expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Minggu, 26 Januari 2014

Forever Love ( Part 8 )

-Forever Love-

Author :: @uny_fahda19




Part 8

.

.

.

Coba bukan karena paksaan Pricilla, Sivia nggak bakal ikut jalan-jalan dengannya menuju tempat ini. Dua cewek itu kini duduk santai di sebuah tempat yang nyaman di bawah pohon. Pricilla sengaja membeli dua cangkir susu cokelat hangat dan pizza. Makanan itu mereka makan di tempat ini.

Suasana pagi di bawah pohon ini sangatlah sejuk. Di tambah angin pagi sepoi-sepoi. Pricilla hebat banget nemuin tempat ini. Padahal, jarang lho nemuin tempat sesejuk ini di kota Surabaya.

“Eh Vi, kita kesana yok! Bosen nih gue disini.” Kata Pricilla.

“Ayok.” Jawab Sivia semangat. Ada untungnya juga ya ikut ajakan Pricilla.

Drtrdrtrdrt...

Message From : 0878xxxxxxxx

Priss, gw butuh lo. Skrg jg lo hrz ke rmh gw.

By. Febby

“Siapa yang ngesemes lo?” Tanya Sivia.

Wajah Pricilla keliatan serius. “Vi, gue harus pergi. Ini laptop gue. Lo bawa aja. Ntar gue balik lagi. Bye..”

Lalu Pricilla pergi begitu aja tanpa mendengar komentar Sivia. Sivia sendiri mendengus kesal. Coba deh harga laptop ini murah, udah aja ia banting. Pricilla emang begitu. Sukanya pergi secara mendadak.

Akhirnya, Sivia menemukan sebuah tempat yang nyaman. Tempat itu nggak jauh dari lapangan basket. Sivia duduk bersila sambil memainkan laptop Pricilla. Disana ada game Angry Birds Star Wars. Sivia meng-klik game itu.

BUKK!!!

Sebuah benda bulat oranye tiba-tiba mendarat di laptop Pricilla serta sedikit mengenai wajahnya. Puihh.. Untung laptop itu nggak rusak. Kalo rusak bakal marah deh Pricilla. Seorang cowok mendekatinya.

“Lo kalo maen hati-hati dong!” Bentak Sivia.

“Iya.. Maap.. Maap.. Lho? Bukannya lo..”

Cowok itu menunjuk ke arah Sivia. Sivia berusaha mengingat-ingat siapa cowok itu. Ohya, bukannya itu Alvin? Cowok yang dulu pernah mengajaknya bermain selodor ketika ia sedang mengantar buku di ruang guru.

“Sivia!” Seru Alvin.

Sivia menutup telinganya karena suara Alvin besar banget. Bisa bikin telinganya sakit. “Iya, gue Sivia. Lo mau apa? Mau hadang gue lagi?”

“Bukan. Lo kan gadis kecil yang nangis gara-gara balonnya meledak? Lo masih inget nggak?” Tanya Alvin. Berusaha mengingatkan Sivia ke masa lalunya.

Tak ada respon dari Sivia. Cewek manis itu terdiam. Alvin melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sivia. Tapi Sivia sama sekali nggak nyaut.

Dan masa lalu itu kembali hadir di mata Sivia.

***

Gadis cilik berumur tujuh tahun itu merengek-rengek minta dibelikan balon sama Mamanya. Mamanya nggak bisa melarang putrinya itu. Sivia kecil pun dibelikan balon berbentuk boneka dan warna-warni.

“Makasih ya, Ma. Sivia kesana dulu ya, mau nyari kak Dayat.” Kata Sivia.

“Iya sayang, hati-hati yaa..” Pesan Mama.

Kedua kaki mungil itu berlari riang menuju taman. Disana kakaknya sedang bermain skeat board bersama anak-anak lain. Sivia duduk di salah satu bangku sambil memainkan balonnya.

“Balon, andaikan kamu nggak meledak.” Gumam Sivia.

Tak jauh dari tempat itu, seorang anak laki-laki mulai beraksi dalam kejahilannya. Diambilnya pistol yang berpeluru lincip seperti jarum. Lalu, peluru itu tepat mengenai sasasran. Yaitu balon yang dimainkan anak perempuan itu.

DOORRR!!!

Sivia kaget lalu menangis. Seorang cowok datang sambil tertawa. Menurutnya, wajah cewek itu lucu deh kalo lagi nangis.

“Huaaa.. Mama.. Balon Pia meledak.. Huaaa..” Tangis Sivia.

“Huahahaha.. Cengeng amat kamu jadi cewek. Huahaha..” Tawa cowok yang mengerjai Sivia.

“Kamu.. Gantiin balonku!” Bentak Sivia pada anak laki-laki itu.

Si anak laki-laki masih tertawa. “Wlek! Dasar cengeng.. Dasar cengeng..” Ejeknya.

“MAMAAA!!! SIVIA DIGANGGUIN MAAA!!!” Teriak Sivia.

Bukan Mamanya yang datang, melainkan Mama dari si cowok itu. Mama cowok itu memarahi anaknya hingga anaknya nangis. Nah sekarang, siapa yang disebut cengeng?

“Alvin! Kamu jangan nakal. Kasian dia, pokoknya nanti Mama kamu hukum!”

“Maa.. Alvin janji deh nggak nakal lagi..” Kata Alvin memohon.

“Janji.. Janji. Dari kemarin kamu terus saja janji.”

Lalu Mama Sivia datang menemui Sivia dan Mama cowok yang bernama Alvin. Mama Alvin meminta maaf pada Mama Sivia.

“Ayo Vin, minta maaf.” Suruh sang Mama.

Awalnya, Alvin nolak. Tapi akhirnya Alvin mau juga. Namun, Sivianya yang nggak mau salaman sama Alvin. Bisa ditebak, Sivia nggak mau menerima perminta maafan Alvin.

“Maafin aku ya..” Kata Alvin mencoba jadi anak baik.

“Gag!” Bentak Sivia.

“Via! Kamu nggak boleh gitu. Kamu harus maafin anak itu.” Kata Mama.

“Gag! Pia nggak mau maafin dia!”

Setelah itu, Sivia meninggalkan tempat itu. Sebelumnya ia menatap wajah Alvin lama. Alvin yang merasa bersalah ingin mengejar Sivia tapi ia urungkan.

“Baiklah kalo gitu. Aku janji gag nakal lagi sama aku janji nyari cewek itu serta aku harus mendapatkan perminta maafan darinya!” Tekad Alvin.

Sejak kejadian itulah Alvin berubah menjadi anak laki-laki yang baik. Walau yah kenakalannya masih ada sedikit. Namanya juga anak-anak.

***

“Vi.. Maafin gue ya..” Kata Alvin memohon.

Sivia masih terdiam. Masa lalu yang hampir dilupakannya itu kini menari-nari di otaknya. Membuatnya ingin memarahi siapa sosok yang dulu meledakkan balonnya. Kini, sosok itu ada di hadapannya. Dan sosok itu meminta maaf padanya.

Tapi kan Vi, itu kan hanya masalah SEPELE. Kau bukan anak kecil lagi. Ingat sekali lagi. KAU BUKAN ANAK KECIL LAGI. So, apa susahnya kan nerima perminta maafan Alvin?

“Oke. Lo gue maafin. Tapi kesalahan lo yang sekarang, jangan harap gue mau maafin lo.” Kata Sivia.

“Kesalahan apa lagi? Gue kan udah minta maaf ke elo. Kesalahan gue ke elo nggak ada lagi lah. Atau mungkin lo nggak ikhlas maafin gue?”

“Bukan itu. Liat nih! Wajah gue sama laptop temen gue habis kena dari lemparan ngawur lo. Tentu gue nggak terima!”

Laptop Pricilla ia tunjukkan ke Alvin. Alvin tertawa kecil. Ternyata, Sivia yang dulu nggak ada bedanya dengan Sivia sekarang. Pantas Alvin menyukai Sivia. Astaga! Apakah ia memang menyukai cewek itu?

“Udah lah Vi. Semua salah gue ke elo lo maafin ya, oke cantik?” Kata Alvin.

Sivia membuang muka. Yah, daripada punya masalah sama cowok itu, lebih baik maafkan aja. Sivia juga bosan berada di tempat ini. Manalagi Pricilla belum datang juga. Tapi....

“Via cantikk!! Maaf ya baru balas surat lo..” Kata sebuah suara dari arah timur.

***

Apa ini yang disebut pacaran? Apa ini yang dikatakan saling mencintai satu sama lain? Keke tidur di bawah sinar matahari pagi yang hangat. Dipikirannya terlintas wajah Rio yang sangat ia cintai. Rio.. Awalnya sih cowok itu perhatian padanya, tapi kok lama-lama, Rio jarang ya menemuinya?

Sudah tiga bulan ia menjalin hubungan dengan Rio. Dan kalian tau? Selama tiga bulan itu hanya sepuluh kali Rio mengajaknya pergi. Hari-hari yang lain, Rio tak pernah menemuinya atau bermain ke rumahnya. Jika Keke bertanya tentang hal itu di sekolah, Rio seperti berusaha menghindarinya.

Rio seperti tidak menganggapnya ada! Bahkan nomor HP Rio ketika ia telpon nggak aktif terus. Apa ini yang dinamakan cowok mencintai cewek? Keke sering iri sama teman-temannya yang memiliki cowok yang pengertian. Rio memang cakep, Keke akui itu. Tapi sikap Rio lah yang nggak membuatnya betah.

“Yo.. Lo kenapa sih? Lo udah bosen ya sama Keke?” Gumam Keke. Pandangannya ke atas. Melihat langit biru yang cerah, serta awan-awan yang bentuknya nggak karuan.

“Kalo lo nggak suka Keke, kenapa lo tembak Keke?”

Langit seperti seorang sahabat baginya. Keke malu jika curhat sama Nova. Walau Nova adalah sahabatnya, Keke masih nggak berani menceritakan curhatannya ke Nova. Langitlah teman curhat yang cocok.

“Baiklah kalo begitu. Keke udah nggak tahan. Keke harus mendapatkan penjelasan dari Rio. Kalaupun Rio marah terus putusin Keke, Keke terima. Karena Keke emang nggak pantas buat Rio.”

Keke emang nggak pantas buat Rio! Nyesek sekali bukan bagi cewek yang bernama Keke ini? Mengharapkan cinta yang tak terbalaskan.

***

Bandung...

“Gue harus tenang. Ini adalah keputusan final. Apapun jawabannya, gue nggak akan marah, sedih atau apa. Yang jelas, inilah akhir dari perjuangan gue. Hanya Tuhan yang tau apakah hasilnya baik atau buruk.” Kata Cakka berbicara di depan cermin.

“Ah ya, Agni. Kok dia nggak ngehubungin gue ya? Ada apa dengan cewek itu? Apa dia sedih karena cowok yang disukainya sedang menyukai cewek lain? Setau gue, Agni itu anaknya nggak cengeng. Selama ini, gue nggak pernah liat Agni suka sama cowok. Hmmm.. Pasti cowok yang dia suka adalah cowok spesial. Ya, gue harus tau siapa cowok itu!”

“I.. I wanna save you, wanna save you heart tonight..”

Sadar akan ponselnya berbunyi, Cakka langsung menekan tombol hijau. Yap! Agni yang memiscallnya. Ia berharap ada kabar baik dari Agni. Bukannya Agni udah berjanji akan berbicara baik-baik sama Ify tentang perasaannya?

“Halloo Ag.. Ada apa?”

“......”

“Ify? Gimana? Apa sekarang gue ke rumahnya saja?”

“......”

“Loh? Kok suara lo lemes gitu? Ada apa?”

“.......”

“Oke. Secepatnya gue kesana. Dan ini adalah perjuangan gue yang terakhir. Thanks Ag karena udah bantu gue.”

Klik.

Benar! Ini adalah perjuangannya yang terakhir. Jika Ify menolaknya, Cakka berjanji tidak akan mendekati Ify lagi. Dan Cakka berjanji akan membuka hatinya untuk cewek-cewek yang sedang ngantre demi mendapatkan cintanya.

Tapi, suara Agni tadi memberinya suatu kesimpulan yang pahit.

***
TBC....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar