expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Kamis, 22 September 2016

Get Your Heart On!: ( 10 ) Last One Standing



Casting:

Harry Styles as himself

Calvin Harris as himself

Taylor Swift as herself

Gemma Styles as herself

Niall Horan as himself

.

Bagaimanapun juga aku harus memenangkan pertandingan ini, juga memenangkan hatimu.”

***

            “Harry? Harry!”

            Aku kaget mendengar suara itu. Suara yang tidak lain adalah kakak perempuanku satu-satunya yang bernama Gemma. Sial. Aku memikirkan gadis itu lagi. Gadis yang sudah dua bulan ini hadir di hatiku dan aku tidak bisa melupakannya begitu saja. Gadis yang sangat cantik dari dalam dan luar. Gadis yang menjadi impian para lelaki. Gadis itu bernama Taylor Swift.

            Well, aku hanyalah pemuda biasa yang terlalu banyak berharap kepada seseorang yang sangat susah aku raih. Mungkin saja mustahil. Aku tidak kaya. Hidupku pas-pasan. Aku bukanlah mereka yang memiliki rumah mewah, banyak uang dan lain sebagainya. Tapi aku memiliki sebuah hobi yang kurasa sangat menantang yaitu balap motor.

            Meski Mom dan Gemma melarangku balapan motor lagi, tapi aku tetap melakukannya karena itu sudah menjadi bagian dari hidupku. Mungkin karena mereka takut kalau aku bisa terluka karena balap motor tidak main-main. Tapi sunggu aku bisa menjaga diriku dan tidak akan mati bodoh hanya karena balap motor.

            “Mom, aku pergi dulu.” Ucapku berdiri lalu mencium telapak tangan Mom.

            Aku kuliah sambil bekerja. Pekerjaanku hanya pekerjaan biasa yaitu menjadi penjaga toko kue. Hitung-hitung bisa menambah biaya hidup karena aku tidak enak dengan Mom. Setelah orangtuaku cerai, hidupku tidak mudah. Ayahku tega meninggalkan kami semua dan aku tidak habis pikir kenapa Ayah tega melakukan hal itu.

            Setiba di kampus, lagi-lagi aku tak sengaja melihat sosok bidadari cantik yang senyumnya tidak bisa hilang dari wajahku. Dialah Taylor. Gadis itu cukup pendiam dan penyendiri. Selama ini aku hanya memerhatikannya dari jauh, tapi kali ini tidak. Aku harus berani mendekatinya. Namun….

            Sialan! Lelaki yang tidak lain adalah Calvin itu memang membuatku muak. Calvin bukan hanya menjadi sainganku demi mendapatkan Taylor, tapi lelaki itu juga musuhku selama kami bertanding. Aku selalu kalah menerima tantangannya. Rasanya Calvin sudah seperti pembalap motor profesional. Tapi aku bersumpah untuk mengalahkannya suatu hari nanti.

            “Harry, waaa.. Aku tau kau pasti cemburu melihat Calvin dengan Taylor.” Ucap Niall, sahabatku.

            Aku menghela nafas panjang. “Aku harus bagaimana? Kurasa Calvin sudah cukup dekat dengan Taylor dan..” Ucapku lalu dipotong Niall.

            “Jangan seperti itu! Aku curiga dengan Calvin yang sepertinya bukan lelaki yang baik. Kalau kau cinta sama Taylor, kau harus memenangkan hatinya.” Ucap Niall.

            Memenangkan hatinya?’

***

            Ucapan Niall masih saja aku ingat. Jadi aku harus memenangkan hati Taylor? Bahkan bicara saja aku tidak pernah. Aku terlalu payah dalam menghadapi masalah seperti ini. Dan rasanya aku sudah putus asa.

            BRAKK !!!

            Aku kaget menyadari ada sosok yang menabrakku. Sosok itu tertunduk sambil mengambil buku-bukunya yang berserakan.

            “Taylor?” Ucapku. Ups!

            “Oh maafkan aku. Aku tidak sengaja menabrakmu.” Ucap gadis itu. Taylor, ya.

            Kenapa mulutku terasa kaku? Ayolah Harr! “Mmm.. Tak apa.” Ucapku.

            “Tadi kau menyebut namaku?” Tanya Taylor.

            “Iya, hehe. Aku sudah mengenalmu sejak lama.” Jawabku.

            Kulihat Taylor tersenyum malu. Astaga ini baru pertama kalinya aku melihat senyum Taylor secara langsung dan dengan jarak yang dekat.

            “Taylor! Ternyata kau disini.” Ucap seseorang.

            Rasanya aku ingin menerkam orang itu. Siapa lagi kalau bukan Calvin? Calvin menatapku dengan tatapan seakan-akan dia ingin membunuhku. Lelaki itu menarik tangan Taylor lalu memaksanya meninggalkan tempat ini. Hah! Kenapa harus Calvin? Aku sangat membenci lelaki itu dan ingin mengalahkannya. Dan aku merasa takut kalau-kalau Calvin dan Taylor menjalin sebuah hubungan yang nantinya membuatku tak bisa mendekati Taylor lagi.

***

            Akhir-akhir ini pikiranku tidak bisa terlepas dari Taylor dan Calvin. Banyak gosip yang mengatakan kalau mereka diam-diam pacaran. Tapi bagaimanapun juga aku tidak memiliki hak untuk melarang mereka pacaran. Aku hanya bisa menahan rasa sakit yang sangat susah aku sembuhkan.

            “Hai Harry..”

            Suara lembut itu menyadarkanku. Taylor? Benarkah itu Taylor? Untuk apa dia mendatangiku? Aku melihat-lihat disekitarku. Aman. Tidak ada Calvin.

            “Aku boleh duduk disini kan?” Tanya Taylor.

            “Oh, tentu saja.” Ucapku.

            Pasti ada sesuatu hal yang penting yang ingin Taylor sampaikan padaku. Kulihat Taylor tampak ragu. Apa ini ada hubungannya dengan Calvin?

            “Katakan saja. Aku tau pasti ada sesuatu yang ingin kau katakan.” Ucapku.

            “Calvin, dia ingin menantangmu balap motor besok sore.” Ucap Taylor.

            Sudah aku duga. Ini kesempatan besar yang harus aku manfaatkan baik-baik. Calvin mengajakku bertanding padahal biasanya aku yang mengajaknya bertanding. Karena itulah aku harus mengalahkannya. Aku harus membuktikan bahwa aku bisa mengalahkan Calvin. Harry Styles adalah seorang pemenang, bukan pecundang.

            “Oke. Aku siap menerima tantangannya.” Ucapku.

            Sepertinya obloranku dengan Taylor terasa kaku. Taylor belum juga pergi dari sini. Apakah ini saatnya? Apakah ini saatnya bagiku untuk menyatakan cinta padanya?

            “Taylor..” Ucapku. Ayolah Harr, kau pasti bisa. “Aku.. Aku mencintaimu.” Sambungku.

***

            Sebentar lagi pertandingan dimulai. Aku sudah berlatih dan saat ini dimana saatnya membuktikan kalau aku bisa mengalahkan Calvin. Memang banyak yang menyindiriku kalau aku pasti kalah lagi. Tapi akan aku buktikan ucapan mereka adalah salah.

            Aku sudah lama berlatih dan berusaha. Semua latihan yang aku lakukan tentunya tidak akan mengkhianati hasilnya.

            “Harry..”

            Taylor? Sedang apa dia disini?

            “Jangan terlalu memaksa. Aku tau kau ingin sekali memenangkan pertandingan ini. Tapi pesanku, jangan terlalu memaksakan dirimu. Aku takut kau terluka.” Ucap Taylor.

            Aku tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut Taylor. Tapi bagiku pertandingan ini sangat penting dan akulah yang harus memenangkannya.

            “Apakah kau sudah siap untuk kalah?” Tanya Calvin.

            Mau tidak mau aku harus bersabar menghadapi Calvin. Tentunya aku tidak mau area balapan ini berubah menjadi area perkelahian yang sengit antara aku dengan Calvin. Karena itulah aku balas ucapannya dengan senyuman.

            Akhirnya pertandingan pun dimulai. Semua penonton bersorak gembira, tentunya mereka menyoraki nama Calvin, bukan aku, tapi aku tidak peduli. Calvin sudah terasa jauh dariku, tapi aku berusaha mengejarnya. Kuakui Calvin memang sangat hebat. Aku tak habis pikir mengapa dia bisa sehebat itu. Aku sadar seharusnya aku tidak boleh menyimpan dendam padanya.

            Pertandingan berakhir. Tentu kalian bisa menebak siapa pemenangnya. Dia adalah Calvin. Aku terduduk lesu karena aku kalah lagi. Sudah sering aku kalah meski aku telah mencoba sekuat tenaga.

            “Harry, kau tidak apa-apa kan?”

            Taylor, kedatangan gadis itu langsung membuat hatiku cerah. Aku tersenyum padanya dan dia membalas senyumku.

            “Aku kalah, lagi, untuk yang kesekian kalinya. Calvin memang hebat. Aku selalu kalah dan tidak bisa menang darinya.” Ucapku.

            “Tapi kau menang, Harry. Kau adalah seorang pemenang.” Ucap Taylor.

            Aku menatap mata biru Taylor, berusaha mencari maksud dari ucapannya tadi. “Aku tidak mengerti maksudmu.” Ucapku.

            “Iya, kau adalah seorang pemenang karena kau telah memenangkan hatiku. Aku.. Aku juga mencintaimu. Aku sudah menolak cinta Calvin karena aku tidak menyukainya, terutama sikapnya yang keras kepala. Jadi, kau adalah seorang pemenang, Harry..” Ucap Taylor.

            “Taylor..” Ucapku.

            Langsung saja aku memeluk Taylor. Aku benar-benar tidak menyangka mendengar kata demi kata yang Taylor ucapkan. Gadis itu memang selalu memberikanku kejutan yang tidak disangka-sangka.

            Aku mencintaimu, Taylor..

***

END

Song for this part

Simple Plan – Last One Standing


How many times are you gonna try to shut me out?

I told you once, told you twice, I ain’t gonna turn back around

You can say whatever, try to mess with me

I don’t care, I’m not scared

You don’t have to say you’re sorry, save your sympathy

With a friend like you, I don’t need an enemy

I would give you time if you were worth it

But guess what, you’re not worth it


Whoah.. Whoah..

I’m always gonna be the last one standing

Whoah.. Whoah..

Cause I’m never gonna give up trying

And now I’m ready to go, I’m here waiting for you

And I’m gonna be the last one standing

The last one standing


Did you think that I would surrender easily?

Just like that, you were getting rid of me

Is that the way you saw it all go down?

I don’t think, I don’t think so

So give it up, give it up unless you want a little more

You think you’re pretty tough, so let’s throw down

It’s alright, I’m alright


Whoah.. Whoah..

I’m always gonna be the last one standing

Whoah.. Whoah..

Cause I’m never gonna give up trying

And now I’m ready to go, I’m here waiting for you

And I’m gonna be the last one standing

The last one standing


I won’t give up, I keep trying

I’m always gonna be the last one standing

It’s not over, I keep fighting

I’m always gonna be the last one standing

I won’t give up, I keep trying

I’m always gonna be the last one standing

It’s not over, I keep fighting


Whoah.. Whoah..

I’m always gonna be the last one standing

Whoah.. Whoah..

Cause I’m never gonna give up trying

And now I’m ready to go, I’m here waiting for you

And I’m gonna be the last one standing

The last one standing

***


Get Your Heart On!: ( 9 ) Gone Too Soon



Casting:

Michael Clifford as himself

Chrissy Constanza as herself

.

            Kini kau pergi dan semuanya tak akan sama lagi. “

***

            “Michael?”

            “Michael?”

            “Michael?”

            Tidak. Aku rasa akal sehatku sudah hilang sehingga aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Semuanya tampak aneh dan berbeda. Rasanya baru kemarin aku bertemu dengannya. Semua itu terjadi secara tiba-tiba bagaikan mimpi buruk.

            Aku masih bisa merasakan sentuhan tangannya yang lembut, suaranya yang dapat menenangkan hatiku, penampilannya yang sederhana yang bagiku sangat cantik, dan senyumannya yang tidak bisa tergantikan oleh senyuman manapun. Kenapa hal ini harus terjadi? Bisakah semua ini hanyalah sebuah permainan yang tidak lucu?

            “Mike kau tidak apa-apa?”

            Suara Luke menyadarkanku. Bagaimana aku bisa baik-baik saja Luke sedangkan gadis yang sangat aku cintai meninggalkanku tanpa aku duga? Sekarang, kemana perginya dia? Kenapa perginya sosok Chrissy yang selama ini menjadi bidadariku? Chrissy sangat peduli padaku. Dia menerimaku apa adanya tanpa memandang kekuranganku.

            Kalau boleh jujur, aku menderita penyakit mengerikan yang menyangkut nyawa yaitu jantung. Aku merasa putus ada dengan hidupku. Rasanya tidak enak menjadi sosok yang berbeda. Aku mudah lelah dan tidak bisa menjadi pemuda normal seperti teman-temanku. Kalian tau apa yang membuatku bertahan sampai sejauh ini? Yaitu karena Chrissy.

            Sekarang dia pergi, apakah aku harus menyusulnya? Tapi kata Mama, aku berhasil melewati masa-masa kritis. Aku berhasil terselamatkan dengan jantung baru ini, entah siapa yang mendonorkannya. Bayangkan saja, dulu selama bersama Chrissy aku berharap ingin sembuh, namun sekarang, ketika Chrissy pergi, aku juga ingin pergi padahal aku sudah dinyatakan sembuh. Ini sangat tidak adil.

            Chrissy, gadis bagaikan bidadari itu telah merubah hidupku. Aku ingat bagaimana pertemuan pertama kami. Saat itu aku nyaris mati, namun Chrissy datang dan menyadarkanku bahwa hidupku sangat penting serta kau tidak boleh berputus asa dengan hidupmu ini.

            “Hai..”

            Aku menoleh, menemukan seorang gadis manis yang wajahnya sudah tidak asing lagi. Mungkin gadis itu teman sekolahku. Untuk apa dia kemari? Apa dia mengenalku? Tapi setauku, gadis itu tidak paham kalau aku ingin sendiri.

            “Kau siapa? Sebaiknya kau pergi dari tempat sini.” Ucapku setengah membentak.

            Gadis itu menunduk. Aku perhatikan baik-baik wajahnya pucat. Apa aku terlalu kasar padanya? Sungguh aku merasa berdosa padanya.

            “Maafkan aku kalau aku menganggumu. Namaku Chrissy. Sudah lama aku memerhatikanku.” Ucapnya.

            Aku terdiam. Kuakui gadis yang bernama Chrissy itu memang sangat cantik dan manis. Tapi tidak ada waktu untuk memandangi wajah cantiknya itu karena semuanya sia-sia.

            “Untuk apa kau memerhatikanku? Aku hanya ingin sendiri dan sepertinya aku sebentar lagi akan mati.” Ucapku.

            “Jangan! Tolong jangan katakan itu. Aku.. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku bahagia hanya bisa melihatmu dari jauh tapi tolong, jangan katakan itu.” Ucap Chrissy.

            Apa Chrissy menyukaiku? Aku tidak ge-er lho hanya menduga saja. Tapi apa hak Chrissy melarang keinginanku untuk mati?

            “Aku sekarat. Jantungku sudah tidak berguna lagi.”

            Tuhan begitu baik menemukanku dengan Chrissy. Dialah yang selalu membuatku tersenyum dan melupakan penyakitku ini. Tanpa kusadari, aku jatuh cinta padanya dan menjadikannya sebagai kekasihku. Tentu saja Chrissy menerimanya.

            Hubungan kami berjalan normal. Tapi terkadang Chrissy selalu takut kalau-kalau dia kehilangan aku karena Chrissy sangat mencintaiku. Aku juga tidak ingin kehilangannya, sungguh.

            “Michael, bagaimana kondismu? Aku khawatir padamu.” Tangis Chrissy.

            Hari ini aku terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Rasanya tubuhku sudah tak kuat lagi. Tapi aku sudah berjanji pada Chrissy untuk tetap bertahan, juga keluargaku. Aku tidak ingin kehilangan mereka.

            Kusentuh wajahnya dengan penuh cinta. Aku ingin menangis, tapi kucoba keras untuk menahan tangisanku. “Aku kan sudah janji untuk tidak akan meninggalkanmu.” Ucapku menghiburnya.

            “Tapi kondisimu semakin parah. Aku takut Michael. Aku sering mendapat mimpi buruk tentangmu.” Ucap Chrissy.

            Aku juga Chriss! Teriakku dalam hati. Tapi aku mencoba tetap ceria dan bersemangat demi Chrissy, demi sosok yang sangat aku cintai.

            Kalian tidak akan menyangka kalau Chrissy-lah yang pergi, bukan aku. Selama ini aku tak pernah merasa takut kehilangan Chrissy melainkan takut meninggalkan Chrissy.

            “Mike, pulang yuk.” Ajak Calum.

            Tidak mungkin aku berlama-lama disini. Sudah hampir malam. Aku yakin sekali Chrissy baik-baik saja disana. Selama perjalan pulang, aku bertanya-tanya apakah Chrissy merindukanku? Apakah Chrissy masih mengingatku?

            Seperti bintang jatuh yang muncul secara tiba-tiba lalu jatuh dengan cepat dan hilang. Seperti itulah Chrissy. Sekarang hidupku tak akan sama lagi tanpanya. Dan bisakah aku menjalani hidupku lagi? Ku harap aku mengetahui jawabannya.

***

            Pagi yang berbeda. Aku bangun dengan malas. Anehnya jantungku berdetak cepat. Ada apa ini? Apakah tubuhku menolak jantung baru ini? Aku tidak tau siapa yang mendonorkan jantung ini tapi aku yakin sekali si pendonor itu berhati malaikat. Mungkin dia sekarat lalu memberikan jantungnya padaku, mungkin saja.

            “Pagi sayang. Mama tau ini berat bagimu, tapi Mama berharap kamu bisa menjalaninya. Masih banyak orang-orang yang mencintaimu.” Ucap Ibuku.

            Aku hanya membutuhkan waktu. Memang tidak sedikit tapi aku berharap aku bisa melaluinya. Aku memutuskan duduk di teras. Ketika tiba, aku menemukan sebuah buku berwarna pink yang aku tidak tau siapa pemiliknya. Aku ambil buku itu.

            Astaga.. Bukannya ini… Bukannya ini tulisannya Chrissy?

            Aku baca dan terus membacanya sampai tiba di tulisannya yang sangat tidak aku duga. Chrissy? Benarkah? Tidak. Aku tidak boleh menangis.

            Aku tidak marah pada-Mu, Tuhan. Justru aku harus berusaha ikhlas menerima semua ini. Penyakit kankerku ini memang sudah sangat parah tapi akan aku cari jalan agar aku bisa sembuh walau mustahil. Ini juga demi Michael. Aku tidak ingin dia sedih karena aku.

            Oh Chrissy.. Ternyata kita mengalami hal yang sama namun kondisi yang berbeda. Jadi selama ini Chrissy terkena kanker? Aku sungguh tak menyangka padahal Chrissy baik-baik saja. Tapi bukankah Chrissy meninggal karena kecelakaan?

            Kubuka lagi setiap lembarnya dan menemukan kalimat-kalimat yang berantakan dan tubuhku bergetar melihat tetesan darah yang sudah kering ditulisan itu. Tapi bukan karena darah itu, melainkan tulisannya yang bagiku tidaklah benar.

            Apa kabar Michael? Maaf karena selama ini aku tidak menceritakan penyakitku sedangkan kamu sudah menceritakan padaku. Aku rasa umurku sudah tidak panjang lagi, tapi bukannya aku putus asa tapi entahlah dan tidak hanya karena kanker ini saja kan yang bisa membuatku bertemu dengan maut?

            Ohya, happy birthday Michael! Maaf karena aku tidak bisa hadir di sisimu tapi walau aku tidak ada disisimu kau pastinya bisa merasakan kehadiranku kan? Hehe…

            Aku nyaris lupa bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku. Bagaimana bisa? Dan bagaimana buku ini bisa ada disini? Apakah Chrissy kembali?

            Biar aku tebak, jantung barumu sering berdetak-detak kan? Kau pasti tak akan percaya Mike bahwa jantung barumu itu adalah jantungku. Aku yang mendonorkannya padamu. Aku bukannya ingin bunuh diri, tapi aku sudah tau bahwa Tuhan memangilku kembali disisi-Nya dan aku ingin meminta permintaan terakhir yaitu memberikan jantungku padamu.

            Aku belum menjawab kenapa jantung barumu itu sering berdetak-dekat kan? Itu karena setiap kali aku melihatmu, jantungku selalu berdetak-detak dan berusaha menahan malu. Rasanya lucu memang. Tapi sekarang dia bersamamu dan kau harus menjaganya baik-baik, oke?

            Itu saja dariku. Jangan sedih. Aku tidak akan kemana. Aku selalu merindukanmu. Disini aku baik-baik saja dengan tempat baruku. Terimakasih Michael karena mau menerimaku dan membuatku tersenyum. Aku mencintaimu, selalu.

            Seperti mendengar alunan musik yang meyayat hati, aku pun menutup buku itu. Chrissy, aku juga mencintaimu. Memang semuanya tak akan sama lagi, tapi aku akan selalu berusaha mencari jalan untuk membangkitkan hidupku dan hatiku.

            Terimakasih kembali atas seluruh cintamu padaku.

***

END

Song for this part:

Simple Plan – Gone Too Soon


Hey there now, where'd you go

You left me here so unexpected

You changed my life I hope you know

cause now I'm lost so unprotected

In a blink of an eye, I never got to say goodbye


Like a shooting star, flyin' across the room

So fast so far, you were gone too soon

You're part of me and I'll never be

The same here without you

You were gone too soon


You were always there and like shining light

on my darkest days you were there to guide me

Oh I miss you now I wish you could see

Just how much your memory will always mean to me

In a blink of an eye, I never got to say goodbye


Like a shooting star, flyin' across the room

So fast so far, you were gone too soon

You're part of me and I'll never be

The same here without you

You were gone too soon


Shine on! Shine on! To a better place

Shine on! Shine on! Will never be the same

Shine on! Shine on!


Like a shooting star, flyin' across the room

So fast so far, you were gone too soon

You're part of me and I'll never be

The same here without you

You were gone too soon


Shine on! Shine on! You were gone too soon

Shine on! Shine on! You were gone too soon

Shine on! Shine on! You were gone too soon