expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Jumat, 29 November 2013

Miracle of Rainbown ( Part 17 )

Hy all !!!

Ini part 17 nya,, maap kalo pendek ato gak memuaskan,,,

Terus baca ya cerbung gaje q ini,,,,




Part 17

.

.

.

“TIDAK !!!” Teriak Shilla histeris lalu pingsan seketika.

Bersamaan dengan pingsannya Shilla, pisau itu lepas dari tangannya. Gabriel melepas Rio lalu bangkit, menatap cewek yang tergeletak tak sadarkan diri. Sebisa mungkin ia tahan rasa sakitnya akibat pisau itu. Darah tadi bukan darah Rio, melainkan darah tangannya sendiri. Gabriel nekat menyayat tangannya dengan pisau.

“Lo..” Kata Cakka.

Gabriel berjalan mendekati Cakka sambil menahan rasa sakit di tangannya. “Rio selamat. Cepat lo bawa ke rumah sakit.” Katanya seraya meninggalkan tempat itu.

Semua berkumpul dan menghela nafas lega. Mereka tau Gabriel nggak mungkin berani membunuh Rio. Sebenci apapun ia pada Rio, Gabriel masih punya hati dan perasaan.

“Vin, lo sama pacar lo urus Shilla. Gue dan sisanya urus Rio.” Perintah Cakka.

Alvin mengangkat Shilla, walau rasa sakitnya akibat dari tinjuan Gabriel masih terasa. Sivia mengikuti Alvin dan menjaga agar keseimbangan Alvin tidak goyah. Mereka berjalan secara hati-hati menuju keluar gua.

 “Rio sadar!” Seru Agni.

Tubuh itu perlahan bergerak. Agni, Cakka dan Ify melihatnya dengan gemetaran. Nggak tau kenapa. Rio membuka mulutnya, seperti ingin mengatakan sesuatu. Tetapi kedua matanya masih terpejam.

“A..Acha..” Lirih Rio tanpa membuka mata.

Acha? Masing-masing bertanya pada diri sendiri. Siapa Acha itu? Selama ini, Rio nggak pernah bercerita tentang Acha. Setelah mengucap dengan lirih, Rio kembali tak sadarkan diri.

Sementara Cakka dan Agni sibuk berusaha membantu Rio, cewek yang satu ini tidak melakukan apapun. Ify diam. Darahnya seperti berhenti mengalir ketika Rio mengucapkan sebuah nama. Acha. Acha siapa? Terus, apa Rio memiliki hubungan khusus ama Acha? atau jangan-jangan...

“Fy..” Kata Agni.

Karena terlalu serius dengan pikirannya, Ify jadi lupa kalo dirinya sendiri yang belum melakukannya. Cepat-cepat Ify membantu Agni dan Cakka.

Mereka pun berjalan dengan hati-hati menyusul Alvin keluar gua. Kalo nggak hati-hati, tanggung sendiri deh akibatnya. Terjebak di gua misterius dan nggak bisa balik ke rumah lagi. Untunglah Agni hafal gua itu dan mereka selamat sampai tujuan.

***

Esoknya...

Walau awalnya Mama melarang Shilla sekolah karena kejadian kemarin, Shilla ngotot pengin sekolah. Akhirnya Mama mengalah. Ia yakin putrinya itu baik-baik saja.

@school

Berita heboh sedang dibicarakan ama gosipholic. Yaitu menyangkut soal Rio. Tapi nama Gabriel nggak dikaitkan karena kejadian di gua kemarin adalah rahasia dan mustahil banget diketahui ama orang lain.

Pagi itu, Shilla terduduk lemas di bangkunya. Benar juga kata Mama, harusnya ia nggak sekolah dulu. Otaknya saat ini sulit mencerna informasi, apalagi pelajaran! Mengetahui hal itu, Febby pun bertanya.

“Lo kenapa?” Tanya Febby.

“Ng.. Gue nyesel dengan rencana ini.” Jawab Shilla menunduk.

‘Sudah gue duga!’ Batin Febby. Pasti ntar Shilla meminta bantuannya. Huh! Dasar cewek yang nggak berani menghadapi resiko dari perbuatannya. Sudah capek ia menasehati Shilla agar membatalkan rencana itu, tapi Shilla nggak mempedulikan nasehatnya. Gilirannya sekarang untuk nggak mau membantu Shilla.

“Emangnya ada apa? Gabriel?” Tanya Febby.

“Iya. Bahkan lebih parah dari yang gue pikirkan.” Jawab Shilla.

Febby menatap Shilla penuh selidik. “Apa karena Gabriel, Rio dibawa ke rumah sakit?” Tanyanya.

“Ya. Kemarin Gabriel hampir membunuh Rio gara-gara Rio tembak gue.”

Febby tersenyum puas. “Salah lo sendiri kan. Ngapain juga lo nyium Rio segala kalo lo udah nggak suka lagi ama Rio? Dan, bagaimana perasaan lo ama Gabriel? Gue yakin, Gabriel membenci lo dan muntah ngeliat wajah lo.”

“Lo..” Shilla menunjuk Febby. Jadi, Febby udah berani padanya? “Lo jangan ngawur kalo bicara. Sebaiknya, lo bantu gue agar masalah gue ama Gabriel terselesaikan dan CRAG kembali akur seperti dulu.”

“Bantu? Apa gue salah denger tuh?”

Darimana Febby dapat obat sampai berani-beraninya membantah Shilla? Febby kan sahabat setia yang selalu menuruti dan mendukung segala keinginannya? Apa ini artinya Febby keluar dari gengnya dan mencari geng lain? Atau, mencoba menggantikan posisinya?

“Gue bukan teman lo lagi. Masih banyak urusan yang harus gue selesaikan.” Kata Febby seraya berdiri. Ia mengambil tas pingganya lalu menatap tajam ke arah Shilla.

“Urusan apa?” Tanya Shilla.

Febby tak menjawab, lalu ia pergi meninggalkan Shilla dan duduk di bangku paling ujung. Untunglah bangku itu kosong sehingga ia bisa duduk tanpa meminta persetujuan.

‘Gue tau apa rencana lo!’ Batin Shilla tersenyum sinis ke arah Febby.

***

Geng Shilla terpecah. Febby memilih gabung ama geng The Chibi, salah satu geng cewek SMA Vega yang juga terkenal seperti CRAG. Sementara Oik dan Pricilla memilih membuat geng sendiri. Shilla yakin, semua murid SMA Vega pada bertanya satu sama lain atas bubaran gengnya yang dulu paling terkenal. Shilla berjanji setelah masalahnya ama Gabriel selesai, ia akan berubah. Dan tentu saja melaksanakan janji Rio.

Ngomong-ngomong soal Rio, cowok itu dirawat di RS Rise Sentausa. Kata Alvin sih keadaan Rio baik-baik aja. Hanya saja Rio belum sadar. Shilla tau, semua ini salahnya. Dan Shilla nggak nyangka Gabriel berbuat sedemikian. Hampir aja Gabriel membunuh Rio. Tapi cowok itu memilih melukai dirinya sendiri.

Sekarang, saatnyalah berbicara serius ama Gabriel. Masalah itu harus diselesaikan dan CRAG kembali akur seperti dulu. Ini baru yang namanya bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan. Shilla berjalan menuju kelas 2IPA-1 dengan harapan Gabriel mau mendengar penjelasannya.

“Gabriel nggak masuk. Nomor HPnya nggak aktif.” Jelas Cakka ketika Shilla udah nyampe di kelas 2IPA-1.

Kemana juga Gabriel? Apa luka ditangannya belum sembuh? Atau ada hal lain yang membuatnya nggak masuk hari ini?

“Geng lo bubaran ya?” Tanya Cakka.

Shilla mengangguk. Jangan bicarain tentang geng deh, Shilla enek ingat Febby.

“Mmm..” Cakka ragu mengatakannya. “Apa lo tau hubungan gue ma Oik yang sebenarnya?” Lanjutnya.

Shilla menatap Cakka heran.

“Bukan.. Bukan.. Mungkin lo nggak tau.” Kata Cakka.

“Hubungan..” Kata Shilla berpikir-pikir. Ia tau siapa Oik. Oik adalah teman dekatnya. Setiap masalah yang dialami Oik selalu diceritakannya ke Shilla.

“Lo dan Oik memiliki hubungan khusus. Oik pernah cerita ke gue kalo mamanya dulu dekat ama Papa lo. Jadi lo dapat menyimpulkan sendiri.” Kata Shilla meninggalkan Cakka. Bukannya ngobrol ama Gabriel, malah ngobrol ama Cakka tentang Oik.

Papa? Dekat ama Mama Oik?

***

Seperti biasa, saat pulang sekolah, Alvin mengajak pacarnya pulang. Tapi kali ini Sivia menolak karena ada janji ama Ify. Alvin pun nggak bisa membantah Sivia.

“Jaga diri lo baik-baik ya.” Kata Alvin.

Sivia mengangguk dan tersenyum. Setelah itu Alvin meninggalkannya. Kemudian, datang Ify dan Agni.

“Gimana, kita jadi kan shooping?” Tanya Sivia semangat.

Wah, kok Sivia mendadak suka shooping ya? Ketularan siapa tuh? Agni mengangguk setuju. Sementara Ify masih bimbang.

“Bukannya lo setuju ikut shooping ama kita berdua?” Tanya Agni.

Masalahnya, siang ini juga ia ingin sekali menjenguk Rio. Ify penasaran ama nama yang disebutkan Rio sewatu Rio nggak sadar. Acha? Sadar Fy! Nama Acha itu banyak. Bukan hanya satu. Ada jutaan yang make nama Acha di dunia ini.

“Gue tau, lo mau ke rumah sakit kan?” Tebak Sivia.

Ify mengangguk.

“Ya udah. Kita ke rumah sakit dulu, setelah itu kita shooping, gimana?” Usul Sivia dan diangguki Agni.

Bukannya Ify menolak atau apa, ia mau sih diajak shooping ama Sivia. Kebetulan uangnya hari lagi nggak sedikit kayak kemarin-kemarin. Tapi, hatinya menyuruhnya untuk segera menemui Rio. Meskipun Rio belum sadar, Ify harus pergi ke rumah sakit itu. Sendiri, tanpa Sivia dan Agni.

“Eng.. Kalian berdua shooping aja. Gue sendiri aja ke rumah sakitnya. Kapan-kapanlah kalian jenguk Rio.” Kata Ify.

Sivia tersenyum jahil. “Hayoo, lo nggak mau diganggu ama kita-kita kan? Jangan-jangan, lo mau pedekate ama kak Rio?”

Muka Ify menjadi merah. Sivia.. Sivia.. Sok tau aja. Belakang-belakangan ini Ify hampir melupakan perasaannya pada Rio. Semenjak ia tau Rio udah punya pacar dan jadian ama Shilla, ia mundur demi mendapatkan Rio. Sekarang, yang menjadi pertanyaannya, ia harus tau siapa Acha yang disebutkan Rio. Walau Ify ragu menanyakan hal itu. Takut ntar kalo Rio marah.

“Gue pergi dulu. Bawa oleh-oleh ya..” Kata Ify tersenyum lalu meninggalkan Agni dan Sivia.

Sivia dan Agni saling pandang-memandang. Lalu keduanya tertawa.

***


Itu mobilnya! Seru seorang cewek. Cewek itu berjalan mendekati mobil Avanza yang terparkir manis tak jauh dari sekolah. Dengan berani, cewek itu menarik lengan cowok yang duduk di samping mobil itu. Otomatis, cowok itu mendadak kaget.

“Belum pulang?” Tanya cewek itu.

Mengapa ia ada disini? Batin si cowok. Apa cewek itu ingin mengganggu hidupnya lagi? Setelah hidupnya yang kelam berubah menjadi cerah.

“Gue udah tobat.” Kata cewek itu lirih. Air matanya menetes membasahi pipinya yang putih dan halus.

“Terus, apa mau lo?”

“Gue mau.. Gue mau balikan ama lo lagi..”

***

Siang yang panas itu, Cakka tidak langsung pulang ke rumahnya. Masih memakai seragam sekolah, Cakka menjalankan motornya ke sebuah tempat favoritnya. Tempat itu lumayan sepi dan jarang ada orang yang datang kemari. Disinilah ia berusaha mengembalikan ingatannya yang sempat hilang.

Angin sepoi-sepoi membantunya mengingat masa-masa itu. Cakka bersenderan pada pohon yang lebat. Ia letakkan kedua tangannya di belakang kepala. Kakinya ia selonjorkan. Sesaat, matanya terpejam. Dalam gelap, ia melihat sosok Agni yang tersenyum manis padanya. Lalu, ada Oik yang berwajah berkebalikan dengan Agni. Yaitu berwajah mendung dan tidak suka. Ada apa dengan Oik?

Selain masalahnya dengan Oik, ada satu masalah yang membuat pikirannya kacau. Kedua orangtuanya sebentar lagi cerai. Kata Papa, sudah memiliki calon istri baru yang katanya lebih sempurna dari Mama. Dadanya seperti tertusuk benda tajam ketika Papa meremehkan Mama. Ada apa sebenarnya? Padahal, orangtuanya adalah sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain.

Tapi, ada satu ekspresi yang ia tangkap dari wajah Papa saat membentak Mama. Yaitu ekspresi tidak rela. Cakka yakin, Papa masih mencintai Mama. Bahkan, calon istri Papa belum ia ketahui wajahnya dan namanya. Tinggal menunggu waktu orangtuanya akan berpisah pada kehidupan masing-masing, dan ia bingung mau ikut siapa. Lebih baik tidak ikut siapapun dan mencoba membuka kehidupan baru yang penuh dengan perjuangan, atau mengemis pada sahabat-sahabatnya.

“Kak Cakka..” Lirih sebuah suara. Dan, ingatan itu kembali pulih.

***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja


Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Follow : @uny_fahda19

Tidak ada komentar:

Posting Komentar