-Forever Love-
Author :: @uny_fahda19
Part 8
.
.
.
Coba
bukan karena paksaan Pricilla, Sivia nggak bakal ikut jalan-jalan
dengannya menuju tempat ini. Dua cewek itu kini duduk santai di sebuah
tempat yang nyaman di bawah pohon. Pricilla sengaja membeli dua cangkir
susu cokelat hangat dan pizza. Makanan itu mereka makan di tempat ini.
Suasana
pagi di bawah pohon ini sangatlah sejuk. Di tambah angin pagi
sepoi-sepoi. Pricilla hebat banget nemuin tempat ini. Padahal, jarang
lho nemuin tempat sesejuk ini di kota Surabaya.
“Eh Vi, kita kesana yok! Bosen nih gue disini.” Kata Pricilla.
“Ayok.” Jawab Sivia semangat. Ada untungnya juga ya ikut ajakan Pricilla.
Drtrdrtrdrt...
Message From : 0878xxxxxxxx
Priss, gw butuh lo. Skrg jg lo hrz ke rmh gw.
By. Febby
“Siapa yang ngesemes lo?” Tanya Sivia.
Wajah Pricilla keliatan serius. “Vi, gue harus pergi. Ini laptop gue. Lo bawa aja. Ntar gue balik lagi. Bye..”
Lalu
Pricilla pergi begitu aja tanpa mendengar komentar Sivia. Sivia sendiri
mendengus kesal. Coba deh harga laptop ini murah, udah aja ia banting.
Pricilla emang begitu. Sukanya pergi secara mendadak.
Akhirnya,
Sivia menemukan sebuah tempat yang nyaman. Tempat itu nggak jauh dari
lapangan basket. Sivia duduk bersila sambil memainkan laptop Pricilla.
Disana ada game Angry Birds Star Wars. Sivia meng-klik game itu.
BUKK!!!
Sebuah
benda bulat oranye tiba-tiba mendarat di laptop Pricilla serta sedikit
mengenai wajahnya. Puihh.. Untung laptop itu nggak rusak. Kalo rusak
bakal marah deh Pricilla. Seorang cowok mendekatinya.
“Lo kalo maen hati-hati dong!” Bentak Sivia.
“Iya.. Maap.. Maap.. Lho? Bukannya lo..”
Cowok
itu menunjuk ke arah Sivia. Sivia berusaha mengingat-ingat siapa cowok
itu. Ohya, bukannya itu Alvin? Cowok yang dulu pernah mengajaknya
bermain selodor ketika ia sedang mengantar buku di ruang guru.
“Sivia!” Seru Alvin.
Sivia
menutup telinganya karena suara Alvin besar banget. Bisa bikin
telinganya sakit. “Iya, gue Sivia. Lo mau apa? Mau hadang gue lagi?”
“Bukan.
Lo kan gadis kecil yang nangis gara-gara balonnya meledak? Lo masih
inget nggak?” Tanya Alvin. Berusaha mengingatkan Sivia ke masa lalunya.
Tak
ada respon dari Sivia. Cewek manis itu terdiam. Alvin
melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sivia. Tapi Sivia sama
sekali nggak nyaut.
Dan masa lalu itu kembali hadir di mata Sivia.
***
Gadis
cilik berumur tujuh tahun itu merengek-rengek minta dibelikan balon
sama Mamanya. Mamanya nggak bisa melarang putrinya itu. Sivia kecil pun
dibelikan balon berbentuk boneka dan warna-warni.
“Makasih ya, Ma. Sivia kesana dulu ya, mau nyari kak Dayat.” Kata Sivia.
“Iya sayang, hati-hati yaa..” Pesan Mama.
Kedua
kaki mungil itu berlari riang menuju taman. Disana kakaknya sedang
bermain skeat board bersama anak-anak lain. Sivia duduk di salah satu
bangku sambil memainkan balonnya.
“Balon, andaikan kamu nggak meledak.” Gumam Sivia.
Tak
jauh dari tempat itu, seorang anak laki-laki mulai beraksi dalam
kejahilannya. Diambilnya pistol yang berpeluru lincip seperti jarum.
Lalu, peluru itu tepat mengenai sasasran. Yaitu balon yang dimainkan
anak perempuan itu.
DOORRR!!!
Sivia kaget lalu menangis. Seorang cowok datang sambil tertawa. Menurutnya, wajah cewek itu lucu deh kalo lagi nangis.
“Huaaa.. Mama.. Balon Pia meledak.. Huaaa..” Tangis Sivia.
“Huahahaha.. Cengeng amat kamu jadi cewek. Huahaha..” Tawa cowok yang mengerjai Sivia.
“Kamu.. Gantiin balonku!” Bentak Sivia pada anak laki-laki itu.
Si anak laki-laki masih tertawa. “Wlek! Dasar cengeng.. Dasar cengeng..” Ejeknya.
“MAMAAA!!! SIVIA DIGANGGUIN MAAA!!!” Teriak Sivia.
Bukan
Mamanya yang datang, melainkan Mama dari si cowok itu. Mama cowok itu
memarahi anaknya hingga anaknya nangis. Nah sekarang, siapa yang disebut
cengeng?
“Alvin! Kamu jangan nakal. Kasian dia, pokoknya nanti Mama kamu hukum!”
“Maa.. Alvin janji deh nggak nakal lagi..” Kata Alvin memohon.
“Janji.. Janji. Dari kemarin kamu terus saja janji.”
Lalu Mama Sivia datang menemui Sivia dan Mama cowok yang bernama Alvin. Mama Alvin meminta maaf pada Mama Sivia.
“Ayo Vin, minta maaf.” Suruh sang Mama.
Awalnya,
Alvin nolak. Tapi akhirnya Alvin mau juga. Namun, Sivianya yang nggak
mau salaman sama Alvin. Bisa ditebak, Sivia nggak mau menerima perminta
maafan Alvin.
“Maafin aku ya..” Kata Alvin mencoba jadi anak baik.
“Gag!” Bentak Sivia.
“Via! Kamu nggak boleh gitu. Kamu harus maafin anak itu.” Kata Mama.
“Gag! Pia nggak mau maafin dia!”
Setelah
itu, Sivia meninggalkan tempat itu. Sebelumnya ia menatap wajah Alvin
lama. Alvin yang merasa bersalah ingin mengejar Sivia tapi ia urungkan.
“Baiklah
kalo gitu. Aku janji gag nakal lagi sama aku janji nyari cewek itu
serta aku harus mendapatkan perminta maafan darinya!” Tekad Alvin.
Sejak
kejadian itulah Alvin berubah menjadi anak laki-laki yang baik. Walau
yah kenakalannya masih ada sedikit. Namanya juga anak-anak.
***
“Vi.. Maafin gue ya..” Kata Alvin memohon.
Sivia
masih terdiam. Masa lalu yang hampir dilupakannya itu kini menari-nari
di otaknya. Membuatnya ingin memarahi siapa sosok yang dulu meledakkan
balonnya. Kini, sosok itu ada di hadapannya. Dan sosok itu meminta maaf
padanya.
Tapi kan Vi, itu kan hanya masalah SEPELE. Kau
bukan anak kecil lagi. Ingat sekali lagi. KAU BUKAN ANAK KECIL LAGI. So,
apa susahnya kan nerima perminta maafan Alvin?
“Oke. Lo gue maafin. Tapi kesalahan lo yang sekarang, jangan harap gue mau maafin lo.” Kata Sivia.
“Kesalahan
apa lagi? Gue kan udah minta maaf ke elo. Kesalahan gue ke elo nggak
ada lagi lah. Atau mungkin lo nggak ikhlas maafin gue?”
“Bukan itu. Liat nih! Wajah gue sama laptop temen gue habis kena dari lemparan ngawur lo. Tentu gue nggak terima!”
Laptop
Pricilla ia tunjukkan ke Alvin. Alvin tertawa kecil. Ternyata, Sivia
yang dulu nggak ada bedanya dengan Sivia sekarang. Pantas Alvin menyukai
Sivia. Astaga! Apakah ia memang menyukai cewek itu?
“Udah lah Vi. Semua salah gue ke elo lo maafin ya, oke cantik?” Kata Alvin.
Sivia
membuang muka. Yah, daripada punya masalah sama cowok itu, lebih baik
maafkan aja. Sivia juga bosan berada di tempat ini. Manalagi Pricilla
belum datang juga. Tapi....
“Via cantikk!! Maaf ya baru balas surat lo..” Kata sebuah suara dari arah timur.
***
Apa
ini yang disebut pacaran? Apa ini yang dikatakan saling mencintai satu
sama lain? Keke tidur di bawah sinar matahari pagi yang hangat.
Dipikirannya terlintas wajah Rio yang sangat ia cintai. Rio.. Awalnya
sih cowok itu perhatian padanya, tapi kok lama-lama, Rio jarang ya
menemuinya?
Sudah tiga bulan ia menjalin hubungan dengan
Rio. Dan kalian tau? Selama tiga bulan itu hanya sepuluh kali Rio
mengajaknya pergi. Hari-hari yang lain, Rio tak pernah menemuinya atau
bermain ke rumahnya. Jika Keke bertanya tentang hal itu di sekolah, Rio
seperti berusaha menghindarinya.
Rio seperti tidak
menganggapnya ada! Bahkan nomor HP Rio ketika ia telpon nggak aktif
terus. Apa ini yang dinamakan cowok mencintai cewek? Keke sering iri
sama teman-temannya yang memiliki cowok yang pengertian. Rio memang
cakep, Keke akui itu. Tapi sikap Rio lah yang nggak membuatnya betah.
“Yo..
Lo kenapa sih? Lo udah bosen ya sama Keke?” Gumam Keke. Pandangannya ke
atas. Melihat langit biru yang cerah, serta awan-awan yang bentuknya
nggak karuan.
“Kalo lo nggak suka Keke, kenapa lo tembak Keke?”
Langit
seperti seorang sahabat baginya. Keke malu jika curhat sama Nova. Walau
Nova adalah sahabatnya, Keke masih nggak berani menceritakan
curhatannya ke Nova. Langitlah teman curhat yang cocok.
“Baiklah
kalo begitu. Keke udah nggak tahan. Keke harus mendapatkan penjelasan
dari Rio. Kalaupun Rio marah terus putusin Keke, Keke terima. Karena
Keke emang nggak pantas buat Rio.”
Keke emang nggak pantas buat Rio! Nyesek sekali bukan bagi cewek yang bernama Keke ini? Mengharapkan cinta yang tak terbalaskan.
***
Bandung...
“Gue
harus tenang. Ini adalah keputusan final. Apapun jawabannya, gue nggak
akan marah, sedih atau apa. Yang jelas, inilah akhir dari perjuangan
gue. Hanya Tuhan yang tau apakah hasilnya baik atau buruk.” Kata Cakka
berbicara di depan cermin.
“Ah ya, Agni. Kok dia nggak
ngehubungin gue ya? Ada apa dengan cewek itu? Apa dia sedih karena cowok
yang disukainya sedang menyukai cewek lain? Setau gue, Agni itu anaknya
nggak cengeng. Selama ini, gue nggak pernah liat Agni suka sama cowok.
Hmmm.. Pasti cowok yang dia suka adalah cowok spesial. Ya, gue harus tau
siapa cowok itu!”
“I.. I wanna save you, wanna save you heart tonight..”
Sadar
akan ponselnya berbunyi, Cakka langsung menekan tombol hijau. Yap! Agni
yang memiscallnya. Ia berharap ada kabar baik dari Agni. Bukannya Agni
udah berjanji akan berbicara baik-baik sama Ify tentang perasaannya?
“Halloo Ag.. Ada apa?”
“......”
“Ify? Gimana? Apa sekarang gue ke rumahnya saja?”
“......”
“Loh? Kok suara lo lemes gitu? Ada apa?”
“.......”
“Oke. Secepatnya gue kesana. Dan ini adalah perjuangan gue yang terakhir. Thanks Ag karena udah bantu gue.”
Klik.
Benar!
Ini adalah perjuangannya yang terakhir. Jika Ify menolaknya, Cakka
berjanji tidak akan mendekati Ify lagi. Dan Cakka berjanji akan membuka
hatinya untuk cewek-cewek yang sedang ngantre demi mendapatkan cintanya.
Tapi, suara Agni tadi memberinya suatu kesimpulan yang pahit.
***
TBC....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar