Casting:
All Time Low as theirselves
Lisa Gaskarth as herself
Simple Plan as theirselves
.
“Saat
dimana kau mabuk karena cinta dan melupakan segalanya.”
***
51
Messages From: Jack
30 Messages From: Rian
42
Messages From: Zach
75
Missed Call From: Jack
54
Missed Call From: Rian
46
Missed Call From: Zach
Gue tersenyum saat membuka Blackberry
gue yang entah kapan terakhir kali gue pegang. Tapi baterainya berada di ujung
kematian. Malam ini gue ada di bar sambil berusaha mencari gadis yang
akhir-akhir ini membuat gue gila. Bagi gue, gadis itu tampak nakal tapi itulah
hal yang gue sukai dari dia. Nama gadis itu adalah Lisa. Dia bekerja di bar
ini. Gue sering senyum ke dia tapi dia cuek saja.
“Lo mau nambah lagi?”
Gue ga kenal tuh orang. Tapi katanya
dia itu vokalis band Simple Plan yang selain nge-band kerjaannya di bar mulu.
Sebenarnya gue jarang dateng di tempat ini. Tapi ini demi Lisa akhirnya gue
maksain diri buat dateng. Lagipula, ternyata bar ini mengasyikkan. Kalau gue stress
gue bisa mempelampisakan kestresan gue di bar ini.
“Nama lo siapa?” Tanya gue.
Lelaki itu mengangkat sebelah
alisnya. Mungkin dia heran karena gue yang tidak tau siapa namanya. Tapi sumpah
gue tidak tau siapa dia.
“Lo Alex kan? Gue Pierre.” Jawabnya.
Gue hanya meng’o’kan saja. Tiba-tiba
gue ga sengaja melihat sosok gadis berpakaian seksi yang langsung membuat gue
melongo. Kalau begini caranya gue bisa gila. Bahkan gue sudah tidak
mempedulikan semuanya. Yang ada dipikiran gue hanyalah Lisa, Lisa dan Lisa.
Satu hal yang ingin sekali gue lakukan pada Lisa. Yaitu gue ingin meluk dia
sampai puas meskipun ga ada habisnya. Bagi gue, pelukan itu lebih dahsyat
ketimbang ciuman karena bagi gue ciuman itu hanya bisa mengundang nafsu
sedangkan pelukan tidak. Kok gue terkesan alim gini ya?
“Biar gue tebak. Lo naksir gadis itu
kan?” Tanya Pierre.
Sepertinya Pierre tau kalau selama
ini gue selalu memerhatikan Lisa. Tidak ada salahnya menceritakan perasaan gue
tentang Lisa pada Pierre. Siapa tau kan dia kenal baik dengan Lisa dan mau
ngenalin gue ke Lisa?
“Gue datang kesini hanya untuk
melihat Lisa. Gue akui gue suka sama Lisa. Bahkan gue cinta sama Lisa.” Ucap
gue.
“Well, lo tepat banget jatuh cinta
sama Lisa. Sepertinya gadis itu suka lo juga.” Ucap Pierre.
Mata gue membulat mendengar ucapan
Pierre. Apakah dia bohong? Bahkan Lisa ga ngenal gue sama sekali. Apa Pierre
sedang mabuk? Tapi dia kelihatan baik-baik saja.
“Sebaiknya lo ungkapin aja perasaan
lo ke dia.” Ucap Pierre.
Malam semakin larut, bahkan sudah
memasuki dini hari. Kepala gue amat berat karena terlalu banyak menghabiskan
alkohol. Orangtua gue ga mempedulikan gue karena mereka terlalu asyik sama
dunianya. Gue itu anak tunggal. Tapi gue beruntung memiliki tiga sahabat yang
selalu ada untuk gue, siapa lagi kalau bukan Jack, Rian dan Zach?
Kepala gue bertambah pening.
Tiba-tiba terlintas wajah cantik yang gue harap apa yang gue lihat adalah
benar.
“Lo ga apa-apa?”
Suaranya sangat lembut. Sebisa
mungkin gue menormalkan keadaan tubuh gue. Ya, gadis itu memang Lisa. Dia
tersenyum manis dan rasanya gue ingin sekali memilikinya. Gue udah dibuat buta
sama Lisa tapi gue ga peduli. Bahkan gue sampai melupakan sahabat-sahabat gue
dan diri gue sendiri.
“Gue ga apa-apa.” Jawab gue.
“Gue Lisa.” Ucap Lisa.
“Gue Alex.” Ucap gue.
Kedua tangan kami menyatu. Rasanya
seperti tidak ingin melepaskan tangan gue dari tangannya. Gue jadi penasaran
mengapa gadis selembut Lisa berani bekerja di bar itu. Apa Lisa bekerja disana
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya? Gue bisa melihat dari luar kalau Lisa
itu bukanlah seorang jalang.
“Kalau gitu gue pulang dulu ya. Lo
kalo minum alkohol jangan sampai kebanyakan. Ga sehat buat tubuh lo.” Ucap Lisa
lalu pergi dari tempat itu.
Gue tersenyum kecil. Lisa saja
perhatian sama gue. Tadi itu gue emang kebanyakan minum tapi gue ngerasa
baik-baik saja. Umur gue sudah dua puluh enam tahun. Gue udah dewasa dan minum
seperti itu udah biasa bagi lelaki seperti gue.
Akhirnya gue tiba di rumah dan
langsung menghempaskan tubuh di atas kasur. Sedikit informasi, gue tinggal
sendiri karena gue rasa lucu di usia seperti ini gue masih tinggal dengan
orangtua.
***
Malam ini gue ke bar lagi. Gue nemu
Lisa. Dia langsung ngajak gue ngobrol di luar bar yang jauh dari keraiaman. Gue
ngerasa bahagia banget bisa dekat dengan Lisa. Gue curiga kalau-kalau Lisa juga
naksir sama gue. Kalau iya, alangkah indahnya hidup gue.
“Sebenarnya gue kerja disini karena
terpaksa. Adek gue sedang sakit parah dan gue harus ngebiayain adek gue yang
sakit.” Jelas Lisa.
Dada gue terasa sesak mendengar
penjelasan Lisa. Ternyata hidupnya berat juga sedangkan gue berlebihan.
Orangtua gue sangat kaya dan selama ini gue bergantung pada mereka. Gue salut
sama Lisa.
“Tapi gue bukan gadis jalang.” Ucap
Lisa.
Iya, gue percaya sama Lisa.
Tiba-tiba saja gue menggenggam tangan Lisa dengan erat. Wajah gadis itu tampak
kaget. Gue tau yang gue lakukan salah tapi gue ga bisa menahannya.
“Lo tau, hanya karena lo gue
ngelupain semuanya. Bahkan gue lupa kapan terakhir kali gue ganti baju.” Ucap
gue.
Lisa terlihat berusaha menahan
tawanya. “Lo kenapa sih? Apa karena gue lo memaksakan diri datang ke bar?”
Tanyanya.
“Iya. Gue kesini hanya ingin bertemu
dengan lo. Tapi selama itu gue ga berani nyapa lo. Malah lo yang nyapa gue
duluan. Rasanya gue ga ada gunanya jadi cowok.” Ucap gue.
“Lo cowok yang sempurna, Lex..” Ucap
Lisa.
Gue harap gue ga salah dengar. Lisa
bilang gue adalah cowok sempurna? Entah apa yang membuat jarak kami semakin
dekat lalu tanpa sadar kami berciuman sambil berpegangan tangan. Gue tau ini
bukan first kiss gue tapi gue harap ini menjadi last kiss gue.
***
“Ya Tuhan! Selama ini lo kemana
aja?” Tanya Jack.
Gue tersenyum melihat tiga sahabat
gue yang ternyata khawatir sama gue. Mereka ngira selama ini gue menghilang.
Tau tidak, kemarin itu adalah malam terbaik gue. Ternyata Lisa suka sama gue
dan dia mengatakan secara malu-malu. Tentu saja kami memutuskan untuk pacaran.
Lisa… Dia adalah bidadari gue yang bisa membuat gue gila dan melupakan
segalanya. Kemudian gue bercerita tentang Lisa ke sahabat-sahabat gue.
“Gue benar-benar minta maaf ke
kalian karena Lisa gue jadi melupakan segalanya.” Ucap gue.
“Lo benar-benar terobsesi sama gadis
itu.” Ucap Zach.
“Tapi ga apa-apa ketimbang lo
jomblo.” Ucap Rian.
Gue tertawa. Gue emang sudah resmi
menjadi kekasih Lisa dan gue ingin membantu adiknya yang sakit. Gue ingin
adiknya cepat sembuh agar Lisa ga susah-susah kerja di bar. Gue takut ada
lelaki hidung belang yang nyiska Lisa walau gue yakin Lisa sudah bisa
menghadapi berbagai macam lelaki hidung belang itu.
“Nanti malam lo semua harus pergi ke
bar sama gue!” Ucap gue dengan semangat.
***
Alunan musik mengalun di bar itu.
Gue sama sahabat-sahabat gue akan pesta disini sampai fajar. Gue ketemu Lisa
disana. Gue langsung meluk dia. Setiap hari Lisa selalu kelihatan cantik
sekalipun tanpa make-up. Lisa itu cantik apa adanya.
“Kenalin ini sahabat-sahabat gue.
Jack, Rian dan Zach.” Ucap gue sambil ngenalin Lisa ke sahabat-sahabat gue.
Diantara ketiganya, Jack yang paling
jahil seakan-akan dia ingin merebut Lisa dari tangan gue. Jangan! Jack itu raja
playboy. Sudah banyak gadis yang menjadi korbannya. Kalau gue sih enggak.
Bahkan mantan gue hanya tiga, itupun mereka yang ninggalin gue bukan gue yang
ninggalin mereka.
Tiba-tiba saja musik yang tadinya
mengalun lembut berubah menjadi keras. Gue tersenyum lebar melihat Pierre dan
teman-temannya yang sepertinya ingin membawakan sebuah lagu. Mereka emang
keren! Gue sih sebenarnya punya band juga tentunya sama sahabat-sahabat gue.
Tapi gue ngerasa band gue ga sekeren seperti mereka.
Halaman bar semakin ramai karena
Simple Plan. Gue menggenggam tangan Lisa dan ikutan nimbrung sambil joget-joget
ga jelas. Tapi lagu yang dibawa mereka enak banget.
“Cause
on the street, or under the covers
We're stuck like two pieces of Velcro
At the park, in the back of my car
It don’t matter what I do,
No, I can’t keep my hands off you..”
Sepertinya Lisa juga seneng. Ini
adalah salah satu malam terbaik gue. Jika ada Lisa disamping gue, setiap
harinya akan selalu menjadi hari terbaik bagi gue.
“Gue cinta banget sama Lo Lis dan
gue harap lo yang terakhir buat gue.” Ucap gue selepas Simple Plan berhasil
membawakan lagu itu.
“Gue juga cinta sama elo Lex dan
beruntung bisa mendapatkan lo.” Ucap Lisa.
Gue meraih tangan Lisa lalu
menggenggamnya dengan erat tanpa harus melepaskannya. Lisa menjatuhkan
kepalanya tepat di atas bahu gue. Cinta itu emang indah.. Batin gue sambil
tersenyum.
***
END
Song for this
part
Simple Plan –
Can’t Keep My Hands Off You
Oh oh oh
let’s go
My Fender
Strat sits all alone, collecting dust in the corner
I haven’t
called any of my friends, I’ve been MIA since last December
My
blackberry’s filled up with E-mail
My phone
calls goes straight through to voice mail
'Cause on the
street, or under the covers
We're stuck
like two pieces of Velcro
At the park,
in the back of my car
It don’t
matter what I do,
No, I can’t
keep my hands off you
(can’t keep
my, can’t keep my)
Can’t keep my
hands off you
(can’t keep
my, can’t keep my)
There’s
fungus growing in the icebox, all I got left are Fruit Roll-Ups
My clothes
are six months old, but I don’t care, no, no, no, I don’t notice
My bills pile
is so high, it is shocking
The repo man
just keeps on knocking
'Cause on the
street, or under the covers
We're stuck like
two pieces of Velcro
At the park,
in the back of my car
It don’t
matter what I do,
No, I can’t
keep my hands off you
(can’t keep
my, can’t keep my)
Can’t keep my
hands off you
(can’t keep
my, can’t keep my)
Can’t keep my
hands off you
Sorry to all
my friends and to anyone I offend
But I can’t
help it, no, I can’t help it
Can’t keep
my, can’t keep my (can’t keep my hands off you)
Can’t keep
my, can’t keep my (can’t keep my hands off you)
Can’t keep
my, can’t keep my (can’t keep my hands off you)
Can’t keep
my, can’t keep my (can’t keep my hands off you)
'Cause on the
street, or under the covers
We're stuck
like two pieces of Velcro (stuck like two pieces of Velcro)
At the park,
in the back of my car
It don’t
matter what I do,
No, I can’t
keep my hands off you
(can’t keep
my, i can’t keep my)
I Can’t keep
my hands off you
(can’t keep
my, I can’t keep my)
I Can’t keep
my hands off you
(can’t keep
my, I can’t keep my)
I can't keep
my hands off you
(can’t keep
my, i can’t keep my)
I can't keep
my hands off you
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar