Hy all !!!
Ini part 17 nya,, maap kalo pendek ato gak memuaskan,,,
Terus baca ya cerbung gaje q ini,,,,
Part 17
.
.
.
“TIDAK !!!” Teriak Shilla histeris lalu pingsan seketika.
Bersamaan
dengan pingsannya Shilla, pisau itu lepas dari tangannya. Gabriel
melepas Rio lalu bangkit, menatap cewek yang tergeletak tak sadarkan
diri. Sebisa mungkin ia tahan rasa sakitnya akibat pisau itu. Darah tadi
bukan darah Rio, melainkan darah tangannya sendiri. Gabriel nekat
menyayat tangannya dengan pisau.
“Lo..” Kata Cakka.
Gabriel
berjalan mendekati Cakka sambil menahan rasa sakit di tangannya. “Rio
selamat. Cepat lo bawa ke rumah sakit.” Katanya seraya meninggalkan
tempat itu.
Semua berkumpul dan menghela nafas lega.
Mereka tau Gabriel nggak mungkin berani membunuh Rio. Sebenci apapun ia
pada Rio, Gabriel masih punya hati dan perasaan.
“Vin, lo sama pacar lo urus Shilla. Gue dan sisanya urus Rio.” Perintah Cakka.
Alvin
mengangkat Shilla, walau rasa sakitnya akibat dari tinjuan Gabriel
masih terasa. Sivia mengikuti Alvin dan menjaga agar keseimbangan Alvin
tidak goyah. Mereka berjalan secara hati-hati menuju keluar gua.
“Rio sadar!” Seru Agni.
Tubuh
itu perlahan bergerak. Agni, Cakka dan Ify melihatnya dengan gemetaran.
Nggak tau kenapa. Rio membuka mulutnya, seperti ingin mengatakan
sesuatu. Tetapi kedua matanya masih terpejam.
“A..Acha..” Lirih Rio tanpa membuka mata.
Acha?
Masing-masing bertanya pada diri sendiri. Siapa Acha itu? Selama ini,
Rio nggak pernah bercerita tentang Acha. Setelah mengucap dengan lirih,
Rio kembali tak sadarkan diri.
Sementara Cakka dan Agni
sibuk berusaha membantu Rio, cewek yang satu ini tidak melakukan apapun.
Ify diam. Darahnya seperti berhenti mengalir ketika Rio mengucapkan
sebuah nama. Acha. Acha siapa? Terus, apa Rio memiliki hubungan khusus
ama Acha? atau jangan-jangan...
“Fy..” Kata Agni.
Karena
terlalu serius dengan pikirannya, Ify jadi lupa kalo dirinya sendiri
yang belum melakukannya. Cepat-cepat Ify membantu Agni dan Cakka.
Mereka
pun berjalan dengan hati-hati menyusul Alvin keluar gua. Kalo nggak
hati-hati, tanggung sendiri deh akibatnya. Terjebak di gua misterius dan
nggak bisa balik ke rumah lagi. Untunglah Agni hafal gua itu dan mereka
selamat sampai tujuan.
***
Esoknya...
Walau
awalnya Mama melarang Shilla sekolah karena kejadian kemarin, Shilla
ngotot pengin sekolah. Akhirnya Mama mengalah. Ia yakin putrinya itu
baik-baik saja.
@school
Berita
heboh sedang dibicarakan ama gosipholic. Yaitu menyangkut soal Rio.
Tapi nama Gabriel nggak dikaitkan karena kejadian di gua kemarin adalah
rahasia dan mustahil banget diketahui ama orang lain.
Pagi
itu, Shilla terduduk lemas di bangkunya. Benar juga kata Mama, harusnya
ia nggak sekolah dulu. Otaknya saat ini sulit mencerna informasi,
apalagi pelajaran! Mengetahui hal itu, Febby pun bertanya.
“Lo kenapa?” Tanya Febby.
“Ng.. Gue nyesel dengan rencana ini.” Jawab Shilla menunduk.
‘Sudah
gue duga!’ Batin Febby. Pasti ntar Shilla meminta bantuannya. Huh!
Dasar cewek yang nggak berani menghadapi resiko dari perbuatannya. Sudah
capek ia menasehati Shilla agar membatalkan rencana itu, tapi Shilla
nggak mempedulikan nasehatnya. Gilirannya sekarang untuk nggak mau
membantu Shilla.
“Emangnya ada apa? Gabriel?” Tanya Febby.
“Iya. Bahkan lebih parah dari yang gue pikirkan.” Jawab Shilla.
Febby menatap Shilla penuh selidik. “Apa karena Gabriel, Rio dibawa ke rumah sakit?” Tanyanya.
“Ya. Kemarin Gabriel hampir membunuh Rio gara-gara Rio tembak gue.”
Febby
tersenyum puas. “Salah lo sendiri kan. Ngapain juga lo nyium Rio segala
kalo lo udah nggak suka lagi ama Rio? Dan, bagaimana perasaan lo ama
Gabriel? Gue yakin, Gabriel membenci lo dan muntah ngeliat wajah lo.”
“Lo..”
Shilla menunjuk Febby. Jadi, Febby udah berani padanya? “Lo jangan
ngawur kalo bicara. Sebaiknya, lo bantu gue agar masalah gue ama Gabriel
terselesaikan dan CRAG kembali akur seperti dulu.”
“Bantu? Apa gue salah denger tuh?”
Darimana
Febby dapat obat sampai berani-beraninya membantah Shilla? Febby kan
sahabat setia yang selalu menuruti dan mendukung segala keinginannya?
Apa ini artinya Febby keluar dari gengnya dan mencari geng lain? Atau,
mencoba menggantikan posisinya?
“Gue bukan teman lo lagi.
Masih banyak urusan yang harus gue selesaikan.” Kata Febby seraya
berdiri. Ia mengambil tas pingganya lalu menatap tajam ke arah Shilla.
“Urusan apa?” Tanya Shilla.
Febby
tak menjawab, lalu ia pergi meninggalkan Shilla dan duduk di bangku
paling ujung. Untunglah bangku itu kosong sehingga ia bisa duduk tanpa
meminta persetujuan.
‘Gue tau apa rencana lo!’ Batin Shilla tersenyum sinis ke arah Febby.
***
Geng
Shilla terpecah. Febby memilih gabung ama geng The Chibi, salah satu
geng cewek SMA Vega yang juga terkenal seperti CRAG. Sementara Oik dan
Pricilla memilih membuat geng sendiri. Shilla yakin, semua murid SMA
Vega pada bertanya satu sama lain atas bubaran gengnya yang dulu paling
terkenal. Shilla berjanji setelah masalahnya ama Gabriel selesai, ia
akan berubah. Dan tentu saja melaksanakan janji Rio.
Ngomong-ngomong
soal Rio, cowok itu dirawat di RS Rise Sentausa. Kata Alvin sih keadaan
Rio baik-baik aja. Hanya saja Rio belum sadar. Shilla tau, semua ini
salahnya. Dan Shilla nggak nyangka Gabriel berbuat sedemikian. Hampir
aja Gabriel membunuh Rio. Tapi cowok itu memilih melukai dirinya
sendiri.
Sekarang, saatnyalah berbicara serius ama
Gabriel. Masalah itu harus diselesaikan dan CRAG kembali akur seperti
dulu. Ini baru yang namanya bertanggung jawab atas perbuatan yang
dilakukan. Shilla berjalan menuju kelas 2IPA-1 dengan harapan Gabriel
mau mendengar penjelasannya.
“Gabriel nggak masuk. Nomor HPnya nggak aktif.” Jelas Cakka ketika Shilla udah nyampe di kelas 2IPA-1.
Kemana juga Gabriel? Apa luka ditangannya belum sembuh? Atau ada hal lain yang membuatnya nggak masuk hari ini?
“Geng lo bubaran ya?” Tanya Cakka.
Shilla mengangguk. Jangan bicarain tentang geng deh, Shilla enek ingat Febby.
“Mmm..” Cakka ragu mengatakannya. “Apa lo tau hubungan gue ma Oik yang sebenarnya?” Lanjutnya.
Shilla menatap Cakka heran.
“Bukan.. Bukan.. Mungkin lo nggak tau.” Kata Cakka.
“Hubungan..”
Kata Shilla berpikir-pikir. Ia tau siapa Oik. Oik adalah teman
dekatnya. Setiap masalah yang dialami Oik selalu diceritakannya ke
Shilla.
“Lo dan Oik memiliki hubungan khusus. Oik pernah
cerita ke gue kalo mamanya dulu dekat ama Papa lo. Jadi lo dapat
menyimpulkan sendiri.” Kata Shilla meninggalkan Cakka. Bukannya ngobrol
ama Gabriel, malah ngobrol ama Cakka tentang Oik.
Papa? Dekat ama Mama Oik?
***
Seperti
biasa, saat pulang sekolah, Alvin mengajak pacarnya pulang. Tapi kali
ini Sivia menolak karena ada janji ama Ify. Alvin pun nggak bisa
membantah Sivia.
“Jaga diri lo baik-baik ya.” Kata Alvin.
Sivia mengangguk dan tersenyum. Setelah itu Alvin meninggalkannya. Kemudian, datang Ify dan Agni.
“Gimana, kita jadi kan shooping?” Tanya Sivia semangat.
Wah, kok Sivia mendadak suka shooping ya? Ketularan siapa tuh? Agni mengangguk setuju. Sementara Ify masih bimbang.
“Bukannya lo setuju ikut shooping ama kita berdua?” Tanya Agni.
Masalahnya,
siang ini juga ia ingin sekali menjenguk Rio. Ify penasaran ama nama
yang disebutkan Rio sewatu Rio nggak sadar. Acha? Sadar Fy! Nama Acha
itu banyak. Bukan hanya satu. Ada jutaan yang make nama Acha di dunia
ini.
“Gue tau, lo mau ke rumah sakit kan?” Tebak Sivia.
Ify mengangguk.
“Ya udah. Kita ke rumah sakit dulu, setelah itu kita shooping, gimana?” Usul Sivia dan diangguki Agni.
Bukannya
Ify menolak atau apa, ia mau sih diajak shooping ama Sivia. Kebetulan
uangnya hari lagi nggak sedikit kayak kemarin-kemarin. Tapi, hatinya
menyuruhnya untuk segera menemui Rio. Meskipun Rio belum sadar, Ify
harus pergi ke rumah sakit itu. Sendiri, tanpa Sivia dan Agni.
“Eng.. Kalian berdua shooping aja. Gue sendiri aja ke rumah sakitnya. Kapan-kapanlah kalian jenguk Rio.” Kata Ify.
Sivia tersenyum jahil. “Hayoo, lo nggak mau diganggu ama kita-kita kan? Jangan-jangan, lo mau pedekate ama kak Rio?”
Muka
Ify menjadi merah. Sivia.. Sivia.. Sok tau aja. Belakang-belakangan ini
Ify hampir melupakan perasaannya pada Rio. Semenjak ia tau Rio udah
punya pacar dan jadian ama Shilla, ia mundur demi mendapatkan Rio.
Sekarang, yang menjadi pertanyaannya, ia harus tau siapa Acha yang
disebutkan Rio. Walau Ify ragu menanyakan hal itu. Takut ntar kalo Rio
marah.
“Gue pergi dulu. Bawa oleh-oleh ya..” Kata Ify tersenyum lalu meninggalkan Agni dan Sivia.
Sivia dan Agni saling pandang-memandang. Lalu keduanya tertawa.
***
Itu
mobilnya! Seru seorang cewek. Cewek itu berjalan mendekati mobil Avanza
yang terparkir manis tak jauh dari sekolah. Dengan berani, cewek itu
menarik lengan cowok yang duduk di samping mobil itu. Otomatis, cowok
itu mendadak kaget.
“Belum pulang?” Tanya cewek itu.
Mengapa
ia ada disini? Batin si cowok. Apa cewek itu ingin mengganggu hidupnya
lagi? Setelah hidupnya yang kelam berubah menjadi cerah.
“Gue udah tobat.” Kata cewek itu lirih. Air matanya menetes membasahi pipinya yang putih dan halus.
“Terus, apa mau lo?”
“Gue mau.. Gue mau balikan ama lo lagi..”
***
Siang
yang panas itu, Cakka tidak langsung pulang ke rumahnya. Masih memakai
seragam sekolah, Cakka menjalankan motornya ke sebuah tempat favoritnya.
Tempat itu lumayan sepi dan jarang ada orang yang datang kemari.
Disinilah ia berusaha mengembalikan ingatannya yang sempat hilang.
Angin
sepoi-sepoi membantunya mengingat masa-masa itu. Cakka bersenderan pada
pohon yang lebat. Ia letakkan kedua tangannya di belakang kepala.
Kakinya ia selonjorkan. Sesaat, matanya terpejam. Dalam gelap, ia
melihat sosok Agni yang tersenyum manis padanya. Lalu, ada Oik yang
berwajah berkebalikan dengan Agni. Yaitu berwajah mendung dan tidak
suka. Ada apa dengan Oik?
Selain masalahnya dengan Oik,
ada satu masalah yang membuat pikirannya kacau. Kedua orangtuanya
sebentar lagi cerai. Kata Papa, sudah memiliki calon istri baru yang
katanya lebih sempurna dari Mama. Dadanya seperti tertusuk benda tajam
ketika Papa meremehkan Mama. Ada apa sebenarnya? Padahal, orangtuanya
adalah sepasang kekasih yang saling mencintai satu sama lain.
Tapi,
ada satu ekspresi yang ia tangkap dari wajah Papa saat membentak Mama.
Yaitu ekspresi tidak rela. Cakka yakin, Papa masih mencintai Mama.
Bahkan, calon istri Papa belum ia ketahui wajahnya dan namanya. Tinggal
menunggu waktu orangtuanya akan berpisah pada kehidupan masing-masing,
dan ia bingung mau ikut siapa. Lebih baik tidak ikut siapapun dan
mencoba membuka kehidupan baru yang penuh dengan perjuangan, atau
mengemis pada sahabat-sahabatnya.
“Kak Cakka..” Lirih sebuah suara. Dan, ingatan itu kembali pulih.
***
TBC....
Kalo ada yang aneh ato gak nyambung komen aja
Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604
Free Contact me : 083129582037 ( axis )
Makasiiii (:
Follow : @uny_fahda19
Tidak ada komentar:
Posting Komentar