expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 26 Januari 2014

Forever Love ( Part 10 )

-Forever Love-

Author :: @uny_fahda1D


"Sorry if the story not good and short or unsatisfactory"


Part 10

.

.

.

Bandung... Di kamar Agni...

Lantunan lagu dariSelena Gomez terdengar berisik di dalam kamarnya. Kamarnya sekarang dipenuhilagu Selena Gomez. Agni tak peduli apakah Mama memarahinya karena terlalu kerasmenyetel lagu. Intinya, Agni ingin istirahat sebentar. Menetralkan otaknya yangkemarin hampir kehilangan akal gara-gara perkataan Cakka kemarin.

Agni ingat. Cakkameminta bantuannya. Tentu bantuan itu sangat gila. Tapi bagi cewek lain yangsangat tergila-gila sama Cakka, tentu dengan senang hati siap membantu Cakka.

“Ag..” Kata Cakka.

Agni tersadar. “Iya kak? Ada apa?” Tanyanya.

“Lo bisa bantu gue? Sekali saja..”

“Mmm.. Bantuan apa? Asalkan Agni sanggup, Agni mau kokbantu kakak.” Jawab Agni.

Wajah Cakka lain dari biasanya. Wajah itu menampakkanseseorang yang gagal dalam menggapai cinta. Ya, Agni tau kalo Ify menolakCakka. Ify memang keras kepala dan menolak siapapun cowok yang menembaknya.

“Mmm.. Gue pengen lo jadi pacar bohongan gue. Gimana?”

Sesaat, Agni membisu. Otaknya mulai bekerja mencernasetiap kata yang diucapkan Cakka. Gue pengen lo jadi pacar bohongan gue, gimana? Pacar bohongan? Astaga! Maunya Cakka apa sih? Sudah puaskah dia melihatAgni menderita?

“Gimana Ag?” Tanya Cakka.

“Mmm.. Untuk apa kakak jadiin Agni sebagai pacar bohongankakak?” Agni balik nanya.

“Yaa.. Lo tau sendiri kan gue sekarang lagi.. Ya.. Gimanaya jelasinnya. Pokoknya, lo harus jadi pacar bohongan gue. Titik! Dan lo harusmenerimanya!”

Gambaran orang yang lagi putus asa karena cinta. Agnimelihat Cakka yang pergi begitu saja meninggalkan dirinya, tanpa mendengarjawaban apa yang akan ia berikan ke Cakka.

“Gue jadi pacarbohongan Cakka?” Tanya Agni. “Nggak! Ini semua harus berakhir. Gue harusngatain perasaan gue yang sebenarnya ke Cakka. Gue nggak boleh cuek samaperasaan gue sendiri.”

BRAKK !!!

Pintu kamar Agni dibuka lalu dibanting secara kasar oleh seseorang. Agni mendadak kaget ketikamelihat Cakka yang berwajah mengerikan. Seperti macan yang ingin mencarimangsa. Tetapi Agni mencoba biasa.

“Sayang.. Maaf yakarena tadi aku terlalu kasar. Jadi, kita jalan-jalan yuk? Ada tempat indahyang ingin ku tunjukkan padamu.” Kata Cakka.

Sebisa mungkin Agnimenahan air mata agar tidak keluar. Yang ia tahu, dirinya hanya dijadikanPELAMPIASAN oleh Cakka. Cakka hanya mencintai Ify, bukan dirinya. Agni inginsekali berkata jujur pada Cakka. Tapi tidak sekarang.

“I.. Iya kak..”Jawab Agni.

“Mulai sekarang,jangan panggil aku kakak. Panggil aku ‘kamu’ atau ‘Cakka’, oke?”

Agni mengangguklemah. Setelah itu Cakka memberinya izin untuk mengganti pakaian. Cakkamenunggu di luar kamarnya ditemani berjuta pikiran yang nggak bisa iakendalikan.

‘Apa lo nggakkasian sama Agni? Ah, biarkan saja. Toh dia juga nggak keberatan.’ Batin Cakka.

Beberapa menitkemudian, Agni keluar. Pakaiannya rapi dan penampilannya bisa diacungkanjempol. Cakka tersenyum melihat Agni. Berharap Agni itu adalah Ify. Lalu Cakkamenggandeng tangan Agni menuju luar.

“Ag, makasih yaudah bantu Cakka. Ntar ada hadiahnya lho.” Kata Cakka senang.

Ya, Agni memangdilahirkan sebagai anak yang bernasib tidak menyenangkan. Walau banyak orangyang mengatakan dirinya cantik, pintar dan berkecukupan, Agni merasa dirinyalahmanusia yang paling malang.

Di seluruh mukabumi ini, hanya dia yang malang.

***

Surabaya...

“Kezia!” Teriak Riokeras-keras.

Rio melihat Keziadan anggota cheers lainnya sedang latihan. Mendengar suara Rio, Kezia punmenghentikan latihannya dan langsung menemui Rio.

“Lo nggak latihanbasket?” Tanya Kezia.

“Nggak. Gue males.Eh, lo kan yang nyebarin kalo kita itu pacaran?!” Bentak Rio.

Baru kali ini Keziadibentaki oleh seorang cowok. Apalagi sama pacarnya sendiri. Tentu Kezia nggakterima. Berani-beraninya Rio membentaknya dengan kasar.

“Nggak bodoh! Losendiri kan bilang kalo kita berjanji ngerahasiain hubungan kita?!” BentakKezia tidak kalah dari Rio.

“Heh? Lo berani yasama gue? Oke. Kalo gitu.. KITA PUTUS!!”

Setelah mengucapkankalimat yang paling dibenci oleh cewek, Rio meninggalkan Kezia. Kezia menatapRio dengan sebal. Serius apa tidak sih cowok itu? Kezia emang cewek yang lain.Dia nyari pacar itu bukan cuma untuk senang-senang. Tapi untuk mencariseseorang yang ia cintai dan mencintainya.

“Hei! Lanjut nggak?Ada apa tadi lo sama Rio?” Tanya Oliv, teman Kezia.

“Ng.. Nggak ada.Cowok tadi edan. Ya udah, ayo kita lanjut!”

Mereka punmelanjutkan latihan mereka. Sementara Rio yang sudah nggak bisa menahanemosinya langsung kabur dari sekolah. Moodnya untuk latihan basket udah hilang.Sekarang ini yang ia butuhkan adalah menenangkan diri.

Belum saja Riomenyalakan mesin motornya, Keke datang bersama ribuan pertanyaan. Cewek itu!Ngapain kesini? Dumel Rio dalam hati.

“Yo, Keke maubicara sama Rio.” Tegas Keke. Wajahnya tampak serius.

“Sorry, gue nggakbisa. Permisi..”

Motor Riomeninggalkan sekolah. Keke menghela nafas berat. Hhh.. Selalu sajakedatangannya dibalas bentakan tak wajar dari Rio. Sebenarnya, salahnya padaRio apa sih? Dia kan nggak pernah berbuat salah sama Rio? Rio kan jugapacarnya. Mengapa pacarnya itu sekenanya bentakin dia tanpa alasan?

Keke teringatkejadian kemarin. Ketika ia melihat Rio ngobrol sama Shilla. Apa jangan-janganRio selingkuh? Oh, tidak! Rio adalah miliknya, bukan milik Shilla. Tapi Kekebegitu takut bicara sama Shilla.

Tidak! Ia harusbicara serius sama Rio. Bukan sama Shilla. Dan Rio harus menjawabpertanyaannya. Dan jika Rio memutusinya, Keke berjanji untuk nggak sakit hati.Karena ia tau, Rio sama sekali nggak mencintainya.

***

Sesampai di rumah,Rio berlari ke kamarnya. Lalu ia menjatuhkan tubuhnya di kasur, tanpa menggantibaju terlebih dahulu. Ternyata, sulit juga.. Pikir Rio. Sebenarnya, dia nggaktega memutusi Kezia yang manis itu. Tapi apa boleh buat? Hubungannya denganKezia sudah berakhir dan nggak akan bisa kembali lagi.

“Dengarkan aku.. Ku merindukanmu..”

“Haloo..” Jawab Riomalas.

Ceweknya yangkesepuluh menelponnya. Siapa lagi kalo bukan Sivia? Nah, Sivia ini berbeda dariyang lainnya. Dia nggak nakal seperti Kezia atau Keke. Sivia selalu menurutinyadan nggak berani menolak permintaannya. Ini baru namanya cewek.

“Gue nggak papa.Vi, gue capek. Ntar kita telponan lagi ya, makasih..”

Klik.

Secepatnya Riomematikan HP, lalu HP itu ia lempar dan sekarang entah kemana. Pikirannya saatini sedang kacau. Akibatnya, kepalanya menjadi sakit.

“Gue emang cowoknggak berguna..” Lirihnya.

Pandangannya kiniterpusat pada sebuah bingkai foto yang sudah lama. Di bingkai itu ada dua bocahmanis yang sedang tertawa. Ah, andaikan ia bisa seceria dua bocah itu. Riomengambil bingkai itu dan tersenyum sedih.

“Kak, andaikan loada disini. Kenapa sih lo pergi secara tiba-tiba? Kenapa sih lo lebih sukaditabrak bus daripada bermain-main sama gue?” Tanya Rio pada bingkai foto itu.Seakan-akan ia bicara sama kakaknya itu.

“Gue ingin lokembali. Gue kesepian disini. Walau yah, lo selalu bilang kalo lo nggak akanpisah dari gue, tapi gue ngerasa lo menghilang dan gue nggak bisa mencari lo.Kak, apa yang harus gue lakukan? Apa gue.. Apa gue.. Tidak! Nggak mungkin guemelarikan diri karena tugas gue belum selesai. Tapi gue janji akanmenemuinya..”

Senjaperlahan-lahan datang. Menemani kesepiannya seorang cowok itu. Kedua mata Rioterasa berat. Diletakkannya bingkai foto itu pada tempatnya. Lalu ia tertidurdalam kesedihan dan luka yang mendalam.

‘Gue akanmenemuinya..’

***

Suara mesin motorterdengar jelas di luar rumahnya. Sivia yang lagi asyik mandangin foto Riomerasa tidak nyaman dengan kehadiran suara mesin motor itu. Di rumahnya sedangtidak ada orang. Kedua orangtuanya ada tugas khusus di luar kota. Sedangkankakaknya nggak tau kemana. Biasanya dia lagi ngumpul bareng teman-temannya.

Dengan malas, Siviaberjalan keluar. Tangan kanannya menyentuh ganggang pintu lalu pintu ituterbuka. Seorang cowok tersenyum manis ke arahnya dan Sivia ingin sekalimembanting pintu itu.

“Ngapain lodisini?” Bentak Sivia.

Cowok yang tak lainadalah Alvin itu masih saja memamerkan senyuman yang membuat siapa sajabahagia. Tapi tidak dengan Sivia. Entah mengapa ada sedikit perasaan tidaksukanya pada Alvin. Sejak ia tau yang meledakkan balonnya dulu adalah Alvin.

“Gue mau bicarapenting sama lo.” Jawab Alvin.

“Tapi kan, ini udahmalem. Sebaiknya lo pulang aja.”

Sivia sepertimengusir Alvin dari rumahnya. Malam ini, ia begitu malas bicara. Bicara samaPricilla aja malas apalagi bicara sama Alvin! Tapi bukan Alvin namanya kalogampang menyerah demi memuaskan hatinya.

“Bentar aja Via.Ayolah.. Pliss..” Mohon Alvin dengan mimik muka semanis-manisnya.

Akhirnya, Siviamengizinkan Alvin masuk dengan satu syarat yaitu nggak lama-lama berada dirumahnya ini dan nggak melakukan hal yang tidak benar.

“Nah, apa yang maulo bicarain?” Tanya Sivia.

Diam sesaat. Yangada hanyalah Alvin yang tidak berhenti menatap wajah manis Sivia. Ekor mataAlvin yang indah membuat Sivia salting. Tuh cowok kenapa sih? Batin Sivia.

“Hello Vin.. Lokenapa natap gue kayak gitu?” Tanya Sivia.

Kemudian Alvinkembali tersenyum setelah adegan tadi. “Nggak ada. Ohya Vi, apa.. apa lo benarsuka sama Rio?” Tanyanya.

Sivia mengernyitkandahi. “Ng.. Yaiyalah. Ngapain lo nanya kayak gituan? Lo cemburu kan sama Rio?”

“Bu..Bukannya guecemburu atau apa. Tapi, apa lo tau kalo Rio itu sama sekali nggak mencintailo?”

Pertanyaan yangsedari kemarin membuat Sivia jadi pusing. Rio nggak mencintainya? Pricilla punberkata seperti itu. Tapi, ketika ia bertanya hal itu ke Rio, Rio menjawab,‘Gue cinta sama elo Vi, cinta. Lo jangan percaya sama gosip-gosip nggak jelas.Apa gue harus buktikan kalo gue itu cinta sama elo, Vi?’

Sekarang, yang manayang harus ia percayai? Rio atau Alvin dan segala gosip-gosipnya itu? Hidup iniemang sulit untuk ditebak. Sivia mulai pusing dengan cintanya. Benar deh kataMama, sebaiknya jangan dulu pacaran. Ntar sekolah jadi nggak konsen gara-garamikirin pacaran.

“Viaa..” KataAlvin.

“Eh, gue.. Riocinta kok sama gue.” Jawab Sivia.

“Yakin?”

“Ya!” Tegas Sivia,walau sebenarnya nggak yakin sih.

Diam lagi. Siviamaupun Alvin nggak ada yang bicara. Alvin yang tadi tenang mulai menegang.Memang sangat sulit bicara dengan Sivia mengenai soal Rio. Tiba-tiba, entahdarimana Alvin mendapat keberanian, ia menarik tangan Sivia lalu digenggamnya.Sivia menjadi kaget atas ulah Alvin. Namun, genggaman itu terasa hangat dannyaman.

“Vi.. Gue.. Guesebenarnya suka sama elo. Sejak gue ledakin balon lo itu, dan sejak lomarah-marah sama gue akibat kejahilan gue itu, timbul rasa sayang gue ke elo.Karena itulah, gue berusaha mencari lo untuk minta maaf. Dan sekarang guemenemukan lo. Tapi.. Ternyata lo sama sekali nggak suka sama gue. Gue tau, losangat mencintai Rio. Gue sadar Vi, gue bukan orang yang tepat untuk locintai..”

Genggaman itusemakin kuat. Sivia ingin menangis mendengar pengakuan Alvin. Tapi apa bolehbuat, ia sudah menjadi milik Rio dan terlalu sulit untuk mencintai Alvin.

 “Via.. Gue cinta sama elo.Terserah apa lo mau putus sama Rio atau tidak.” Lanjut Alvin.

Sivia mulai angkatbicara. “Ma..Maaf Vin. Via nggak bisa nerima Alvin. Maaf ya. Sivia sangatmencintai Rio, bukan Alvin. Sebaiknya Alvin pulang aja, cukup jadi teman sajakita berdua, oke?”

Alvin tersenyum.“Oke. Tapi Vi, gue bersumpah kalo lo nangis gara-gara Rio, gue bakal buatperhitungan dengannya, sekaligus kasih dia pelajaran agar dia sadar darikesalahannya.”

Sedikit Siviaterkejut dengan sumpah Alvin barusan. “Mmm, terserah Alvin deh. Yang penting,kita temenan dan Alvin jangan ganggu hubungan Via sama Rio, ya?”

“Baiklah. Ya udah,Alvin balik dulu. Besok kita ketemu lagi ya.. See you..”

Motor itumenghilang di kegelapan malam. Dan Sivia belum juga masuk ke dalam rumah. Iamasih berdiri di teras sambi memeluk tubuhnya dengan kedua tangan karena cuacamalam ini cukup dingin.

“Alvin suka gue?Dia bersumpah kalo gue nangis gara-gara Rio dia bakal kasih Rio pelajaran?”

Sivia kembali kedalam rumahnya. Ia anggap malam ini sebagai mimpi yang buruk. Biarpun Alvinmenyukainya, toh Alvin nerima kan kalo ia dan Alvin hanya sebagai teman saja?

***

“Rio!” Seruseseorang.

Merasa namanyadipanggil, Rio menoleh ke belakang. Ia mendapati seorang cewek berwajah pucat.Kayaknya Rio nggak asing lagi deh sama cewek itu.

“Rio..” Kata orangitu dengan suara pelan.

“Si.. Siapa lo?”Tanya Rio sedikit takut. Entah mengapa ia takut sekali berhadapan denganmanusia itu.

“Kamu lupa ya?”Tanya cewek itu.

Rio mulai berpikirsambil memerhatikan penampilan cewek itu dari atas sampai bawah. Lho? Dia kan..Dia kan...

***

TBC....

Link notes:
http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free contact me :
087864245325

Thankyou (:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar