expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 24 Mei 2014

My Wish Is Can With You ( Part 27 )



Part 27

.

.

.

“KAK RIO !!!”

Dengan nafas yang tersengal-sengal, Ify terbangun dari mimpi buruknya yang amat terasa nyata. Keringat membasahi tubuhnya. Wajahnya pun basah. Kedua matanya merah. Jika dilihat, wajah Ify sangat mengerikan.

Pintu kamarnya di buka oleh seseorang. Orang itu masuk ke dalam kamar Ify dengan segala kepanikan yang luar biasa.

“Fy, lo nggak papa?” Tanya Rio panik. Ia mendekati Ify.

Ify berusaha mengembalikan kesadarannya. Setelah ia sadar dan tenang, Ify menatap wajah seorang cowok yang semalaman hadir di dalam mimpi buruknya. Ify menelan ludahnya. Ternyata hanya mimpi.. Batin Ify lega. Namun ia merasa mimpi itu sangat nyata.

“Kak Rio.. Kak Rio beneran ada disini?” Tanya Ify.

Rio tersenyum mendengar pertanyaan Ify. Barangkali gadis itu barusan terbangun dari mimpi buruknya. Padahal, hari ini adalah hari spesial Ify. Yaitu hari ulang tahun Ify yang keenam belas.

“Gue disini Fy. Lo barusan dapat mimpi buruk ya? Apa karena hantu kemarin?” Canda Rio teringat kejadian kemarin yang sukses membuat Ify pingsan.

Secepat mungkin Ify memeluk Rio. Rio yang kaget mendapat pelukan dadakan dari Ify langsung membalas pelukan cewek itu.

“Kak.. Hiks.. Jangan pernah tinggalin Ify.. Hiks.. Semalaman Ify mimpi kalo kak Rio pergi ninggalin Ify, tepatnya pada saat matahari terbenam..” Tangis Ify.

Rio terhenyak mendengar penjelasan Ify. Tapi cepat-cepat ia buang rasa kagetnya itu. “Mimpi hanyalah bunga tidur. Mimpi ada dua macam. Yaitu mimpi baik dan mimpi buruk. Yang lo mimpikan itu adalah mimpi buruk. Tapi tenanglah Fy, Rio nggak akan tinggalin Ify. Hari ini kan hari spesial Ify.”

Hati Ify menjadi tenang. Ia pun tersenyum. “Hari spesial? Emangnya tanggal berapa sekarang?” Tanyanya.

Rio melepaskan pelukannya. “Masa lo lupa? Hari ini kan hari ulang tahun lo yang keenam belas. Lucunya, hari ini juga hari ulang tahun gue yang ketujuh belas. Jadi, tanggal kelahiran kita sama..” Jelas Rio.

OMG! Masa gue lupa sama tanggal lahir gue sendiri? Batin Ify menertawai kebodohannya. Tadi kata kak Rio, hari ini juga hari ultahnya. Wah, bakal ada kejutan besar ini... Seketika itu juga Ify melupakan mimpinya.

“Ayo keluar Fy!” Ajak Rio menarik tangan Ify.

“Eh, ada apa emangnya? Ify belum mandi.” Kata Ify.

“Nggak mandi nggak papa. Rio aja belum mandi.”

Mau nggak mau, Ify nurut aja. Eh, tadi Rio bilang kalo cowok itu belum mandi. Tapi, tampang Rio keren aja tuh. Sedangkan ia, jelek sekali. Nggak pantas bergandengan tangan dengan cowok tampan bernama Rio.

Keduanya berjalan menuju belakang rumah Ify yang sudah dihiasi oleh aneka macam hiasan. Disana, ada Dayat, kedua orangtuanya, Sivia, Alvin, dan Debo, Shilla dan Gabriel.

Di tengahnya, ada kue tart berbentuk cinta. Di atas kue tart itu, tertulis nama ‘RiFy Rivano Sifyla’ yang merupakan gabungan dari nama Ify dan Rio. Ify membayangkan jika suatu hari ia menikah dengan Rio dan punya anak, pasti anaknya itu di beri nama Rify Rivano Sifyla. Ify tersenyum membayangkannya.

“Happy birthday ya sayang..” Kata Mama mencium kedua pipi Ify diikuti yang lainnya. Kecuali Debo, Gabriel dan Alvin. Malu kan mereka kalo cipika cipiki sama cewek. Apalagi Alvin. Ntar Sivia ngamuk lagi.

Ify terharu atas kerja keras Mama dan lainnya yang berhasil membuat hari ulang tahunnya menjadi sangat spesial.

“Ayo Fy! Di potong kuenya. Tapi, karena hari ini hari ulang tahun kak Rio juga, kak Rio juga harus motong kue bareng Ify.” Kata Sivia dan disetujui yang lainnya.

Hari ini hari yang sangat bahagia. Ify merasakan kebahagiaan itu. Namun, wajah-wajah bahagia sahabat-sahabatnya itu hanyalah sebuah topeng. Mereka tidak menampilkan aura wajah yang sesungguhnya. Tapi biarlah. Biarlah Ify merasakan kebahagiaan ini sebelum.. Sebelum kesedihan itu datang menghampirinya.

Sebelum memotong kue, terlebih dahulu yang dilakukan Ify dan Rio adalah meniup lilin. Setelah itu masing-masing membuat sebuah harapan.

“Ayo Fy! Yo! Make a wish!” Kata Sivia.

Ify yang membuat harapan terlebih dahulu. Sebelum make a wish, Ify memejamkan mata dengan waktu yang cukup lama. Setelah cukup, ia pun membuka matanya.

“Di hari ulang tahun Ify yang ke enam belas, Ify berharap Ify akan selalu merasakan kebahagiaan seperti ini. Ify ingin selalu bahagia dan jauh dari kesedihan.” Ucapnya.

Setelah mengucapkan harapannya, semua mata pun tertuju ke arah Rio. Cowok itu tampaknya bingung mau berharap apa. Namun, ia telah menemukan sebuah harapan yang sangat ia inginkan akan terwujud.

“Harapan gue singkat aja. Harapan gue yaitu bisa bersama Ify untuk selama-lamanya.” Ucapnya.

Hening. Suasanya berubah menjadi hening. Sepertinya, harapan Rio tadi memberikan efek yang dahsyat bagi yang mendengarkannya. Rio melirik ke arah Ify. Ternyata gadis itu tersenyum sembari mengaminkan harapannya. Rio beralih menatap wajah Sivia dan kawan-kawan.

Jangan sedih.. Gue tau kalian semua sudah tau siapa sebenarnya gue. Gue nggak pantas kalian tangisi. Pandangannya ia pusatkan ke wajah Shilla. Tampaknya, gadis itu tengah berusaha menahan tangisnya. Maafkan kakak Shilla.. Kakak harus pergi meninggalkanmu..

Ify pun membuka suara tuk sekedar memecah keheningan. “Thanks ya buat kalian semua. Kalian adalah sahabat terbaikku.” Ucapnya ceria.

Namun, tiba-tiba saja suasana berubah menjadi tidak nyaman. Ify mulai merasakan bau-bau tak enak. Sebenarnya apa yang terjadi? Mengapa wajah mereka terlihat sedih? Bukannya tadi mereka bahagia? Batin Ify penuh tanda tanya.

“Ng.. Fy.. Kita balik dulu ya.. Happy birthday yang ke enam belas.” Kata Sivia mewakili lainnya.

Ify hanya mengangguk menatap kepergian sahabatnya. Gadis itu memilih duduk di sebuah bangku tua yang sudah lama ada di taman belakang rumahnya.

“Lo nggak papa Fy?”

Tiba-tiba aja Rio ada di sampingnya. Ify tersenyum lemah melihat Rio yang kini merangkulnya. Ify teringat kembali dengan mimpi buruknya. Apa mimpi buruknya itu mengandung sebuah arti penting?

“Nggak papa. Hanya saja ada yang aneh dengan hari ini.” Kata Ify.

“Nggak ada yang aneh kok Fy. Perasaan lo aja kali yang aneh.” Kata Rio.

Matahari bersinar tidak terlalu terang. Bisa dikatakan cuaca hari ini mendung. Tapi tidak sampai turun hujan. Ify memejamkan matanya. Membuat mimpi buruknya kembali menghantuinya dengan kesedihan.

“Kak, aneh bukan kalo Ify berharap matahari nggak akan tenggelam?” Tanya Ify.

Yang ditanya nggak menjawab.

“Karena, dalam mimpi Ify, sewaktu matahari tenggelam, Ify nggak akan bisa lagi lihat kak Rio. Makanya, Ify takut jika matahari nanti tenggelam..” Kata Ify.

Rio menarik nafas dalam-dalam. Lo yakin sekali Fy kalo sebentar lagi gue akan meninggalkan lo? Batinnya.

“Fy, kan gue udah bilang. Itu hanyalah mimpi. Gue nggak akan ninggalin lo meski matahari tenggelam ataupun meski matahari nggak menampakkan sinarnya untuk selama-lamanya.” Jelas Rio.

Ify menatap Rio dengan sejuta harapan. “Kak Rio janji?” Tanyanya.

Rio tersenyum. “Janji.” Jawabnya sambil mengaitkan jari kelingkingnya di jari kelingking Ify. Membuat hati Ify menjadi tenang walau masih ragu akan jawaban yang Rio berikan.

***

“Gue nggak rela! Pokoknya gue nggak rela!” Kata Sivia dengan air mata yang mengalir deras.

“Sabar Vi. Ini takdir Tuhan..” Kata Alvin menenangkan kekasihnya.

Sivia menatap Alvin dengan tajam. “Sadar Vin! Ify bukan siapa-siapa lo. Sementara bagi gue, Ify adalah sahabat gue yang paling gue sayangi. Gue nggak tega melihatnya menangis hanya karena seorang ADRIAN !!”

Deg! Semuanya terdiam. Selanjutnya, mereka dikejutkan oleh kedatangan Rio. Rio menatap satu persatu wajah-wajah yang sedang menatapnya dengan kesedihan. Terutama Shilla! Gadis itu kini sedang di genggam erat oleh tangan Gabriel.

“Maafkan gue.” Kata Rio.

“Lo mau kemana?” Tanya Sivia.

“Gue nggak akan kemana-mana.” Jawab Rio.

Tiba-tiba saja, Debo berjalan mendekati Rio. Kini, jarak antara Debo dan Rio hanya beberapa senti saja. Keduanya berhadapan. Bisa Rio lihat dari kedua mata Debo bahwa cowok itu sedang menahan agar air matanya nggak jatuh.

“Kak Adrian..” Kata Debo lantas memeluk Rio.

Terungkap sudah sebuah rahasia yang telah lama ia pendam. Bahwa ternyata, Adrian adalah Rio. Sudah sangat jelas. Fakta itu nggak bisa di ubah. Rio adalah Adrian dan Adrian adalah Rio. Penggunaan nama Rivano Gabril hanyalah untuk melahirkannya kembali sebagai sosok manusia yang baru terlahir dari rahim seorang ibu.

“Maafkan gue karena dulu gue sering berbuat jahat ke elo. Gue nggak nyangka, ternyata lo adalah Adrian. Karena itulah, gue merasa nggak asing lagi dengan wajah lo..” Kata Debo.

Debo melepaskan pelukannya. Ia melihat kedua mata Rio yang berkaca-kaca. Lalu, setetes demi setetes air mata keluar membasahi pipinya. Air mata itu tidak bisa berhenti mengalir. Lalu, Rio melirik ke arah Shilla yang ternyata adalah adik tirinya.

Segera mungkin Rio memeluk erat tubuh Shilla. Shilla menangis. Gadis itu menangis. Dan ia tidak mau lepas dari pelukan hangat sang kakak.

“Maafkan kakak Shill.. Kakak udah ninggalin kamu. Sampaikan perminta maafan kakak ke Ayah. Bilang ke Ayah kalo Rio sangat mencintai Ayah..” Kata Rio.

“I.. Iya kak..” Jawab Shilla.

Rio melepaskan pelukannya. Ia menatap nanar wajah cantik adiknya yang terlihat pucat. Lalu, ia beralih menatap Sivia yang sedang menatapnya dengan penuh kebencian.

“Maafin gue Via karena gue pernah rasukin lo dan menjadi teman curhat lo. Gue tau waktu itu lo nggak suka akan kehadiran gue.” Kata Rio.

Sivia menatap Rio tajam. “Gue nggak akan maafin lo sebelum lo hapus syarat ketiga. Kalo lo nggak mau hapus, gue nggak akan pernah maafin lo dan gue senantiasa berdoa supaya lo masuk NERAKA!!”

Semuanya menatap Sivia dengan wajah yang pucat. Kali ini Sivia sudah kelewatan. Kesadarannya kini sedang dikendalikan oleh nafsu dan tentunya setan yang menyukai orang-orang yang suka marah.

“Vi, lo nggak boleh begitu..” Bisik Alvin.

“Yo! Kenapa sih harus Ify? Kenapa sih harus SAHABAT GUE YANG JADI KORBAN? Lo tau nggak, Ify sangat mencintai lo dan nggak mau kehilangan lo! Lo harus tanggung jawab atas perbuatan lo! Gue nggak rela liat sahabat gue sedih karena cowok PENGECUT KAYAK LO !!!” Bentak Sivia bercampur tangisan.

“Gue ingat, lo datang kesini hanya untuk mencari seseorang yang mencintai lo secara tulus, dan Tuhan mengabulkan permintaan lo dengan beberapa syarat. Pertama, saat lo sudah sampai di bumi, semua orang pada takut dengan lo. Kedua, ada satu orang yang nggak takut denganmu karena orang itu yang pertama kali kamu lihat. Tapi syarat ini salah. Gue ingat, waktu itu lo minta bantuan gue untuk intograsi Ify apakah Ify takut sama lo atau tidak. Dan ketiga...” Sivia menahan nafasnya. “Ketiga... Saat lo udah nemu orang yang benar-benar mencintai lo, lo harus kembali ke alam lo yang sebenarnya. Tapi Tuhan baik. Dia mengizinkan lo hidup bersama cewek yang lo cintai sampai dengan hari ulang tahun lo. Tepat di hari ulang tahun lo, lo nggak akan bisa kembali lagi ke tempat ini.” Lanjutnya.

Semuanya berusaha menahan tangisnya. Sementara Rio, sedari tadi air matanya terus saja keluar. Cowok itu nggak sanggup mendengar cerita Sivia tadi yang merupakan kisah hidupnya yang penuh dengan kemalangan.

“Lo pernah bilang. Lo akan mempermainkan Ify agar dia makin cinta ke elo. Tapi sayangnya, lo terjebak ke dalam permainan lo dan hasilnya lo mencintai Ify. Apa lo sanggup Yo ninggalin cewek yang sangat lo cintai dan mencintai lo? Bisakah lo meminta satu harapan saja agar Tuhan mengizinkan lo bahagia bersama Ify untuk selama-lamanya?” Kata Sivia.

Sebelum menjawab, Rio mendongakkan kepala untuk melihat langit luas yang sedang mendung. Sepertinya, langit mendung nan luas itu tidak bisa berbuat apapun. Inilah takdir Tuhan yang harus ia jalani. Syarat-syarat itu mustahil dihapus karena itu merupakan syarat-syarat yang bisa membawanya kembali ke dunianya setelah ia berada di dunia yang sesugguhnya.

“Gue tau apa jawabannya. Yaitu ‘Tidak bisa’. Oke! Terserah lo. Tapi, jangan harap gue mau maafin semua kesalahan lo.”

Setelah mengucapkan kalimat itu, Sivia berlari meninggalkan tempat itu. Melihat kekasihnya pergi, Alvin langsung mengejarnya. Sepertinya, ia harus melakukan sesuatu agar kekasihnya itu bahagia. Apapun.

“Kak Ad..” Lirih Shilla.

“Maafin kakak Shill. Kakak nggak bisa lagi menjagamu.” Kata Rio.

Tangis Shilla mulai terdengar. Gadis itu menangis sesenggukan. Di sampingnya, Gabriel memeluknya dengan erat agar hati gadis itu menjadi tenang.

“Yo, tolong, jangan tinggalkan kami..” Kata Gabriel penuh harap.

Rio tersenyum nanar. “Nggak bisa. Andaikan ada satu harapan lagi, gue minta agar gue bisa bersama kalian, tinggal bersama kalian. Sayangnya, permintaan gue udah terpakai semua. Maafkan gue... Seharusnya gue nggak ngotot ingin balik ke dunia ini untuk mencari seseorang yang mencintai gue dengan tulus. Maafin gue.. Dan lo Deb, tolong, jaga Ify. Buat dia bahagia. Gue yakin sekali lo bisa membahagiakannya..”

“Nggak! Nggak bisa! Hanya elo Yo yang bisa buat Ify bahagia. Bukan gue.” Tolak Debo dengan tegas.

Delapan jam lagi. Delapan jam lagi sebelum matahari terbenam. Rio tidak tau harus berbuat apa. Hatinya tidak sanggup menahan beban kesedihannya.

“Sekali lagi, maafin gue. Gue pamit.” Kata Rio yang secara tiba-tiba menghilang di tempatnya itu. Membuat Debo, Shilla dan Gabriel terhenyak dan tidak bisa menahan kesedihan di hati mereka.

***

Pandangan cowok itu lurus ke depan. Di sebuah bangku panjang yang umurnya sudah tua, cowok itu duduk menunduk. Kedua telapak tangannya ia satukan. Air matanya yang tadi keluar kini sudah tidak ada lagi. Cowok itu berjanji untuk tidak menangis lagi.

“Ify.. Aku mencintaimu... Waktuku semakin habis. Disana, malaikat sudah menjemputku untuk kembali di rumahku yang sesungguhnya. Fy, apa yang harus aku lakukan? Aku nggak bisa lari kemana-mana Fy..” Ucapnya.

Tujuh jam lagi matahari akan terbenam dan ia ikut di belakangnya. Rio tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutan kisah Ify tanpa kehadirannya. Apa Ify akan bahagia? Atau sebaliknya?

“Apa yang harus ku lakukan? Aku nggak bisa sembunyi. Dimana pun aku sembunyi, Tuhan pasti tau. Karena Tuhan maha melihat. Tuhan nggak buta Fy.. Fy, apa yang harus aku lakukan agar cinta kita bertahan untuk selama-lamanya?”

“Yo..” Terdengar suara serak disana. “Tolong, jangan pergi. Gue nggak ingin melihat mereka sedih. Jika boleh, lo dan gue bertukar posisi. Gue yang jadi lo dan akan kembali ke alam sana, dan lo yang jadi gue...”

***

“Apa-apa’an ini? Lo..”

Darah mengucur deras dari dadanya. Cowok itu membelalakan matanya sebelum nyawanya pergi dari tubuh itu. Seorang cewek yang sedang tersenyum devil menatap cowok itu dengan tatapan penuh kebencian.

“Ini akibat dari lo yang sudah membunuh kakak gue.” Kata cewek itu.

***

My Wish Is Can With You ( Part 26 )



Part 26

.

.

.

Gadis itu terbangun. Ia merasakan ada sesuatu yang hilang. Apakah itu? Terakhir kali, ia dipeluk oleh seorang cowok yang kini sudah menjadi kekasihnya. Ya, Rio. Jadi, apakah Rio yang membawanya pulang ke rumah hingga ia berada di atas kasurnya yang empuk ini?

Dilihatnya jam di ponselnya. Pukul enam kurang sepuluh menit. Hah? Kok gue bisa bangun kesiangan ini? Biasnya, Ify bangun jam lima pagi. Namun, mengapa ia bisa setelat ini? Ify teringat sesuatu. Hari ini kan hari libur. Aisshh, sekarang kan tanggal merah, kok gue bisa lupa ya? Biasanya kalo besok tanggal merah, gue selalu ingat dan semangat tuh.

Drdrtdrt...

Message From: My Prince

Hay Fy! Lg wake up? Ntr gw ke rmh lo sktr jm 9 nan. Hri ini gw ingn skali mnghbskan wktu brsm pacar trcinta gw dri pagi smpe mlm. Gmn?

Ify tersenyum membaca pesan dari Rio. Oh, God! Thanks karena Kau telah mengabulkan do’aku. Ify menaruh HPnya di meja belajarnya. Kemudian ia melangkah mendekati jendela dan membuka jendela kamarnya itu agar udara segar bisa masuk ke dalam paru-parunya.

Pagi yang sangat indah.. Gumam Ify. Gadis itu nggak sabaran menunggu kedatangan pangerannya. Sabar Fy, tiga jam lagi pangeranmu akan menjemputmu. Cepat-cepat Ify menyambar handuknya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membasahi tubuhnya agar energi yang ada dalam tubuhnya terkumpul menjadi satu dan membuat tubuhnya segar dan semangat.

***

“Pagi Ma, Pa, kak Day..” Sapa Ify. Gadis itu terlihat sangat cantik walau belum berdandan.

Keluarganya sedang berkumpul untuk sarapan pagi seperti biasanya. Dayat heran dengan adiknya yang tampak ceria.

“Eh, kok lo keliatan bahagia gitu ya? Ada apa?” Tanya Dayat.

Ify tersenyum. “Lo nggak tau sih kak kalo adek lo yang cantik ini nggak jomblo lagi.” Kata Ify dengan bangganya.

“Ohya? Cieee.. Siapa cowok beruntung yang bisa menaklukan adek kakak ini?”

“Siapa lagi kalo bukan kak Rio? Cowok yang sempat kakak rekam tapi sosoknya nggak ada.”

Pikirannya tertuju dengan video yang ia rekam beberapa hari yang lalu. Dayat masih penasaran dengan sosok bernama Rio. Sebenarnya siapa Rio itu? Batin Dayat.

Setelah sarapan pagi selesai, Ify berlari menuju kamarnya. Pokoknya, ia harus cantik agar pangerannya terpesona dengan kecantikannya. Awalnya Ify ingin meng-sms Sivia, tapi ia urungkan niatnya. Biarlah ia sendiri yang melakukannya tanpa di bantu oleh siapapun.

Tepat jam sembilan, sebuah mobil bermerk Grand Livina berhenti di depan pagarnya. Ify terhenyak. Sebetulnya ia belum siap bertemu Rio. Ditambah lagi jantungnya yang berdebar-debar tak karuan.

“Fy, itu pacar kamu ya? Sepertinya dia orang kaya..” Kata Mama yang tiba-tiba aja ada di sampingnya.

Ify menoleh ke arah Mamanya. “Iya, Ma. Ntar Ify kenalin ke Mama. Ya udah, Ify pergi dulu.” Ucapnya lalu meninggalkan kamarnya.

Sesampainya di pintu gerbang, mendadak Ify nervous. Kak Rio.. Kenapa sih dia memiliki wajah yang sangat manis? Ify geregetan setengah mati. Bahkan ia berani mengaku kalo Rio lebih manis dibanding dirinya.

“Hay Fy! Cantik banget hari ini..” Puji Rio yang membuat pipi Ify memerah.

“Kak Rio juga ganteng kok.” Balas Ify.

Seperti halnya putri Raja, Rio memperlakukan Ify sesopan mungkin. Baginya, Ify adalah seorang putri Raja yang harus ia hormati dan ia lakukan dengan baik. Rio berjanji untuk tidak membentak atau memarahi Ify. Lalu, ia membuka pintu mobil bagian kiri agar Ify bisa masuk ke dalamnya.

Kak Rio terlalu berlebihan, Gumam Ify. Mobil itu pun berjalan dengan kecepatan sedang. Nggak pelan dan nggak ngebut. Ternyata, Rio pintar juga nyetir mobil. Padahal, umur Rio menurutnya masih dibawah umur.

“Darimana kak Rio dapat mobil ini?” Tanya Ify.

“Ini mobil almarhum Ayah ku.” Jawab Rio tetap fokus ke depan.

Ify jadi nggak enak. “Oh, maaf kalo gitu. Pasti kak Rio sedih..” Ucapnya.

Setelah lamanya berjalan, mobil itupun berhenti di sebuah panti Asuhan yang sepertinya sudah lama berdiri. Ify bingung mengapa Rio mengajaknya pergi ke panti asuhan. Apa Rio memilik saudara disini?

“Ayo Fy!” Kata Rio mengajak Ify turun.

Panti Asuhan itu terlihat sepi. Ify ragu berjalan mendekati panti asuhan yang lumayan besar itu. Namun, genggaman erat tangan Rio membuatnya tidak ragu. Nggak ada salahnya juga kan mengunjungi panti asuhan? Kenapa juga harus ragu? Batin Ify.

“Ngapain kita kesini kak?” Tanya Ify ketika keduanya sampai di depan pintu panti ashuan.

“Kangen aja.” Jawab Rio.

Kangen? Batin Ify. Memangnya kak Rio pernah tinggal di panti asuhan? Ify nggak puas dengan jawaban yang Rio berikan.

“Kak Rio dulu pernah tinggal disini ya?” Tanya Ify.

Yang ditanya nggak menjawab. Rio hanya tersenyum seakan senyum itu memberinya sebuah jawaban yang harus bisa ia temukan. Bisa jadi jawabannya ‘iya’ atau ‘tidak’.

Seorang penjaga panti asuhan tersenyum ramah melihat kedatangan dua tamunya. Penjaga panti yang bernama Mardani itu mendapat surprise karena jarang ada orang yang mau mengunjungi panti asuhan ini yang nampak angker dan mengerikan.

“Kalau boleh tau, ada angin apa yang membuat kalian datang ke panti yang angker ini?” Tanya Mardani.

Rio tersenyum. “Kami hanya mau melihat-lihat saja.” Jawabnya.

Mardani pun mengantar dua pengunjungnya masuk ke dalam panti asuhan itu. Ify merinding melihat isi panti yang tidak terawat. Cat tembok yang mulai terkelupas, flavon yang bocor, dan lantai yang tidak berkeramik.

Masih seperti dulu. Batin Rio sambil melihat-lihat isi panti. Lalu, pandangannya tertuju pada sebuah ruangan kosong yang kotor dan banyak terdapat sarang laba-laba. Rio tersenyum miris. Seharusnya panti asuhan ini diperhatikan oleh pemerintah.

Mereka pun berhenti di sebuah lapangan rumput yang luas. Cocok sebagai tempat bermain bola. Rio melihat anak-anak kecil kira-kira berumur tujuh tahun yang sedang berlari sambil menendang bola. Ada satu anak yang kelihatan paling menonjol diantara anak-anak lainnya. Dengan gesitnya anak itu merebut bola dari temannya lalu mengiringnya hingga dekat di gawang dan menendangnya hingga masuk ke gawang. Anak itu tersenyum ceria karena berhasil memasukkan bola ke gawang dengan sempurna.

Ify terpesona dengan anak laki-laki yang beda dengan anak lainnya. Walau anak laki-laki itu beda, tetapi tidak membuatnya frustrasi. Kak Adrian! Ify teringat dengan Adrian yang sama persis dengan anak tadi.

“Kak, anak tadi itu hebat ya. Nggak tau kenapa Ify jadi keingat kak Adrian yang sama persis dengan anak itu..” Kata Ify.

Anak tadi yang berhasil memasukkan bola ke gawang menjadi malu karena diperhatikan terus oleh Ify. Ify menyuruh anak itu mendekat ke arahnya.

“Nama kamu siapa?” Tanya Ify ramah.

Bocah laki-laki itu tampak malu dan gugup. “Namaku Ari.” Jawabnya.

“Ari.. Nama yang bagus.” Puji Ify.

Bocah yang bernama Ari itu menjadi salah tingkah. “Kok kakak nggak jijik melihat Ari? Ari kan buruk kak. Ari beda sama teman Ari lainnya.” Ucapnya.

“Nggak. Ari adalah anak laki-laki yang hebat. Ari mengingatkan Ify dengan kak Adrian yang mirip kayak Ari..” Kata Ify yang membuat wajah Ari berbinar-binar.

Sementara Rio, cowok itu nggak tenang melihat Ify ngobrol dengan bocah bernama Ari. Adanya Ari di panti ini sama saja menyudutkannya. Ditambah lagi, seorang Ari yang sama persis dengan seorang bocah jelek bernama Adrian.

“Fy, kita pergi.” Kata Rio dingin.

Ify terlihat kecewa karena ia belum puas ngobrol dengan Ari. Ia melirik Rio yang tampaknya nggak suka dengan Ari. Akhirnya, mereka pun meninggalkan panti asuhan. Tidak lupa, Ify menyumbang sedikit uang kepada Mardani yang diharapkan dapat membantu panti asuhan itu agar tetap ada.

Keduanya pun kembali memasuki mobil Rio. Sekarang, Rio bingung akan kemana tujuan selanjutnya. Idenya yang banyak sudah hilang karena ia melihat sosok Ari yang menyedihkan.

“Kak, kenapa kak Rio tadi kayak nggak suka Ify ngobrol sama Ari?” Tanya Ify.

Rio nggak menjawab. Cowok itu fokus ke depan. Ify pun nggak bisa bertanya lebih lanjut karena merasa bahwa Rio sedang nggak ingin diganggu. Apa ini ada hubungannya dengan kak Adrian? Kak Rio kan nggak suka kalo Ify nyebut nama Adrian.

Setengah jam kemudian, mobil itu berhenti di sebuah lapangan rumput yang luas. Ify tersenyum ceria. Di lapangan itu, ada banyak permainan-permainan. Ada pula atraksi-atraksi dari hewan-hewan yang menggemaskan seperti lumba-lumba, berang-berang, monyet, harimau dan lain sebagainya.

“Ify mau ke rumah hantu? Soalnya Rio mau kesana. Ify ikut ya..” Kata Rio tiba-tiba.

Mendengar  ajakan Rio, Ify teringat pada saat ia dan teman-temannya masuk ke dalam rumah hantu. Setelah kejadian itu, Ify nggak mau lagi masuk ke dalam. Katanya, ia kapok. Pernah kakinya ditarik oleh sebuah tangan yang membuatnya menangis ketakutan. Tapi, karena nggak ingin mengecewakan Rio, akhirnya Ify mengangguk.

Setelah membeli tiket, Ify dan Rio pun masuk ke dalam goa yang gelap. Tapi masih ada sisa-sisa cahaya yang masuk untuk menerangi goa itu. Jujur, Ify sangat takut. Keringat dingin keluar membasahi wajahnya. Gadis itu menutup mata karena tak jauh dari tempatnya ada sesosok manusia yang menggunakan pakaian putih dan di hujani dengan darah.

“Lo takut Fy?” Tanya Rio.

Ify mengangguk gemetaran. Tak segan-segan Rio merangkul Ify agar gadis itu tidak takut. Tapi percuma saja, rasa takutnya mengalahkan segalanya. Tiba-tiba, sesosok mengerikan berambut panjang datang mendekatinya. Ify berteriak hingga suaranya habis, membuat Rio panik. Rio menyesal karena telah mengajak Ify masuk ke rumah hantu. Ternyata, Ify takut sekali dengan hantu.

“Jangan takuti dia!” Kata Rio akhirnya pada sosok mengerikan berambut panjang itu.

Sosok berambut panjang itu mundur selangkah melihat wajah manusia yang tampak lain dari biasa. Sosok itu pun cepat-cepat berlari menjauhinya. Teman-temannya yang lain pun mengikuti sosok berambut panjang yang tengah ketakutan.

“Hantu beneran! Hantu beneran! Lari!!” Kata sosok berambut panjang itu ketakutan.

Rio tersenyum sinis melihat hantu penakut yang berlari ketakutan. Lalu, ia beralih melihat Ify yang sedang tidak sadarkan diri. Ify pingsan?

***

“Fy.. Lo nggak papa?”

Gadis itu membuka matanya secara perlahan. Kepalanya terasa sakit. Lalu, ia menyadari bahwa ia sedang berada di pelukan seorang cowok.

“KYAA !!!” Teriaknya kaget dan berusaha lepas dari pelukan Rio.

“Hei, tenang! Ini gue, bukan hantu!” Kata Rio berusaha menenangkan Ify.

Ify menjadi sedikit tenang ketika mendengar suara Rio. “Kak, aku dimana? Tadi aku mimpi di kejar hantu.” Ucapnya.

Rio tertawa. “Tiga jam lo pingsan Fy. Sekarang lo ada di tempat yang jauh dari hantu itu.” Ucapnya.

Keadaan sekitar menang tenang dan sepi. Tiga jam gue pingsan dan pingsan di pelukan kak Rio? Ify mulai berpikir yang aneh-aneh. Tempat ini sepi. Bisa saja Rio melakukan semaunya tanpa sepengetahuannya.

“Tenang Fy. Gue nggak apa-apain lo. Ya udah, sebaiknya kita pulang saja. Kondisi lo lagi nggak baik. Yuk.” Kata Rio berusaha membantu Ify berdiri.

Ify nurut saja. Tunggu! Bukannya tadi gue sama kak Rio masuk ke rumah hantu? Ingatan Ify mulai pulih. Ia yakin dirinya pingsan karena ditakuti hantu nakal.

Sementara Rio, cowok itu merasa bersalah sekaligus menyesal. Seharusnya gue nggak ngajak lo masuk ke rumah hantu...

***

Sore hari yang pucat. Sore ini terasa ganjil. Matahari tidak bersinar dengan sempurna. Cahaya matahari itu tertutupi awan mendung yang sebentar lagi akan menurunkan hujan.

Ify berjalan tanpa arah yang jelas. Ia terus berjalan dan berjalan hingga tibalah ia di sebuah pohon akasia yang batangnya kokoh. Di bawah pohon itu, Ify melihat seorang cowok yang sedang duduk bersila. Cowok itu memejamkan mata. Namun, kedatangannya membuat cowok itu membuka matanya.

“Kak Rio..” Ucap Ify nggak yakin.

Cowok itu tersenyum ke arahnya. Ternyata benar. Cowok itu adalah Rio. Namun, wajah cowok itu terlihat pucat pasi. Ify mendekati Rio dengan jantung yang sama berdebarnya saat ia bertemu dengan Rio.

“Maafkan gue Fy..” Kata Rio yang terdengar ganjil.

“Kak Rio nggak punya salah sama Ify.” Jawab Ify.

Rio tersenyum sedih. “Salah. Sepantasnya gue minta maaf ke elo karena telah membuat lo menderita. Seharusnya, kita tidak bertemu Fy. Dan lo nggak akan merasakan kesedihan itu.” Ucapnya.

“Ify nggak ngerti.” Kata Ify.

Tiba-tiba, Rio bangkit dari duduknya diikuti Ify. “Lo liat Fy matahari yang akan tenggelam disana?” Tanya Rio menunjuk ke arah barat.

Ify menoleh ke arah barat dimana matahari hendak terbenam. “Lihat kak. Memangnya ada apa?” Tanyanya.

“Saat itulah lo nggak akan bisa lagi melihat gue.”

Deg! Jantung yang tadi berdebar tak karuan kini berhenti berdetak. Kak Rio bicara apa? Mengapa... Mengapa kak Rio seperti membicarakan sebuah perpisahan?

Ify menoleh ke arah Rio yang juga menoleh ke arahnya. “Maafkan gue Fy.. Gue harus meninggalkan lo bersamaan dengan terbenamnya matahari itu. Tapi, sebelum gue pergi, gue ingin sekali memeluk lo. Boleh kan?”

Mulutnya terkunci rapat. Ify nggak mampu membuka sedikit pun mulutnya. Tiba-tiba, ia merasa tubuhnya di peluk oleh seseorang. Seseorang itu adalah Rio. Pelukan itu terasa hangat hingga hatinya merasakan kehangatan itu. Namun, semakin lama, pelukan itu terasa abstrak.

Ketika ia membuka matanya, bertepatan dengan terbenamnya matahari, ia tidak menemukan sosok itu. Sosok itu bak di telan oleh matahari yang sudah bersembunyi di ufuk barat.

Sendiri. Ia sendiri berdiri di tempat ini. Ia sendiri sambil menahan segala rasa takutnya. Ify sadar. Rio telah meninggalkannya. Air matanya pun menetes. Cukup setetes karena ia lelah menangis.

“Kak Rio..” Kata Ify bingung. Gadis itu berusaha mencari sosok itu. Sosok Rio. Tapi, sosok itu tidak ditemukannya.

“KAK RIO !!! KAKAK DIMANA?? JANGAN TINGGALKAN IFY !!!” Teriaknya hingga suaranya habis.

Namun, tak ada satupun yang mendengar teriakannya. Sahabat-sahabat alamnya pun tak mau peduli dengannya. Ify menangis sendiri dalam kesedihannya.

“Kak Rio..”

***