kak?” Tanya Ify.
Selang
beberapa menit, Rio memberanikan diri menatap Ify. Wajah yang tadi
dilihatnya menghilang. Syukurlah, semuanya kembali normal.
“Makasih ya udah jenguk Rio.” Kata Rio.
“Iya kak, syukurlah kakak sadar.”
Suasana
menjadi sunyi. Ify canggung dan malu setengah mati duduk di kursi ini.
Dan Rio, cowok itu juga sedikit canggung. Ia merasakan kalo Ify ada
hubungannya ama Acha.
“Gabriel.. Dimana dia sekarang?” Tanya Rio akhirnya.
“Ify nggak tau. Tapi dia baik-baik aja.” Jawab Ify.
“Lalu.. Shilla? Apa dia..”
“Kak Shilla baik-baik aja. Tapi kemarin dia sempat pingsan.”
Belum sepenuhnya Rio mengingat kejadian di gua itu. Terakhir ia ingat ketika ia membantu Mimi mencari balon di gua tersebut.
“Ohya, ini Ify bawain kakak roti ama buah.”
Bertepaan dengan itu, perut Rio berbunyi. Ify tertawa kecil. Pas sekali waktunya. Rio lapar dan ia membawa roti.
“Makasih
ya, Rio emang lapar. Masa Rio kenyang ama suntikan infus aja?” Canda
Rio. Ify kembali tertawa dan kali ini Rio memerhatikan tawa itu. Tawa
yang berbeda dari tawa lainnya. “Kamu makin cantik aja deh kalo ketawa.”
Lanjutnya.
Tawanya berhenti mendengar kalimat terakhir
yang diucapkan Rio. Makin cantik? Bercandanya kelewatan. Ify tak terlalu
mempedulikannya.
“Ayo dimakan.” Kata Ify.
“Mmm..”
“Kenapa? Kakak kan lapar?”
“Masalahnya.. Tangan Rio nggak bisa digerakin. Gimana kalo kamu aja yang suapin Rio?”
Mendadak
Rio jadi manja. Awalnya Ify ragu, namun ia memberanikan diri menyuapi
Rio. Dengan tangan yang bergemetaran, roti itu berhasil masuk ke dalam
mulut Rio. Rio mengunyah roti itu dengan semangat.
“Lagi.. Lagi!” Pinta Rio manja.
Sepotong
roti itu habis dilahap Rio. Dasar rakus! Kayak nggak pernah makan
sebulan aja. Ify tersenyum senang. Oh, andaikan hari ini dapat terulang
kembali...
“Uhuk.. Uhuk..”
Rio tersedak.
Berhubung Ify nggak bawa air, Ify jadi bingung sendiri. Dirinya panik
bukan main. Secepatnya ia harus mendapatkan air.
“Kamu kenapa?” Tanya Rio.
“Lho? Kakak kan tersedak?” Tanya Ify heran.
Setelah
tau dirinya dijailin Rio, Rio tertawa puas. Kena deh Ify! Baru kali ini
Ify melihat Rio tertawa. Selama ini, Rio jarang tertawa ngakak kayak
gitu. Dan tawanya itu menandakan kebahagiaan. Sekejap Rio melupakan
masalahnya. Beban-beban itu hilang entah kemana. Dengan tawa, beban dan
masalah itu terasa ringan.
“Kak Rio jahat!” Kata Ify.
“Hahaha.. Ekspresimu lucu sekali.. Hahaha..”
Karena kesel juga, Ify ikutan tertawa. Lasingan, tawa Rio itu lucu sekali. Ify nggak bisa nahan diri untuk nggak tertawa.
“Heh, ikutan tertawa juga.” Kata Rio.
“Soalnya kakak lucu sih..”
Mungkin
waktu ini bukan waktu yang tepat membicarakan soal Acha. Ify ingin
menikmati dulu hari-hari indah ini. Bayangkan, ini masih siang dan ia
tidak diizinkan pulang sebelum tante Gya datang.
Di luar,
seorang cewek memandangi dua orang yang sedang tertawa itu. Matanya
berkaca-kaca dan terharu. Sebegitu jahatnya kah ia pada cewek itu? Ia
yakin. Mereka sama-sama saling suka. Lihat aja! Terlihat jelas sinyal
cinta di mata Rio maupun mata Ify. Tapi, apakah benar bidadari Rio itu
adalah Ify?
***
Hidupnya kini
bahagia. Sesuai yang diinginkannya. Walau Mama jarang mengurusinya, tapi
ia tetap bahagia. Disampingnya, ada seseorang yang sangat
menyayanginya. Ya, Cakka. Oik mendapat kabar bahwa Agni pindah ke
Surabaya ikut Tantenya. Sebetulnya, Oik sedih melihat Agni pergi. Tapi
inilah kenyataannya.
Dua bulan sudah ia
bersama Cakka. Ternyata, Cakka tipe sahabat yang ceria dan cerewet. Oik
suka mendengar ocehan Cakka. Kadang-kadang ia tertawa jika ocehan Cakka
lucu. Cakka juga pandai membuat teka-teki yang lucu. Sungguh, Oik ingin
cepat-cepat besar dan menjadi pacar Cakka.
Hingga
suatu hari, Oik mendengar pengakuan Cakka. Sahabatnya itu diam-diam
menyimpan sebuah rahasia keluarga yang tidak ia ketahui.
“Kamu tau siapa sebenarnya Papa kamu?” Tanya Cakka.
Oik
menggeleng. Kata Mama, Papa meninggal sejak ia berada di dalam
kandungan. Jadi, Oik nggak mengenali siapa Papanya. Mama selalu mengelak
jika ia menanyai soal Papa.
“Oik nggak tau.”
Keduanya terdiam. Ada desahan kecil yang Cakka keluarkan. Jadi, Tante Rima belum menceritakan pada Oik?
“Emangnya, Cakka tau siapa Papa Oik?”
Cakka
menoleh ke arah Oik, lalu ia tersenyum. Oik, malaikat kecilnya. Ia
sangat menyayangi Oik. Dulu, sewaktu masih ada Agni, Cakka sengaja tidak
memperhatikan Oik. Ia takut, lama-kelamaan Oik menganggapnya sebagai
sahabat dan besar nanti berubah menjadi cinta.
“Papa Oik adalah.. Papa Cakka.” Kata Cakka.
Tentu Oik kaget mendengar jawaban Cakka. Papanya adalah Ayah Cakka? Nggak mungkin. Lalu, kapan Mama menikah ama Papa Cakka?
“Dulu,
Mama kamu suka sekali ama Papa. Begitupun sebaliknya. Tapi orangtua
masing-masing nggak merestui hubungan mereka. Mama kamu dan Papa
frustrasi. Dan akhirnya, mereka diam-diam berhubungan lalu Mamamu
melahirkan kamu. Setelah itu, Mama kamu nggak mau menikah. Dia hanya
mencintai satu cowok, yaitu Papaku..”
***
“Oik? Lo.. Lo adek gue?” Tanya Cakka.
Oik
mendekat Cakka dan duduk disamping Cakka. Pandangannya lurus menatap
pemandangan di depannya. Tadi, Mama pulang dan langsung minta maaf. Kata
Mama, sebentar lagi dia mau menikah. Tentu ia tau siapa Papa barunya.
Siapa lagi kalo bukan Ayah Cakka?
“Sebentar lagi mereka menikah.” Kata Oik menunduk. Air matanya menetes membasahi pipinya.
“Ya, gue tau. Kita satu Ayah tapi lain Ibu. Wajah lo seperti Mama lo, jadi, lo dan gue nggak mempunyai kemiripan.”
Tahan
Ik, jangan keluarkan air mata itu. Lo harus bahagia, Cakka sekarang
adalah kakak lo dan lo harus menerimanya. Masih banyak cowok lain yang
harus lo temui. Ya, Oik sadar. Cakka bukanlah satu-satunya cowok yang ia
cintai, dan, ada satu cewek yang pantas menjadi kekasih Cakka. Cewek
yang dulu rela meninggalkan Cakka demi kebahagiaannya.
“Terus, apa Mama lo nggak sedih?” Tanya Oik berusaha tersenyum.
“Gue
nggak peduli. Terpenting, gue mo ubah hidup gue. Gue bukan Cakka yang
dulu. Cakka yang sekarang adalah Cakka yang berhadapan dengan tantangan
hidup yang sulit dilalui, tapi Cakka siap kok menghadapinya.”
“Lo gila? Setelah itu lo tinggal sama siapa?”
“Numpang di rumah orang, atau nggak nyari kontrakan sendiri.”
“NGGAK!”
Bentak Oik tiba-tiba. Cakka adalah kakaknya yang artinya adalah
saudaranya. Oik nggak akan membiarkan Cakka menderita sementara ia
bahagia. Cakka berhak untuk bahagia. “Cakka nggak boleh tinggal di rumah
orang. Cakka harus tinggal sama Oik.”
Cakka menatap Oik
sambil tersenyum. “Kali ini, biarkan kakak yang memilih sendiri jalan
hidup kakak. Kakak yakin, kakak baik-baik saja. Banyak sahabat yang
kakak miliki. Mereka yakin bisa membantu kakak. Satu harapan kakak ke
kamu, jadilah anak yang baik. Jangan sok berkuasa. Ramahlah pada adik
kelas. Kakak ingat, kamu dulu sering labrak adik kelas. Untuk itu kakak
ingin kamu merubah sikapmu yang buruk. Jadilah Oik yang berguna dan
selalu membantu siapa saja yang membutuhkan pertolongan. Kamu janji?”
Oik
tersenyum menatap Cakka. Ia menaikkan jari kelingkingnya dan jarinya
pun bertemu ama jari kelingking Cakka. Artinya, Oik berjanji nggak akan
melanggar janji Cakka. Cakka adalah kakaknya dan harus ia hormati.
“Oik janji. Tapi, kalo kakak butuh bantuan Oik, jangan ragu ya minta bantuan Oik.”
“Oke sayang..”
Mereka
berpelukan. Cinta mereka kini bersatu. Bukan cinta sepasang kekasih
yang saling mencintai, tapi cinta adik terhadap kakak dan sebaliknya.
Di
belakang, seorang cewek melihat pemandangan itu dengan hati yang
ditusuk-tusuk. Ia tau, dirinya nggak pantas mendapatkan Cakka.
“Pulang yuk kak..” Kata cewek disampingnya.
Cewek
yang melihat Cakka itu menoleh ke samping lalu mengangguk. Nggak ada
gunanya ia berdiri di tempat ini. Keduanya pun meninggalkan tempat itu.
Masing-masing menyimpan suatu pertanyaan yang sama.
‘Apakah benar Cakka jadian ama Oik?’
***
Cowok
itu berjalan menuju sebuah bangunan yang besar dan bertingkat. Bangunan
itu tempat tinggal sementara bagi manusia-manusia yang sakit. Sejenak
ia ragu melanjutkan langkah. Apakah ia akan menemui orang itu? Kalo
ternyata orang itu marah padanya gimana? Ia emang pantas mendapat
balasan karena ulahnya yang udah keluar batas.
Lanjutkan
aja! Kedua kakinya pun berjalan ketika menerima sinyal dari otak. Cowok
itu sudah memasuki rumah sakit. Di sekitarnya, ada beberapa orang yang
berlalu lalang. Juga ada yang duduk di bangku.
Ketika ia
hendak menaiki tangga, sepasang mata mengawasinya. Cowok itu mengurung
niat melanjutkan langkah dan membalikkan badan. Di hadapannya kini ada
seorang cewek yang menjadi sumber utama perbuatannya.
“Mau jenguk siapa?” Tanya cewek itu.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Follow : @uny_fahda19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar