Casting:
Pierre Bouvier as himself
Whoever you want as
Linda
Whoever you want as
Helena
.
“Apa
artinya menjadi bintang, apa artinya memiliki uang banyak jika aku tidak bisa
memilikimu?”
***
Linda’s POV
Teriakan fans dari Simple Plan
membuat telingaku pecah. Aku benar-benar stress berada di tempat ini juga
kekasihku yang adalah vokalis Simple Plan lebih memerhatikan fans ketimbang
aku. Aku tau rasanya pasti egois karena hanya mementingkan perasaanku tapi aku
tidak peduli. Dulu sebelum mereka terkenal aku banyak menghabiskan waktuku
bersama Pierre tapi sekarang tidak.
Shit! Lebih baik aku kembali ke
rumah toh Pierre tidak peduli padaku. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah dia
masih mencintaiku atau tidak. Dengan hati yang kesal, aku kembali ke rumah
maksudku apartemenku karena aku tidak berasal dari negara ini. Aku disini hanya
untuk menuntut ilmu kebetulan Simple Plan sedang mengadakan konser di kota ini.
Aku masuk ke dalam kamarku lalu
menjatuhkan tubuhku di atas kasurku yang empuk. Aku buka ponselku. Tidak ada
satupun pesan yang masuk. Aku mendengus kesal. Hubungan tiga tahun ini semakin
lama terasa semakin membosankan dan tidak jelas. Hubungan kami terasa tidak
nyata dan tidak normal. Hubungan kami berbeda dari hubungan lainnya. Bahkan aku
dan Pierre jarang bertemu setelah mereka sukses dengan album ketiga mereka. Aku
tau perjuangan mereka bukan main-main. Mereka berusaha keras membuat album,
music video dan lain-lain.
Jika saja semua ini tidak akan
terjadi. Jika saja aku tidak mengenal Pierre dan jatuh cinta padanya mungkin
semuanya tak akan menjadi seperti ini. Jadi haruskah aku mengakhiri hubungan
ini? Tapi sungguh aku masih mencintainya dan tidak ingin meninggalkannya. Sikapku
memang seperti anak kecil dan tak pernah dewasa. Hah!
Baru saja aku memejamkan mata,
ponselku berbunyi. Aku melihat satu pesan masuk dari Pierre katanya dia minta
maaf padaku. Aku mengabaikannya dan mematikan ponselku untuk berjaga-jaga agar
jika dia menelponku maka dia harus menahan kecewa karena tidak bisa
menghubungiku.
***
Pierre’s POV
Tadi itu benar-benar luar biasa! Aku
tak menyangka akan mendapatkan sambutan yang meriah dari fans padahal aku tidak
mengharapkannya. Band kami memang sedang berada pada puncaknya. Entahlah apakah
esoknya atau suatu hari nanti band kami akan mundur atau tidak. Aku tidak
terlalu mempedulikan hal itu asalkan aku bisa bernyanyi. Itu saja.
Aku masuk ke dalam hotel kamarku
yang cukup besar dan tentu saja nyaman. Saat aku merebahkan tubuhku di atas
kasur sambil memandangi langit kamar hotel, aku merasa ada sesuatu yang hilang.
Apa itu? Tiba-tiba aku terbangun dan langsung mengambil ponselku. Sialan! Aku
meninggalkan Linda karena terlalu asyik dengan fans tadi. Aku benar-benar
bersalah. Bagiku, Linda adalah segala-galanya dan aku tidak akan bisa hidup
tanpa dia.
Sepertinya gadis itu marah padaku.
Aku mengirimnya pesan hanya untuk meminta maaf padanya tapi tampaknya dia marah
padaku. Terbukti dari dia yang tidak mau membalas pesanku. Aku ingin
menelponnya tapi entahlah. Aku takut jika dia marah padaku dan aku sendiri yang
menjadi sakit pada ujungnya.
Hubungan kami sudah cukup lama. Tiga
tahun. Itu bukan waktu yang singkat. Kami sama-sama bisa menjaga cinta kami.
Tapi kurasa Linda adalah tipe gadis yang berbeda dari gadis lainnya. Dia merasa
ingin diperhatikan dan tidak ingin dinomorduakan. Memangnya aku selingkuh apa?
Justru Linda adalah nomor satu di hatiku dan tidak ada gadis lain di luar sana.
Kurasa karena aku yang semakin
terkenal dan dielu-elukan banyak orang membuat Linda merasa muak. Bayangkan
saja saat aku bersamanya lalu bertemu fans. Tentu saja aku tidak ingin membuat
fansku kecewa dan ingin membuat mereka bahagia semisal fotoan bersama. Tapi
rasanya Linda sangat tidak menyukai apa yang aku lakukan. Tapi hei! Ini kan
normal bukan? Tidak mungkin aku mengabaikan fansku karena aku tidak mau
dikatakan sombong.
Entahlah yang jelas aku mulai merasa
takut jika Linda meninggalkanku.
***
Linda’s POV
Aku bangun dengan malas. Ada jam
kuliah pagi ini maka mau tidak mau aku harus cepat-cepat bangun lalu mandi lalu
berangkat menuju kampusku. Hidupku biasa-biasa saja. Tapi aku benci jika ada
haters yang mengejekku semisal mengataiku kalau aku tidak cocok dengan Pierre.
Menyedihkan memang. Jika saja Pierre adalah lelaki yang normal, mungkin hidupku
tidak akan seperti ini.
Aku tiba di kampus. Banyak sekali
yang mengenaliku dan terkadang ingin berfoto denganku. Jujur saja sih jadi
terkenal itu emang enak. Kau sering dibicarakan banyak orang tapi aku hanya
ingin yang baik-baik saja. Tapi bagaimanapun juga pasti ada haters selagi ada
lovers.
Ketika tiba di kelas, masih ada sisa
beberapa menit sebelum kelas dimulai, aku terdiam melihat Helena yang adalah
sahabatku sedang nggg bermesraan sama pacarnya padahal isi kelas hampir full.
Dia itu keliatan cuek saja dan tidak peduli dikatakan sebagai gadis yang tidak
baik. Kalau aku sih tentu saja tidak mau. Aku gadis yang baik-baik dan harus
menjaga image-ku agar tidak terlihat buruk di mata orang.
“Hai Linda!” Sapa Helena.
Kekasih Helena sudah pergi
meninggalkan kelas. Aku duduk di samping Helena sambil menatapnya dengan kesal.
Aku merasa Helena tengah pamer kemesraan padaku karena kekasihnya selalu ada
untuknya, sedangkan aku?
“Kau kenapa sih pagi ini sudah
kesal? Bukankah Simple Plan ada disini?” Tanya Helena.
Aku mendengus kesal. “Aku capek
dengan hubungan ini. Dia semakin terkenal, banyak dikejar para gadis, banyak
yang meminta tanda tangannya, banyak yang ingin bertemu dengannya, selalu..”
Ucapku lalu dipotong oleh Helena.
“Seharusnya kau bersyukur bisa
mendapatkannya.” Ucap Helena.
Selanjutnya kelas yang bagiku
membosankan ini dimulai.
***
Pierre’s POV
“Tolong dengarkan aku.”
Sore ini aku nekat mendatangi
apartemen Linda hanya untuk bicara padanya. Tentu saja aku tidak ingin hubungan
kami hancur hanya karena aku yang semakin terkenal. Tapi sungguh, semua itu
maksudku terkenal, uang dan lain-lain tidak berarti tanpa adanya Linda
disisiku. Bagiku Linda adalah berlian yang sangat mahal yang tidak ada satupun
yang bisa menyainginya termasuk kekayaaan itu.
“Kau mau bicara apa? Aku sudah lelah
dengan hubungan ini.” Ucap Linda. Suaranya terdengar frustrasi.
Aku meraih tangannya dan menatapnya
dengan lekat. Aku bisa merasakan apa yang dia rasakan. Hubungan ini memang
menyakitkan tapi mau tidak mau kita harus menjalaninya dan menganggap semuanya
baik-baik saja.
“Sebenarnya aku juga sudah muak
dengan semua yang aku punya. Uang, ketenaran atau apapun itu. Tapi itu juga
mimpiku. Aku ingin menjadi penyanyi terkenal dan aku berhasil meraihnya. Tapi
asal kau tau, semua mimpi itu tidak berarti tanpa kau disisiku. Percayalah. Aku
yakin kita bisa melaluinya.” Ucapku.
Linda terdiam. Entahlah apa yang ada
dipikiran gadis itu.
“Kuharap kau bisa memahami posisiku.
Aku sangat mencintaimu dan tidak ingin kehilanganku. Tanpamu, aku hanyalah
seorang pecundang.” Ucapku.
“Aku.. Aku hanya ingin hubungan kita
normal seperti lainnya.” Ucap Linda.
“Aku mengerti. Aku juga ingin. Tapi
mau bagaimana lagi? Tidak mungkin aku meninggalkan dunia yang sangat aku cintai
dan tidak mungkin aku meninggalkanmu.” Ucapku.
Tiba-tiba aku frustrasi. Pernah
terbesit dipikiranku untuk meninggalkan dunia ketidaknormalanku dan menjadi
orang yang normal. Tapi bagiku musik merupakan hidupku juga dan tidak mudah
membangun sebuah band. Aku sudah nyaman bersama bandku dan teman-temanku. Tidak
mungkin aku meninggalkan mereka. Aku harap Linda bisa mengerti. Yang kubutuhkan
hanyalah pengertiannya.
“Besok malam kami akan mengadakan
konser. Kau harus menontonnya.” Ucapku.
***
Linda’s POV
Seharian ini aku menangis. Aku
memang bodoh. Seharusnya aku bisa menerima semuanya dan tidak menjadi gadis
yang manja. Apa susahnya sih menjani hidup ini sedangkan hidupmu baik-baik saja
maksudku tidak ada kekurangan apapun dalam hidupmu? Coba lihat di luar sana.
Ada banyak orang yang kesusahan. Banyak orang yang kelaparan. Seharusnya aku
bersyukur dengan hidup yang aku miliki.
Aku melihat fotoku bersama Pierre.
Disana kami sangat bahagia. Apa yang dikatakan Helena memang benar. Seharusnya
aku bersyukur karena bisa mendapatkannya. Pierre adalah lelaki yang baik meski
hidupnya berbeda dengan hidupku. Aku percaya padanya kalau dia sangat
mencintaiku dan tidak ingin kehilanganku.
Nanti malam aku akan menonton
konsernya sebelum mereka pindah ke tempat lain. Oke. Intinya aku harus menerima
semuanya dan bersyukur.
***
Still Linda’s POV
Teriakan para fans membuatku entah
mengapa menjadi bangga dengan mereka. Seharusnya memang begitu, bukannya malah
sebal. Ayo dong! Kau harus bersikap dewasa! Entahlah mengapa jantungku
berdebar-debar. Biasanya saat aku menonton konser Simple Plan aku biasa-biasa
saja. Tapi kali ini tidak.
Musik punk-rock khas Simple Plan pun
mulai terdengar. Lagu apa ini? Aku tidak pernah mendengar lagu ini sebelumnya.
Jadi apakah mereka membawakan lagu baru?
“There’s
a lot of talk about me
People lining up to meet me
I’m on a verge of celebrity
So what you think about that?”
Well kurasa mereka memang membawakan lagu baru
yang emang selalu terdengar enak. Aku suka sekali dengam musik mereka.
Lirik-nya itu nyentuh semua. Aku melihat Pierre di atas panggung dan kuharap
aku tidak merasa ge-er karena saat dia menyanyi dia seperti melihatku terus.
“You
make me wanna shut it all down throw it all away
Cause I’m nothing if I don’t have you
What’s the point of being on top, all
the money in the world
If I can’t blow it all on on you
So, send the cars back, put the house
on the market and my big dreams too
Because it’s all so clear now without
you here
I’m the loser of the year..”
God!
Ku rasa lagu itu Pierre tulis untukku. Untuk apa menjadi terkenal dan semua
kekayaan yang dia miliki tanpa adanya aku disisinya? Kedengaran romantis meski
musiknya asli punk-rock dan enaknya goyang-goyangin tubuh. Tapi aku kenapa jadi
sedih ya?
Aku mengerti sekarang. Ya. Aku
sangat mencintainya dan aku tidak ingin kehilangannya. Aku tidak akan
membiarkan hal apapun yang akan menghancurkan hubungan kami. Aku senang karena
memilkinya, sungguh.
Setelah konser selesai, aku langsung
berlari menuju Pierre lalu memeluknya. Yeah! Aku mengerti sekarang. Hanya lagu
yang bisa memperbaiki semuanya, seperti apa yang pernah Pierre katakan padaku.
Hanya melalui lagu dia bisa memperbaiki semuanya.
“Lagu yang bagus!” Ucapku.
Pierre tersenyum. “Terimakasih. Aku
tulis lagu itu untukmu dengan harapan kau bisa memahami-ku.” Ucapnya.
Ah, rasanya ingin menangis. “I love you..” Ucapku.
“I
love you too, without you, I’m the loser of the year..” Balas Pierre
***
END
Song for this
part
Simple Plan –
Loser of The Year
There’s a lot
of talk about me, people lining up to meet me
I’m on a
verge of celebrity, so what you think about that?
I’ve got
friends in high places, Louis Vuitton suitcases
Look at all
their pretty faces, so what you think about that?
So why do I
feel like it’s all just a show?
You make me
wanna shut it all down, throw it all away
Cause I’m
nothing if I don’t have you
What’s the
point of being on top, all the money in the world
If I can’t
blow it all on on you
So, send the
cars back, put the house on the market
And my big
dreams too
Because it’s
all so clear, now without you here
I’m the loser
of the year
I’m at a
party in a mansion, there’s a lot of high fashion
And I’m
cooler than I’ve ever been, so what you think about that?
I’m living life in a fast lane, I’ve got fridge full of
champagne
And I’m
hanging out with Lil’ Wayne, so what you think about that?
So why do I
feel like it’s all just a show?
You make me
wanna shut it all down, throw it all away
Cause I’m
nothing if I don’t have you
What’s the
point of being on top, all the money in the world
If I can’t
blow it all on on you
So, send the
cars back, put the house on the market
And my big
dreams too
Because it’s
all so clear, that without you here
I’m the loser
of the year
I’m the loser
of the year
I can try
real hard, I can try to pretend
That all
these dreams make any sense without you
But that just
ain’t true
I thought
these things would make me forget
About you and
me but you’re stuck in my head
I’m a loser,
if I lose her
You make me
wanna shut it all down, throw it all away
Cause I’m
nothing if I don’t have you
What’s the
point of being on top, all the money in the world
If I can’t
blow it all on you
You make me
wanna shut it all down, throw it all away
Cause I'm
nothing if I don’t have you
So, send the
cars back, put the house on the market
And my big
dreams too
Because it’s
all so clear, that I need you near
And it’s all
so clear, now without you here
I’m the loser
of the year
Loser of the
year
I’m the loser
of the year
Loser of the
year
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar