expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 07 September 2013

Miracle of Rainbown ( Prolog )


Pelangi tampak jelas terlihat di atas sana. Rintik-rintik air hujan ditambah sinar matahari menjadikan sore itu tampak indah. Pelangi yang mereka cari tiba juga. Kedua cewek itu mencari tempat duduk yang nyaman. Tepatnya di dekat batu besar. Di batu itu, mereka dapat melihat jelas lengkungan pelangi yang sangat mereka sukai.

Mereka memang sejak kecil menyukai pelangi. Menurut mereka, pelangi itu memiliki sebuah keajaiban tersendiri. Pelangi itu menandakan bahwa hal yang mereka harapkan akan terwujud. Hal ini dirasakan oleh cewek pertama. Ia menatap pelangi dengan penuh harapan.

“Pelangi, aku ingin menjadi seperti dulu lagi.” Kata cewek pertama.

Sedangkan cewek kedua juga berharap. Semoga sahabatnya itu baik-baik saja disana. Karena, sebentar lagi sahabatnya itu meninggalkannya. Tidak tau apa alasannya. Sahabatnya itu tidak mau menceritakan padanya tentang masalah yang dialaminya.

“Mengapa kamu pindah? Jauh dari sini. Dan, apa yang kamu harapkan dari pelangi itu?” Tanya cewek kedua.

“Aku.. Aku tidak bisa memberitahukanmu. Maafkan aku. Hanya aku, keluargaku dan seseorang yang tau. Maafkan aku ya..” Jawab cewek pertama.

Cewek kedua tidak berani membantah. Meski ia adalah sahabat dari cewek pertama, ia tidak marah atau tidak kesal karena rahasia sahabatnya itu tidak boleh ia tau. Mungkin, sahabatnya itu belum saatnya menceritakan yang sebenarnya.

“Intinya, selalu ingat pelangi. Aku janji akan memberi kabar padamu.” Kata cewek pertama.

Di atas sana, warna pelangi itu sedikit pudar. Cewek pertama menitikkan air mata. Pelangi yang ia harapkan itu mulai menghilang karena waktu. Padahal, selama-lamanya ia ingin melihat pelangi, dan keajaibannya.

“Aku janji kalo aku pergi, akan aku titipkan seseorang padamu.” Kata cewek pertama.

Cewek kedua mengangguk walau tak paham maksud dari kalimat itu. Seseorang? Siapa? Ia tidak tau persis kehidupan cinta sahabatnya itu. Ya biarlah. Semoga sahabatnya itu baik-baik saja disana dan tidak akan pernah melupakannya.

Selamat tinggal sahabatku!

***

TBC....

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @uny_fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037 ( axis )

Makasiiii (:

Selasa, 03 September 2013

Please, Don't Forget Me! ( Epilog )

Epilog

.

.

.

Danau...

Sebuah tempat yang sering mereka kunjungi. Sebuah tempat yang menyimpan banyak kenangan. Sepasang kekasih itu berjalan mendekati danau. Sang lelaki yang menggendong gadis kecil berumur sekitar lima tahun, sedang si cewek mengamit lengan si lelaki itu.

Setelah menemukan tempat yang dirasa nyaman, mereka duduk sambil menikmati pemandangan senja yang indah, di danau. Gadis kecil itu asyik bermain bersama Papanya. Sedang Mamanya sibuk mengelus-elus perutnya yang udah mulai besar. Ya sekitar enam bulanlah.

“Tempat yang terindah.” Gumam Ify. Ia memandang lurus ke arah danau yang luas itu.

“Ya. Tempat yang paling terindah.” Tambah Rio.

Matahari mulai menghilang di barat sana. Menandakan, pergantian waktu. Senja menjadi malam yang gelap gulita. Namun danau itu selalu terang. Jutaan bintang bertaburan di atas sana. Dan lampu-lampu yang tersusun panjang demi menerangkan tempat itu.

“Gimana Fy? Anak kedua kita?” Tanya Rio. Ia meletakkan telinganya di perut Ify. Dan, sebuah tendangan kecil melayang mengenai telinganya. Rio tertawa merasakan semua itu.

“Semoga cowok.” Kata Ify penuh harap.

“Ya. Kalo cowok kita beri nama Fio. Fio adalah singkatan dari Ify dan Rio. Dan Rify..” Rio tersenyum melihat gadis kecilnya itu yang duduk dipangkuannya. Rio mencium rambut Rify. “Adalah singkatan dari Rio dan Ify. Rio berharap Fio menjadi pemain sepak bola yang hebat. Rio pengin Fio bisa membanggakan orangtua dan Indonesia.” Lanjut Rio sambil menatap langit yang mulai gelap.

Sepertinya Ify tidak setuju. “Ify mau Fio jadi dokter.”

Rio pun tidak setuju. “Rio nggak mau Fy.. Rio mau Fio jadi pemain sepak bola.”

Sepasang kekasih itu berdebat dalam candaan. Rify yang tadi terdiam ikut berkomentar. Suaranya yang terdengar lucu membuat Rio dan Ify tertawa mendengarnya.

“Dede Fio ntal jadi plogamel komputel, kan kayak Papa..”

Hihihi.. Rify belum bisa nyebut huruf ‘R’. Sekali lagi, mereka tertawa bahagia. Tawa mereka beriringan dengan terbenamnya matahari. Yang mengubah sebagian bumi menjadi gelap.

***

“Aku nggak percaya Shill. Ternyata kamu pemilik akun itu. Tara Hayuningsih.” Kata Gabriel. Saat ini mereka ngobrol di sebuah kafe.

Shilla tersenyum menanggapi perkataan Gabriel. “Hehehe, maaf ya. Lasingan Shilla lagi bete. Mana Cagni lagi liburan ke Paris lagi..”

“Kamu mau liburan kesana juga? Atau mengelilingi seluruh penjuru dunia?” Tanya Gabriel serius. Padahal, Shilla cuman bercanda aja.

“Pengin sih. Tapi Shilla nggak punya uang.”

Lalu, tangannya digenggam oleh tangan Gabriel. Mendadak Shilla kaget. Jantungnya pun berdetak lebih cepat dari biasanya.

“Shilla bisa kok keliling dunia tanpa harus ngeluarin uang serupiah pun. Tapi ada satu syarat” Kata Gabriel.

“Syaratnya apa? Jadi babu Iyel?” Tanya Shilla.

“Syaratnya..” Sebuah ciuman lembut mendarat di pipi Shilla. Shilla berusaha menghindar, tapi gerakan Gabriel sangat cepat. “Shilla harus menjadi cinta Iyel dan hidup bersama Iyel untuk selamanya.” Lanjutnya.

Mendengar hal itu, Shilla tersipu malu. “Bilang aja kalo Iyel naksir sama Shilla..”

Keduanya pun tertawa. Tak peduli dengan pengunjung kafe lainnya. Oh God! Thanks so much! Shilla bersyukur karena pangeran yang telah lama ditunggunya kini datang juga. Tidak sia-sia ia menunggu. Kini, Shilla pun menemukan cinta sejatinya. Cinta yang sebenarnya. :: Gabriel ::

________________END____________________

Makasih ya buat kalian yang udah baca cerbungku ini, doa’in aja supaya cerbungku yang lain akan aku pos (:

@uny_fahda19

Please, Don't Forget Me! ( Part 35 )

Part 35

.

.

.

SMA merupakan masa-masa yang indah. Disana, kita kisah kita dimulai. Tentu ada tawa, tangis, dan juga kemarahan. Juga cinta. Begitu pula yang dirasakan cewek ini. Ia dikenal sebagai cewek tomboi oleh teman-temannya. Namun ia tak peduli. Baginya, julukan itu mempunyai arti tersendiri.

Agni Tri Nubuwati nama cewek itu. Walaupun ia sedikit cuek, Agni ramah kok. Ia banyak memiliki sahabat. Tapi, musuh pun ia punya sekaligus rivalnya. Siapa lagi kalo bukan Oik? Mereka menyukai cowok yang sama. Mungkin itu yang menjadi penyebab mereka bermusuhan.

Cakka Kawekas Nuraga nama cowok yang mereka incar. Tapi, Cakka lebih perhatian pada Oik. Agni sadar, Oik tidak secantik dirinya. Cakka tidak pernah menyapanya, bahkan tersenyum padanya. Karena itulah, Agni memendam cinta itu. Ia ikhlas Oik yang menjadi pacar Cakka, bukan dirinya.

Suatu sore, Agni menangis di pinggir kolam yang berada di taman. Mengapa ia menangis? Karena cowok yang ia cintai telah jadian sama rivalnya, Oik. Agni tau, ia harus membuang rasa cinta itu. Cakka memang bukan untuknya, dan selama-lamanya bukan untuknya.

Tidak jauh dari tempat itu, seorang cowok menatap sedih cewek yang sedang menangis. Oh, kasian dia. Teganya gue berbuat kayak gini. Jujur, sebenarnya ia menyukai cewek tomboi itu. Tapi ia tak berani bertegur sapa atau bicara sama cewek itu. Dan keputusannya yaitu memilih Oik yang merupakan Most Wanted Girl di SMA nya saat ini.

Perlahan, Cakka mendekati Agni. Agni pun kaget. Ia mengusap matanya yang terlihat merah. Namun Cakka tak memperhatikan mata itu. Tiba-tiba, Cakka tersenyum pada Agni yang membuat jantung Agni berhenti berdetak. Cakka.. Apa kamu benar-benar tersenyum padaku?

“Suatu hari kita pasti akan menjadi sepasang kekasih yang abadi.”

Itulah kalimat singkat yang diucapkan Cakka pada Agni. Agni mendengarnya tak paham. Suatu hari mereka akan menjadi sepasang kekasih yang abadi? Agni yakin, Cakka cuman bercanda. Ia memang sangat mencintai Cakka, tapi ia tau diri. Ia bukan tipe Cakka.

“Jangan menangis, izinkanlah aku menyukai cewek lain selain dirmu. Aku yakin, suatu hari nanti Tuhan akan mempertemukan kita. Tinggal menunggu waktunya saja. Untuk itu, tetaplah mencintaiku meski aku tak mencintaimu.”

“Lo.. Maksdunya apa?” Tanya Agni memberanikan diri untuk bertanya.

“Percayalah omongan Cakka. Jika tiba saatnya, Cakka akan menjadikan Agni sebagai cinta sejati Cakka. Cakka janji akan terus mengingat omongan Cakka.”

Perkataan yang manis, tapi Agni tidak yakin. Jadi, suatu hari nanti ia bisa menjadi kekasih Cakka? Benarkah? Dan ia hanya menunggu waktunya saja?

***

“Mikirin apa?” Tanya Rio tiba-tiba yang membuyarkan pikiran Cakka.

“He, kagetin saja. Gimana? Aku sudah siap nggak jadi suami Agni?” Tanya Cakka yang membuat Rio tertawa.

“Siap kok, tapi gimana Shilla? Apa Cakka nggak kasian sama dia?”

Shilla ya.. Cakka mendapatkan suatu keputusan finalnya. Yaitu memilih Agni sesuai janjinya dulu. Janjinya bahwa suatu hari nanti mereka akan menjadi sepasang kekasih yang abadi. Ya, Cakka berhasil menemukan cinta yang hilang itu, Agni.. Dan Shilla, cewek itu setuju saja. Bahkan Shilla yang menyuruhnya memilih Agni. Ini demi kebahagiannya dan kebahagiaan Agni. Shilla emang sahabatnya yang paling baik.

“Shilla baik-baik saja. Dia malah senang. Gimana kalo Shilla sama kamu saja?”

Rio terdiam. Saat ini ia tidak berani menghadapi cinta. Walau ia mengenali Shilla dan menyimpulkan kalo Shilla itu cewek yang baik, tapi Rio tidak merasa kecocockan antara ia dan Shilla. Pikirannya hanya ada satu, yaitu Ify. Betapa bodohnya ia memikirkan istri orang, tapi mau gimana lagi? Gara-gara amnesia sialan itu, ia jadi kehilangan Ify. Dan kini Ify yang amnesia padanya.

“Saat ini Rio masih belum bisa mencintai cewek lain selain Ify.” Jawab Rio sedih.

“Ooo, ya sudah.” Kata Cakka. Ia juga tidak bisa memaksa Rio. Kisah cinta Rio lebih menyakitkan daripada kisah cintanya.

Ya, dan Agni. Semoga pernikahan nanti berjalan lancar dan janjinya dulu pada Agni terwujud. Cakka tersenyum. Janji itu nyaris ia lupakan ketika ia sedang dihadapi masalah cinta yang rumit. Dan kali ini, ia bisa menaklukan cintanya. Agnilah cintanya yang sebenarnya. Bukan Shilla atau Oik.

***

Makassar. Kota itu seperti apa sih baginya? Dua minggu lebih ia berada di Kota itu dan ia sama sekali tidak menemukan setitik kebahagiaan. Dan Ify, istrinya itu lebih suka mengurung diri di kamar dan tidak mau di ajak keluar rumah. Harusnya, Ify patuh dengan segala perintahnya asalkan itu baik. Apa mengajak Ify keluar rumah adalah hal yang buruk? Bulan madu pun ia tidak pernah merasakan. Sudah ia duga, Ify masih mencintai Rio dan salah mengambil sebuah keputusan.

Harus! Sebagai seorang suami yang baik, Gabriel harus menasehati Ify agar Ify paham atau berusaha membahagiakan Ify. Sekarang, Ify adalah istrinya. Ify adalah miliknya. Ify harus patuh padanya. Selama ini, ia yang mengalah. Tapi tidak hari ini.

Gabriel mengetuk pintu kamar Ify. Kamar Ify? Hanya tiga kali ia sekamar sama Ify. Setelah itu masing-masing memiliki kamar sendiri. Gabriel tidak enakn tidur sama Ify. Ia lebih suka tidur di ruang tengah sambil menonton televisi.

“Masuk.” Kata suara dari dalam sana.

Alangkah kagetnya ia saat melihat Ify dalam keadaan sakit. Ify kenapa? Apa salahnya sehingga Ify menjadi seperti ini?

“Kamu kenapa?” Tanya Gabriel khawatir.

“If..Ify ba..baik-baik aja k..kok Mas..” Jawab Ify terputus-putus.

Oh, apa selama ini tindakannya salah? Sebenarnya, ia merasa malu sama orang-orang di kantor itu. Setiap rekan kerjanya selalu menanyakan pertanyaan yang sama. “Mana istri bapak? Kok tidak pernah diajak ke kantor?”

“Fy, Mas sudah capek.” Kata Gabriel akhirnya. Dan saat itulah air mata Ify menetes.

“Ma..Maafkan Ify Mas.. Ify bu..bukan istri yang ba..baik..”

“Tidak Fy. Ify adalah istri yang baik. Hanya saja Ify belum mewujudkannya. Ayo Fy, kita keluar rumah. Mas akan mengenalkan Ify kepada orang di luar sana. Ify mau kan?”

Kali ini, Ify tidak berani menolak.

***

BAHAGIA. Shilla tau, Cakka dan Agni sedang bahagia. Pernikahan itu sukses dilaksanakan tanpa ada masalah. Ia harus bahagia juga. Masalah siapa cintanya sekarang, Shilla belum memikirkan sampai disana. Siapapun orang yang mencintainya dengan tulus, Shilla balik mencintai orang itu dengan tulus. Siapapun jodohnya, Shilla pasrah saja. Asalkan, pangeran yang selama ini dicarinya mencintainya dengan tulus. Tiba-tiba, ia teringat Alvin. Sedang apa Alvin disana? Apakah Alvin masih mengingatnya?

Lupakan Shilla.. Lupakan... Alvin bahagia disana, dan ia harus bahagia juga di dunia ini. Shilla yakin, Tuhan memahami keadaannya saat ini. Sekarang, yang harus ia lakukan adalah mencari seseorang yang tepat.

Laptopnya nganggur. Shilla memutuskan untuk facebookan. Lagipula, ia barusan membuat akun facebook barunya. Akun yang menjadi rahasia. Tidak seorangpun yang tau kalo akun baru itu milkiknya. Setelah berhasil masuk ke facebook, Shilla iseng mencari nama facebook pada kotak search.

Gabriel Damanik

Shilla ingin tau gimana keadaan keluarga itu. Lalu, Shilla membaca status-status Gabriel yang menurutnya status yang kurang membahagiakan.

Tuhan... Apa dia bkn jodoh q ???

‘Dia’ yang Gabriel maksud adalah Ify. Jadi, apa kehidupan mereka tidak bahagia? Melihat status-status Gabriel, Shilla jadi tau. Kehidupan Gabriel bersama Ify tidak sebahagia keluarga baru lainnya. Seperti Cakka dan Agni yang merencanakan bulan madu di menara eiffel, hehe.. Ke Paris gitu.. Maklum orang kaya.

Jujur sj, aq ingn bahagia sprti kbanyakan org lainx.

Iyel.. Kalian berdua memang salah. Kalian salah menemukan cinta kalian. Lantas, apa kalian memilih untuk mengakhiri semuanya? Apa kalian memilih untuk cerai? Tiba-tiba, Shilla mendapatkan ide jahil.

***

Gabriel membuka laptopnya. Hari ini ia libur. Sementara Ify seperti biasa, mengurung diri di kamar sambil melamun. Gabriel ingin mengajak Ify jalan-jalan mengelilingi Kota ini, tapi jawaban yang diberikan Ify tidak memuaskan.

“Ify capek Mas, kapan-kapan saja ya.”

Bilang saja tidak mau atau malas. Gabriel lelah menjalani hidup ini dan merasa sedikit berdosa pada Ify. Segala cara telah ia lakukan demi membahagiakan Ify. Tapi hasilnya nihil. Ify tetap pada pendiriannya, yaitu mengurung diri di kamar sambil melamun.

Yang pertama ia buka adalah facebook. Sejak SMA ia memang maniak facebook. Ia juga banyak mendapatkan banyak teman disana. Lalu, ia membuka permintaan pertemanan. Ada satu yang meng-addnya. Namanya facebooknya adalah Tara Hayuningsih. Hmmm, nama yang cantik. Tapi belum tentu sama kayak wajahnya.

Tara : TFC ya J 

Belum apa-apa, si pemilik akun itu menulis di kronologinya. Gabriel jadi tertarik dengan nama facebook itu. Ia pun membukanya. Tapi sial. Tak ada satu pun foto disana, maksudnya tidak ada foto manusia, melainkan foto anime Jepang yang lagi trend itu.

Gabriel : Ya. Kmu siapa? Drimana tau fb sy?

Berasa kembali seperti anak muda! Gabriel kembali ingat masa-masa remajanya yang indah. Terutama masa SMA. Jika mengingat semua kejadian di SMA, Gabriel senyum sendiri.

Tara : Hmmm.. Ngasal add aja. Nggak marah kn?

Gabriel : Oo, tdk.

Entah mengapa, Gabriel suka dengan pemilik akun itu. Seperti sudah mengenali pemilik akun itu. Gaya bicara Tara membuatnya tertawa dan tersenyum. Katanya sih, Tara bekerja sebagai designer baju di Jakarta. Jadinya, Gabriel teringat Shilla. Apa Tara mengenali Shilla ya?

Gabriel : Kau kenal Shilla?

Diseberang sana, seseorang tertawa ngakak.

Tara : Hmmm.. Aq ngk prnh dengar nm itu.

Gabriel sedikit kecewa membaca balasan dari Tara. Ya tentu saja. Jakarta itu kota besar dan termacet. Tidak mungkin sekali Tara kenal dengan Shilla. Lalu, Tara menceritakan sejarah hidupnya. Dan tentu saja mengenai soal cinta.

Hampir dua jamman mereka mengobrol di dunia maya. Jujur, Gabriel ingin sekali bertemu Tara. Menurutnya, Tara itu adalah gadis yang periang dan dewasa. Lihat saja statusnya. Oh Yel! Stop! Tara hanya teman mayamu, jangan mempercayainya sedikitpun. Siapa tau ayo Tara yang nyata adalah seorang nenek tua yang iseng ngerjain facebook orang? Tapi ini beda. Gabriel merasa sedikit bahagia membaca status-status yang di tulis Tara.

Sial! Semakin lama ia membaca status-status Tara, muncul suatu perasaan asing yang menjalar ke seluruh tubuhnya. What? Aku suka Tara? Gila Yel! Kamu sudah punya istri, lalu, mengapa kamu menyukai cewek lain dan yang mengerikannya lagi, cewek itu tidak dikenalinya. Ajaib banget. Hanya dengan membaca status Tara yang mengademkan hati dan pikiran, ia menjadi suka sama si pemilik akun. Tara Hayuningsih.

Tapi, apa ia tidak boleh bahagia? Apa ia tidak boleh menyukai orang lain sedang istrinya sendiri cuek padanya? Apa ia harus... Cerai? Tidak! Cerai bukanlah jawabannya. Gabriel yakin, perasaan itu hanya sesaat. Blokir saja facebook Tara dan semuanya aman. Mudah bukan?

***

Tiga bulan kemudian...

Sesuatu terjadi di dalam kamar itu. Karena penasaran, Gabriel membuka pintu itu. Kekagetannya pun terlihat jelas. Ify?

“Fy, Ify nggak papa?” Tanya Gabriel khawatir.

Ya, baru kali ini ia mengunjungi kamar ini. Selama tiga bulan ini, ia cuek pada kamar itu. Kegiatannya malah disibukkan dengan mengobrol sama Tara Hayuningsih itu. Niatnya untuk memblokir pengguna itu ia urungkan. Seperti ada tembok raksasa yang menghalangi niatnya untuk memblokir facebook itu.

“Ri..Rio..” Lirih Ify.

Gabriel menghela nafas panjang. Ya, sudah saatnya ia mengakhiri semuanya. Sudah saatnya ia mengatakan yang sebenarnya. Ia memang mencintai Ify, tapi ia tidak tau mencintai dalam artian apa. Dan Tara, sepertinya gadis itu mulai memasuki hatinya. Aneh kan, jatuh cinta pada orang yang tidak kita tau asal usulnya, lewat dunia maya lagi.

“Fy, ada kesempatan terakhir.” Kata Gabriel.

“Apa?” Tanya Ify pelan. Wajahnya pucat pasi. Tubuhnya semakin kurus. Seperti kehilangan sebagian nyawa dan berkeinginan untuk membuang sebagian dari sisa nyawa itu.

“Fy, Ify tidak mencintai Mas? Ayo katakan sejujur-jujurnya.”

Ify terdiam. Lebih baik ia mati daripada menjawab pertanyaan itu. Dan, apakah ia mesti berbohong lagi? Demi kebahagiaan Gabriel? Hei! Apa Gabriel kelihatan bahagia ketika ia berkata, “Aku mencintaimu Mas..”? Tidak juga kan. Selama ini Gabriel lelah melihat kerjaannya yang sebagian besar ia lakukan di dalam kamar yang tertutup. Oh...

“Ify mencintai Mas dengan sepenuh hati Ify.” Jawab Ify.

“Jawablah dengan jujur Fy.” Kata Gabriel.

Tuhan.. Apa dia bisa membaca pikiranku? Oh, apa aku salah meminta maaf padanya? Dan berjanji akan berubah menjadi ceria? Mungkin.. Mungkin inilah waktu yang tepat.

“Maafkan Ify Mas.. Ify salah mengambil suatu keputusan..” Kata Ify lalu menangis. Gabriel memeluk istrinya itu. Fy, akhirnya kau sadar juga..

“Ify hanya mencintai Rio, Mas.. Maafkan Ify.. Tapi Ify janji nggak akan jadi seperti ini. Ify akan menjadi istri yang baik..”

Gabriel mengelus rambut Ify. “Sekarang, ada dua pilihan. Pertama, kamu harus melupakan Rio dan mengubah cara hidupmu ini. Dan yang kedua..” Gabriel menyetop pembicaraannya. Ia tarik nafas dalam-dalam. “Secepat mungkin kita cerai dan kamu bisa kembali menjadi kekasih Rio. Bagaimana?”

Ada dua pilihan. Oh Fy, jawab-jawab! Dan jawaban ini tidak boleh salah. Ia harus bisa mengambil suatu keputusan yang tepat dan tidak menyesalkan. Oh, apa hari-hari itu terulang kembali?

“Rio masih mengharapkanmu Fy. Jangan pedulikan Mas. Mas bisa kok hidup tanpa kamu.” Kata Gabriel. Anehnya, Tara mengenal Rio. Katanya, dia adalah teman dekat Rio. Lalu, kalo dia kenal Rio, aneh sekali kalo dia tidak mengenali Shilla. Shilla kan juga teman dekat Rio?

“Ta..Tapi..”

“Fy, pilihlah jawaban yang tepat. Jawaban yang tidak akan membuatmu seperti ini lagi. Mas mohon Fy, Mas lelah menjalani hidup ini tanpa kebahagiaan.”

Ify menatap Gabriel lekat. Berusaha mencari jawaban di kedua mata itu. Kedua mata yang dulu sangat indah baginya. Dan sekarang telah tergantikan oleh sosok Rio yang membuatnya seperti ini. Fy, jawab sejujur-jujurnya. Apapun jawabannya, tentu Gabriel bahagia. Ya, baiklah. Jawaban sudah ia temukan dan ia takkan menyesali jawabannya itu.

***

“Jadi.. Kamu..” Kata lelaki itu tak percaya.

“Kenapa? Kaget ya?” Tanya gadis itu sambil tersenyum.

Ia menatap gadis itu tak percaya. Jadi.. Jadi gadis itu... Ia tidak tau apakah ia bahagia atau tidak. Yang ia rasakan adalah kekagetan yang luar biasa.

“So, apa kamu menyukai Tara Hayuningsih?” Tanya gadis itu. Tetap menampakkan senyuaman khasnya yang manis. Yang membuat siapa saja ingin terus melihat senyuman itu.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com
ato link notesku : http://m.facebook.com/notes/?id=100004086973604

Free Contact me : 083129582037

Makasiiii (:

Please, Don't Forget Me! ( Part 34 )

Part 34

.

.

.

“Zevana?” Kaget Cakka. Begitupun Agni. Ia kaget dirinya diketahui oleh orang lain.

Zevana menatap Cakka dan cewek itu tanpa ekspresi. Tapi di wajah itu terlukis sebuah keinginan untuk segera menyelesaikan permasalahan. Zevana sebenarnya tau sedikit tentang Agni. Tapi ia tak mengerti mengapa Agni kembali ke tempat ini.

“Shilla sudah mendengar semuanya. Tadi, dia menceritakan semuanya. Sebaiknya secepatnya Anda menyelesaikan permasalahan ini.” Kata Zevana.

“Tidak! Saya yang salah. Maafkan saya. Saya salah datang kesini. Saya hanya menganggu hubungan Cakka. Maafkan saya.” Kata Agni sedih. Zevana merasa iba dengan cewek itu.

“Sebenarnya, apa yang terjadi pada Anda?” Tanya Zevana pada Agni.

Sedikit Agni ragu untuk menceritakan. Namun, kedua bola mata ramah Zevana memaksanya untuk menceritakan. Akhirnya Agni menceritakan kehidupannya di Yogyakarta. Permasalahnnya dengan Sion dan semuanya.

“Hmmm, suamimu benar-benar aneh. Tapi tak apa, saya punya teman disana. Namanya Ian. Mungkin saya bisa membantumu untuk menyelesaikan masalah ini.” Kata Zevana.

Senyum terbentuk dibibirnya. Agni bersyukur karena masih banyak orang yang peduli padanya. Termasuk Zevana, orang yang tidak ia kenali dan menolongnya.

“Lalu, apakah kamu mencintai Cakka?” Tanya Zevana.

Iya. Begitulah jawaban yang sejujur-jujurnya. Tapi Agni nggak enak sama calon Cakka. Ia sama saja perusak hubungan orang. Masih syukur ia diberi bantuan. Ya, ia boleh mencintai Cakka tetapi tidak diizinkan untuk hidup bersama Cakka.

“Iya sih. Tapi saya ikhlas kok Cakka menikah sama calonnya. Kalo hidup saya sudah mulai aman, saya bisa bekerja di Kota ini. Makasih ya karena sudah menolong saya.” Kata Agni.

Sepertinya, Cakka tidak rela Agni mengatakan hal itu. Hatinya memaksanya untuk bersama Agni, dan bukan bersama Shilla. Ya, cintanya pada Shilla mulai berkurang saat ia bertemu Agni. Oh, cinta rumit itu kembali lagi dalam hidupnya. Cintanya yang membingungkan.

“Bagaimana?” Tanya Zevana. Ia tidak tau bertanya pada siapa.

“Bagaimana apanya? Kok bisa Shilla tau saya bertemu Agni?” Tanya Cakka.

“Nggak tau Shilla. Gini saja, setelah masalah Agni beres, kita akan bermusyawarah. Dan Cakka harus menemukan pilihan yang tepat. Agni atau Shilla.” Jawab Zevana.

Disini, ada dua pilihan. Agni atau Shilla. Mudah saja ia menjawab ‘Agni’ karena toh hatinya saat ini ingin terus bersama cewek itu. Lalu, jika ia memilih Agni, bagaimana dengan Shilla? Dan, apakah masalah Agni dapat terselesaikan? Lalu, bagaimana jika suami Agni berubah menjadi baik dan tidak jahat lagi pada Agni?

Pusing tujuh kuadrat mikirinnya. Padahal ia sudah dewasa dan bisa memutuskan suatu keputusan yang paling benar. Ah Kka, umurmu saja yang dewasa, tapi sikapmu seperti anak-anak remaja!

***

Shilla mencoba membahagiakan diri. Mungkin benar. Ia tidak pantas untuk Cakka. Tadi, jelas sudah Cakka mengaku kalo ia masih mencintai cewek itu. Lalu, hubungannya ini.. Lupakanlah! Hidup-hidup Cakka. Jika Cakka memilih untuk mengakhiri hubungan ini ya boleh-boleh saja. Shilla kuat menghadapi masalah ini. Baginya, masalah ini merupakan masalah kecil. Bukan masalah besar lagi sampai-sampai ia berkeinginan bunuh diri.

Karena bete, Shilla menyalakan laptopnya dan menancapkan modemnya di laptop itu. Setelah terhubung, Shilla memilih membuka akun facebooknya. Di beranda, ia tertawa kecil membaca status-status sahabatnya. Mulai dari gaji belum keluar, ketemu cowok cakep di gang sana, ataupun habis ditembak ama cowok cakep dan para komenannya meminta traktiran.

Timbul keinginannya untuk menulis status. Hmmm, apa yang Anda pikirkan? Apa ya? Ohya, gimana kalo status itu saja? Shilla menekan-nekan keyboard laptopnya dan membentuk suatu kalimat pendek, namun terkesan menyakitkan.

Ashilla

“Aku memang bukan untuknya”

Belum semenit udah banyak yang ngelike. Ada juga yang ngomen status itu. Ohya, Shilla teringat Ify. Apa kabar dia di Makassar sana? Apa Ify betah dan keadaannya disana mulai membaik? Maksudnya Ify mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya dan sedikit bisa melupakan Rio.

Benar hari yang pas! Ify lagi on disana. Shilla pun mengajak Ify ngobrol. Tentu, ia kangen sekali sama sahabatnya itu. Jujur, ia nggak rela Ify tinggal di Makassar. Kota yang merupakan kota asing baginya.

Shilla : Ify.. Gmn kbrnya?

Ify : Baik kok Shill. Kmu?

Shilla : Baik. Hayoo, udah punya anak blom? Wkwkwkw :D

Ify : Blom. Memangnya knp?

Di Makassar sana, Ify membaca tulisan Shilla dengan raut muka sedih. Bagaimana bisa punya anak wong ia sendiri nggak pernah berhubungan ama Gabriel. Bahkan, ia jarang ngobrol ma Gabriel. Gabriel banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Sedangkan ia banyak menghabiskan waktu di rumah dengan lamunannya dan imajinasinya yang nggak akan bisa terwujud.

Ya, Gabriel memang berubah! Dari cara bicaranya saja, terkesan dingin. Tapi Gabriel tidak pelit senyum. Ify tau, ini semua karena kesalahannya. Ia yakin, Gabriel nggak akan betah hidup bersamanya. Oh Fy, betapa jahatnya dirimu, sama saja artinya kau membunuh Gabriel secara perlahan, membunuh kebahagiaan Gabriel tepatnya.

Shilla : Nggak ada kok. Eh Fy, kmu kerasan nggk tnggl dsana? Aq kangen nh ma kmu..

Jakarta.. Orangtuanya.. Teman dekatnya.. Shilla.. Dan satu nama lagi yang membuatnya serapuh ini, Rio... Rio? Bagaimana kabarnya? Ify berharap Rio baik-baik saja dan kembali melupakannya. Harapan yang bertolak belakangan dengan hatinya. Jujur, ia ingi balik ke Jakarta. Makassar bukan tempatnya. Ify yakin, ia tidak bisa bertahan untuk ke depannya.

Ify : Kerasan sih, kn ada suami q yg cakep itu, hehe..

Shilla membacanya dengan sedikit sedih. Ia tau, Ify berbohong. Ify tidak mau menampakkan kesedihannya, kepada siapapun. Termasuk sahabatnya yang adalah dirinya sendiri. Tapi apa boleh buat, Shilla tidak bisa melarang Ify untuk berbohong ataupun lainnya. Asalkan, jika Ify sedih atau butuh teman curhat, tentu ia bisa diandalkan. Dua puluh empat jam ia siap sedia mendengarkan curhat Ify.

Shilla : Ya udah..

Ify : Kalo kmu sendiri? Udh nikah?

Pertanyaan yang sulit untuk ia jawab. Shilla ingin menceritakan hubungannya pada Ify. Hanya saja ia malas. Entah mengapa Shilla sedikit tidak suka pada Cakka. Cakka itu berbeda dari cowok yang pernah ia kenal. Cakka itu sedikit... Ah, gimana ya ngejelasinnya? Sedikit aneh gitu. Ya, mungkin Cakka bukan jodohnya.

Shilla : Aq dh putus ma Cakka.

Tentu di seberang sana Ify mendadak kaget. Shilla putus ma Cakka? Padahal menurutnya pasangan itu klop.

Ify : Kok bisa putus?

Shilla : Mngkn kami tdk cocok. Gpp. Mngkn Cakka bkn jodoh Shilla.

Putus? Apa ia memang sudah putus sama Cakka? Secaranya kenyataannya sih belum. Hubungannya dengan Cakka masih gantung. Dan, Cakka mencintai cewek itu juga tidak jelas. Shilla ingin sekali bertemu cewek itu. Ya, untuk sekedar tau siapa cewek itu yang sebenarnya.

Ify : Oh, semoga Shilla dpt mnemukn pngganti Cakka yg sesuai dg harapan Shilla.

Dalam hati, Shilla mengamini. Pengganti Cakka? Apa ia sudah tidak mencintai Cakka lagi? Dan apa memang benar Cakka mencintai cewek itu? Atau, Cakka hanya main-main saja?

Shilla : Amin.

Ingat Shilla, Ify kembali teringat Rio. Apa ia berani menanyakan kabar Rio pada Shilla? Apa nanti ia tidak jantungan kalo Rio udah mempunyai cewek dan sebentar lagi akan menikah?

Ify : Gmn kabar Rio?

Argh! Pertanyaan terbodoh yang pernah ia buat. Untuk apa menanyakan kabar Rio? Untuk menambah rasa perih di hatinya ini?

Shilla : Rio baik. Tp aq jarang liat dia.

Lagi. Satu pertanyaan yang harus ia ketahui sekarang juga. Kembali Ify menekan-nekan keyboard laptopnya dengan tangan yang sedikit bergetar.

Ify : Apa Rio udh pny pacar?

Shilla tertawa kecil membaca kiriman Ify. Ah Fy, sebegitunya kamu khawatir sama Rio. Aku tau, kamu masih mencintai Rio.

Shilla : Nggak tau. Shilla kn jarang liat Rio. Ntar deh klo ktemu Shilla tnyain.

Jawaban yang tidak puas. Jawaban yang mestinya harus ia dapatkan sekarang. Apa ia menanyakan langsung ke Rio? Rio kan punya facebook. Ya, Shilla yang suruh tanyain ke Rio.

Ify : Kmu tanyain ajj lwt fb.

Shilla : Hmmm, iya deh.

Obrolan panjang mereka berakhir pukul empat sore. Katanya, Shilla disuruh atasannya untuk kembali bekerja. Ada tugas penting yang harus ia selesaikan. Begitu pula Ify. Ada tugas yang penting harus ia lakukan. Yaitu melamun nggak jelas.

***

BUG !!!

Kelima lelaki itu memukulinya dengan penuh kemarahan. Yang dipukuli hanya pasrah. Ia tau, tak ada gunanya hidup di dunia ini tanpa kebahagiaan. Sekarang, pukulan yang membuatnya jatuh ke tanah. Ia mencoba menahan rasa sakit. Darah segar keluar dari mulutnya. Tubuhnya menjadi lemas.

“Kamu memang lelaki bejat! Teganya kamu menyiksa istrimu sendiri. Sekarang, kamu malah ingin memperkosai gadis SMA itu?” Bentak salah satu dari lelaki itu.

Ia tidak menjawab. Ia usahakan agar sakitnya tidak diketahui kelima orang itu. Ia memilih untuk diam. Tidak ada gunanya berkomentar toh ntar omongannya langsung dipotong sama mereka.

“Sekarang, kamu harus meminta maaf pada istrimu yang kabur entah kemana itu. Kalau tidak ketemu..” Lelaki itu menggantungnkan pembicaraannya. “Jangan harap bisa lepas dari saya.”

Oke. Tidak ada gunanya juga mencari istrinya. Ia tau, ia memiliki dosa besar pada istrinya itu. Tapi, ia termasuk orang baik. Jika ia melakukan itu, jangan harap Agni bisa hidup bahagia layaknya manusia lainnya. Ia ingin Agni hidup bersama pria lain, bukan dirinya.

Ya. Ia memang bodoh menikahi Agni dan melupakan penyakitnya itu. Penyakit yang nggak ada obatnya. Penyakit yang membuat umurnya berkurang. Tapi tak apa. Ia banyak mengambil hikmah dari deritanya ini.

“Kami akan memberikanmu waktu selama seminggu.” Kata lelaki itu lagi.

“Tidak! Saya tidak akan mencarinya.” Jawabnya lantang. Meski suaranya sedikit serak.

“Ooo, jadi kamu tidak mau bertanggung jawab atas segala kesalahanmu?”

“Saya memang salah. Tapi jika Agni kembali, artinya saya bertambah salah. Untuk itu, saya berharap Agni tak akan kembali ke tempat ini lagi.”

Lelaki itu tidak paham maksud dari perkataan Sion yang dulu adalah sahabatnya. Sion, cowok ramah dan periang kini berubah menjadi cowok yang tak berperikemanusiaan. Mudah saja Sion melakukan aksi jahatnya itu. Dan, sampai sekarang ini ia belum paham mengapa sikap Sion berubah.

“Apa kamu memilik sebuah rahasia?” Tanyanya.

Rahasia? Tiba-tiba keringat dingin muncul membasahi tubuhnya yang lemah. Darah segar keluar dari hidungnya. Lelaki itu tampak kaget melihat Sion yang sedang menggigil. Padahal cuaca hari ini panasnya bukan main.

“Kamu kenapa?”

“Rahasia itu..” Lirih Sion menahan sakitnya.

“Rahasia apa?”

“Ian.. Kamulah orang yang saya percayai saat ini. Saya butuh bantuanmu.”

“Bantuan apa?”

***

Tak disangka. Ternyata Ian adalah sabahat Sion, suami Agni. Dari Ian, Agni jadi tau apa penyebab Sion sering menyiksanya. Sion telah menjelaskan semuanya pada Ian. Tentang penyakitnya. Astaga! Penyakit itu...

“Mas Si.. Sion..” Lirih Agni. Cewek itu terbaring lemah di ranjang rumah sakit karena cerita yang ia dengar. Cerita yang membuatnya pingsan mendadak kayak gini.

“Udah sadar Ag?” Tanya Cakka.

“Ca..Cakka.. Mas Si..Sion..”

“Dia sudah tenang disana.” Kata Cakka lembut seraya mengelus-elus rambut Agni. Di sampingnya, ada Shilla yang sedang tersenyum melihat dua manusia itu. Ia tau, Cakka sangat mencintai Agni. Cewek itu membutuhkan Cakka.

Sion, lelaki itu terkena penyakit HIV akibat dari hubungan dengan seorang wanita asing. Saat itulah, Sion sadar. Penyakit itu tak akan pernah sembuh. Dan, ia merasa bodoh karena telah menikahi Agni.

“Kka, Agni butuh kamu. Apa kamu siap menerima Agni dan melupakan Shilla?” Tanya Zevana.

Cakka terdiam.

“Kka, jika Cakka lebih mencintai Agni, Shilla rela kok Cakka sama Agni. Lagipula, Shilla juga merasa nggak cocok sama Cakka. Mungkin Cakka bukan jodoh Shilla.” Kata Shilla.

“Gimana? Kka, jangan takut mengahapi cinta.” Kata Zevana tersenyum. Ia mengelus-ngelus perutnya. Shilla tau, sepupunya itu hamil.

Cakka menatap Agni dan Shilla secara bergantian. Agni menatapnya pasrah. Ia menerima apapun jawaban Cakka. Sementara Shilla, tersenyum padanya. Senyum itu memiliki arti tersendiri baginya. Dan, dari senyum itulah ia mendapatkan suatu keputusannya. Keputusannya yang tak akan ia sesali.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Free Contact me : 083129582037

Makasiiii (:

Please, Don't Forget Me! ( Part 33 )

Hy all !!!

Ini part 33 nya ..

Dan maaf kalo ceritanya pendek atau kurang memuaskan (:



Part 33

.

.

.

Perlahan, ia membuka matanya yang terasa berat. Kepalanya berkunang-kunang. Terakhir kali ia ingat, ia berada di dalam taksi bersama Gabriel. Apa? Ini sudah pagi? Ify melihat jam di HPnya. Astaga! Jam delapan pagi. Dan, dimana ia sekarang? Rumah siapa ini? Ah Fy, ini kan rumahmu. Ingatannya pun mulai membaik setelah sakit di kepalanya berkurang.

Ify mencari-cari Gabriel. Tidak ada. Gabriel pasti sudah bangun lebih dulu. Tiba-tiba, terlintas di pikirannya tentang hal itu. Apa.. Apa Gabriel sudah... Tidak! Pagi ini ia tidak merasakan perbedaan. Hanya saja kepalanya yang sakit. Lalu, di luar ruangan, ia mencium sebuah aroma masakan yang lezat. Nasi goreng! Apa Gabriel yang memasak makanan itu untuknya? Tidak! Itu bukan tugas Gabriel. Itu adalah tugasnya sebagai seorang istri.

Dan benar saja! Di meja makan ia melihat dua piring nasi goreng yang sangat menggiyurkan. Ify duduk di kursi yang sudah disediakan. Sedang Gabriel melihat Ify dengan senyuman kebahagiaan. Tiba-tiba, ia ingat kemarin. Sewaktu Ify mengigau menyebut nama ‘Rio’. Gabriel ragu menceritakannya.

“Gimana? Apa rumah ini kurang bagus?” Tanya Gabriel membuka pembicaraan.

Ify mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru rumah ini. Benar-benar rumah yang indah dan besar. Siapapun tak akan mau menolak tinggal disini. Ify tau, Gabriel kaya raya. Perusahan yang dirintis Gabriel berkembang pesat. Nggak heran rumah semewah ini dapat dibeli oleh Gabriel Stevent Damanik.

“Bagus kok Yel.” Jawab Ify jujur.

“Eit. Ify salah bicara.” Kata Gabriel.

“Salah apa?” Tanya Ify heran.

“Seharusnya, Ify manggil Iyel pake awalan ‘Mas’. Ify kan sekarang udah jadi istri Iyel.” Jawab Gabriel dan Ify tertawa kecil.

“Iya..Iya.. Mas Iyel yang baik, cakep, ramah, kaya dan tidak sombong..”

Suasana di pagi hari itu terasa hangat. Pagi ini Ify terlihat ceria. Bahkan sangat ceria. Gabriel berharap, Ify telah melupakan semua masalahnya itu. Termasuk Rio. Gabriel tidak tau harus berbuat apa jika Ify tak henti-hentinya memikirkan Rio.

“Ohya Mas, apa Mas sudah..” Perkataan Ify di potong oleh Gabriel.

“Belum kok sayang.. Memang kamu mau sekarang? Atau nanti malam?” Jawab+Tanya Gabriel sedikit menggoda.

Syukurlah. Gabriel sama sekali belum melakukannya. Jujur, Ify tidak mau Gabriel yang pertama kali menyentuhnya. Tidak! Ify ingin orang yang ia cintai yang pertama kali menyentuhnya. Rio... Kembali Ify mengingat lelaki itu. Wajah yang tadi ceria berubah menjadi pucat.

“Kenapa?” Tanya Gabriel melihat perubahan wajah Ify.

“Ng.. Nggak ada kok Mas.” Jawab Ify berbohong. Ia memilih memakan nasi goreng yang mulai dingin. Gabriel tau apa yang sebenarnya dipikirkan Ify, tapi ia diam saja.

“Terus, apa jawabanmu?” Tanya Gabriel.

“Jawaban apa?” Tanya Ify.

“Itu tadi..”

Wajah Ify bertambah pucat. Sekarang, alasan apa lagi yang akan ia keluarkan? Bilang kalau ia sedang capek? Mustahil sekali. Lantas, apa alasan masuk akal selanjutnya?

“Mmm, nggak tau. Kapan-kapan aja. Ify lagi malas.” Jawab Ify melanjutkan sarapannya.

“Malas? Fy, kamu pengantin baru yang aneh. Seharusnya Ify semangat dong.” Kata Gabriel.

“Mmm, maaf Mas. Ify emang belum siap.” Kata Ify jujur. Ya, ia memang belum siap.

“Belum siap apanya?”

Tuhan.. Lelaki dihadapannya ini membuat kepalanya kehabisan ide. Apa Gabriel tidak paham maksud dari perkataannya? Tidak siap ya tidak siap! Ya, mungkin selama-lamanya ia tidak akan siap.

“Ya sudah. Mas tidak bisa memaksamu.” Kata Gabriel akhirnya. Ia pun meninggalkan Ify lalu menaiki tangga. Beberapa menit kemudian, Gabriel muncul dengan pakaian yang rapi.

“Mas pergi dulu. Ada yang harus Mas urus.” Kata Gabriel tanpa ekspresi lalu meninggalkan Ify yang serba salah.

Oh, aku memang salah. Maafkan aku Mas.. Selama-lamanya Ify belum siap. Ify tidak berani melakukannya tanpa cinta. Maafkan Ify, Mas..

***

Lelaki itu berjalan mencari sebuah toko bunga. Bunga itu akan ia beri kepada Shilla, kekasihnya. Cakka begitu bahagia hari ini. Sebentar lagi, ia akan melamar dan menikahi Shilla lalu hidup bahagia tanpa ada keraguan. Shilla lah cinta yang selama ini dicarinya, dan bukan Oik ataupun Agni. Tapi Shilla.

Kini, ia berjalan santai menuju Toko Bunga Fuji. Toko bunga yang menyediakan berbagai macam jenis bunga. Mulai dari bunga mawar, sampai bunga asing yang jarang tumbuh di Indonesia. Lalu, matanya terpusat pada seorang wanita yang kira-kira berumuran lebih muda dua tahun darinya. Astaga! Sepertinya ia tak asing lagi dengan wanita itu. Dia kan.. Dia kan...

Sekarang, ada dua pilihan. Antara dekatin dia atau tidak. Tapi, Cakka penasaran sekali. Mengapa Agni sampai disini? Bukannya Agni bahagia tinggal di Yogyakarta bersama Sion? Apa yang ia lihat salah? Keputusannya yaitu dekatin dia.

“Oh, hai! Maaf..” Kata Cakka ragu. Wanita itu mendadak kaget. Cakka pun ikutan kaget. Ia berasa kembali pada masa-masa itu. Masa-masa dimana ia trauma dengan cinta.

“Kau.. Kau Cakka?” Tanya wanita itu.

“Ya. Saya Cakka. Bukannya Kau bernama Agni?” Jawab+Tanya Cakka.

Yang ditanya mengangguk. Tuhan baik padanya. Tuhan telah mempertemukannya dengan Cakka. Tapi Agni ragu apakah Cakka belum menikah. Hei! Maksudnya apa? Ia masih memiliki ikatan dengan Sion. Dan ia tidak mungki lagi bisa bersama Cakka. Oh, buang-buang. Ia kesini bukan mencari Cakka, tetapi melarika diri sekaligus meminta bantuan Cakka, bukan mengharapkan cinta Cakka.

“Saya Agni. Agni Tri Nubuwati. Saya senang sekali bertemu kamu karena saya ingin mengharapkan bantuan kamu.” Kata Agni. Ia begitu gugup berbicara dengan Cakka.

“Oh, bantuan apa?” Tanya Cakka. Ia memilih duduk di samping Agni. Awalnya, Agni kaget. Namun ia berusaha menutupi kekagetannya itu.

Agni pun menceritakan hidupnya di Yogyakarta. Tentang Sion dan masalahnya dengan Sion. Cakka mendengarkannya dengan seksama. Ternyata, kehidupan Agni tidak sesuai dengan tebakannya. Cakka mengira disana Agni hidup bahagia, tapi semuanya salah. Di Yogya, Agni hidup menderita.

“Jadi, Agni kesini mau minta bantuan Cakka?” Tanya Cakka.

“Iya. Agni mau kok dijadiin pembantu Cakka di rumah. Agni yakin Cakka sudah berkeluarga.” Jawab Agni.

Berkeluarga? Entah mengapa, Cakka ingin sekali menjadikan Agni sebagai istrinya. Jujur, ia masih mencintai Agni. Dulu, ia terlambat untuk mengatakannya. Agni pergi dan ia menyesal. Sekarang, Agni kembali ke tempat ini. Dan Cakka bingung menghadapi cintanya itu. Shilla.. Agni..

“Ngg.. Cakka belum nikah kok.”

Sial! Mengapa ia mengatakan hal yang salah itu? Ia memang belum menikah, tapi ia sudah mempunyai calon istri yang bernama Ashilla Zahrantiara. Tentu Agni kaget mendengar pengakuan Cakka.

“Cakka.. Belum menikah?” Tanya Agni tak percaya. Oh, sedikit harapan muncul. Ia bisa saja kembali pada Cakka, tapi... Masalahnya dengan Sion... Dan, apakah Cakka mencintainya?

“Belum. Cakka belum menikah. Tapi sebentar lagi Cakka mau menikah. Sudah ada calonnya, namanya Ashilla Zahrantiara..”

Entah mengapa hatinya terasa perih. Ingin saja ia menangis. Jadi.. Cakka sudah punya calon? Oh, lengkap sudah penderitaannya. Tapi hei! Ingat tujuanmu kesini. Agni berusaha tenang dan tidak kaget. Kedatangannya ke Jakarta bukan mencari Cakka, tapi meminta bantuan Cakka. Ingat, meminta bantuan Cakka bukan mencari Cakka.

“Oh, Agni doain deh Cakka bahagia bersama calon Cakka. Tapi Kka, Agni boleh ya jadi pembantu rumah Cakka. Agni takut Kka, disini Agni tidak punya siapa-siapa. Orangtua Agni meninggal. Tolong bantu Agni Kka..”

Cakka merasa kasihan mendengar kalimat demi kalimat yang barusan diucapkan Agni. Memang, Agni tidak memiliki siapa-siapa disini, selain dirinya. Agni terlalu takut menjalani hidup di Kota ini tanpa ada teman yang membantunya.

“Ngg Ag..” Kata Cakka.

“Ya?”

“Ngg.. Cakka.. Cakka..”

“Cakka apa?”

“Cakka... Cakka masih mencintai Agni..”

***

Bagai disambar petir, gadis itu mendengar pengakuan yang diucapkan Cakka. Shilla dapat menyimpulkan bahwa Cakka benar-benar tidak mencintainya. Kembali ia merasakan kesakitan yang luar biasa sakitnya. Pertama, karena Alvin, dan yang kedua karena Cakka. Shilla tau, ia tak pantas dicintai oleh lelaki. Tidak pantas!

Kini, hidupnya dihiasi kesedihan. Shilla tidak tau bagaimana kisah hidupnya nanti. Apa ia akan melakukan suatu hal yang pernah Dea lakukan? Tidak! Kau bukan Dea, kau Shilla. Seorang gadis yang tegar dan tak kenal putus asa.

Ingin sekali ia menghampiri Cakka dan menamparnya. Tapi ia tidak berani melakukannya. Biarkan saja hatinya yang sakit. Shilla kuat menghadapi rasa sakit ini. Alvin yang telah mengajarinya. Oh Vin.. Andai dirimu ada disampingku... Vin, aku butuh kamu...

‘ku tak percaya kau ada disini..’

“Hallo?” Kata Shilla serak. Mbak Dian menelponnya. Mungkin ia harus kembali bekerja.

“Hallo Shilla, cepat kesini. Ada hal penting yang harus kamu lakukan.” Kata suara disebrang sana.

“Baiklah mbak, Shilla segera kesana.”

“Kau tak apa?”

“Shilla baik-baik saja mbak.”

Klik. Shilla menekan tombol merah. Ia tidak sanggup bicara lagi. Lalu, ia melirik ke arah bangku tadi. Ada wajah ceria di bangku itu. Siapa lagi kalau bukan cewek itu? Shilla tau, cewek itu bukan cewek sembarangan. Pasti cewek itu memiliki hubungan khusus dengan Cakka.

Shilla pun meninggalkan tempat itu.

***

“Ini rumahku!” Kata Cakka. Agni melihat-lihat rumah itu. Rumah yang indah dan nyaman. Keduanya pun memasuki rumah itu.

“Eh Yo, sana kerja. Jangan mainin laptop mulu di ruang tamu.” Kata Cakka.

“Ini kan aku kerja.” Kata Rio. Lalu, yang ia lihat adalah seorang cewek yang pernah ia lihat sebelumnya. Cewek itu seperti mantan Cakka. Siapa namanya? Untuk sementara, ingatannya belum pulih benar.

“Maaf ya ganggu.” Kata Agni melihat cowok di sampingnya yang menurutnya sedang sibuk.

“Nggak papa kok mbak.” Jawab Rio.

Cakka kembali ke ruang tamu dan membawa minuman dingin dan beberapa makanan kecil. Rio melihatnya dengan aneh. Siapa sih cewek itu? Bukan calonnya kan?

“Diminum dulu.” Kata Cakka. Agni mengangguk.

“Kamu ngapain sih Yo?” Tanya Cakka heran. Ia melirik pada layar laptop Rio yang tidak ia mengerti.

“Sampai kapanpun juga kakak melihat, kakak nggak akan pernah paham. Kalo gitu, Rio masuk dulu.” Kata Rio seraya meninggalkan ruang tamu.

“Rio? Itu Rio?” Tanya Agni. Yang ditanya mengangguk. “Bukannya Rio pacaran sama Ify?”

Cakka pun menjelaskan sejarah hidup Rio dari A sampai Z. Agni mendengarkannya dengan baik. Sesekali ia kaget mendengar cerita Cakka. Dari Cakka, Agni jadi tau bahwa hubungan Rio dengan Ify sudah putus dan tidak akan pernah kembali. Oh, jadi Rio pernah terkena amnesia juga ya?

“Mmm, Agni mau kok jadi pembantu Cakka.” Kata Agni.

“Mmm, Cakka tidak tau.” Jawab Cakka.

“Apakah.. Apakah Cakka memang masih mencintai Agni? Bukannya Cakka sudah punya calon?”

Shilla. Cakka hampir saja melupakan cewek itu. Bagaimana reaksi Shilla jika tau ia sedang bersama Agni? Apakah Shilla cemburu? Jelas lah. Tapi, hatinya mulai berkurang terhadap Shilla. Maksudnya, Cakka lebih menyayangi Agni dibanding Shilla. Oh, mengapa cinta yang membingungkan itu datang lagi?

“Iya sih, tapi..”

“Sebaiknya Anda memutusi Shilla dan langsung menikahi cewek itu. Saya tidak ingin hubungan Anda dengan cewek itu hancur karena Shilla.” Kata sebuah suara.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Free Contact me : 083129582037

Makasiiii (:

Please, Don't Forget Me! ( Part 32 )

Hy all !!

Ini part 32 nya..

Happy reading (:

Part 32
.

.

.

Jasadnya telah selesai dimakamkan. Tepatnya berada di samping kuburan sang kakak. Shilla mencoba untuk tenang dan tidak histeris lagi. Ia tau, Dea melakukan hal bodoh ini karena sudah tidak sanggup lagi. Oh De.. Sebenarnya kamu tidak salah.. Mengapa kamu bunuh diri? Alvin tidak suka hal itu.

Di sampingnya, ada Cakka yang selalu menemainya. Cakka yang membuatnya setenang ini. Orang-orang sudah pergi meninggalkan pemakaman ini. Shilla jadi tau, keluarga Dea cuman dikit. Kedua orangtua Dea entah pergi kemana. Mungkin hal itu juga mendorongnya untuk bunuh diri.

“Aku kasian sama Dea.” Kata Shilla.

“Udahlah, biarkan dia pergi.” Kata Cakka.

“Iya, aku tau. Tapi kenapa dia memutuskan bunuh diri saja? Apa dia tidak takut masuk neraka?”

Cakka tersenyum lalu merangkul Shilla. “Bukannya kamu pernah ingin bunuh diri juga? Karena meninggalnya Alvin?”

“Iya, hehehe.. Untung Cakka yang nyelamatin Shilla. Makasih ya..”

“Iya, kalo gitu kita balik saja. Cakka mau neraktir Shilla makan di restaurant. Gimana? Shilla lapar kan?”

@restaurant saji

Setelah pesanan yang mereka pesan ludes, Shilla memulai pembicaraan duluan. Ia ingin tau bagaimana keadaan Rio. Cakka tentu tau karena Cakka serumah sama Rio.

“Gimana? Apa Rio baik-baik saja?” Tanya Shilla.

“Tidak. Aku jarang lihat Rio tersenyum. Anak itu sering mengurung diri di kamar. Bahkan ia tidak mau kerja.” Jawab Cakka sedih. Ia prihatin betul dengan keadaan Rio yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

“Oo, lalu, gimana caranya buat Rio bahagia? Cakka tau?”

Yang ditanya menggeleng. Sikap Rio belakang-belakangan ini sulit ditebak. Kadang Rio bersikap dingin, ramah, ataupun marah. Sikap Rio berubah-ubah sejak Ify resmi menjadi istri Gabriel. Oh, apa yang harus ia perbuat? Menasehati Rio sampai suaranya habis?

“Cakka tidak tau. Udah deh, jangan pikirin Rio. Cakka yakin kok lama kelamaan Rio kembali ceria. Tidak mungkin kan Rio berpikiran seperti Dea?”

Benar juga! Rio termasuk ke dalam orang-orang yang tegar dan tidak mudah putus asa. Masalah itu akan hilang beberapa waktu ke depan. Shilla yakin, Rio mampu menghadapi masalahnya itu. Shilla kenal betul dengan Rio, pacar eh salah, mantan dari sahabatnya itu.

***

Di rumah yang menurutnya rumah siksaan itu, ia kembali lagi ke dalam ‘kurungan’ bak penjara. Waktunya banyak ia habiskan di dalam ‘kurungan’ itu. Lelaki yang dulu dicintainya dan yang menjadi suaminya secara tiba-tiba menyiksanya tanpa alasan. Sion, lelaki itu berubah total. Yang dulunya ramah, penyayang, mudah senyum kini berubah menjadi lelaki terganas yang pernah ia kenal. Apa perubahan sikap itu ada hubungannya dengan botol yang ia temukan tadi?

Agni, cewek itu menitikkan air mata. Rumah tangganya hancur, dan ia tak akan pernah bahagia. Ingin sekali ia menjadi wanita pada umumnya. Wanita yang hidup bahagia bersama seorang lelaki yang dicintainya. Tapi, ada satu rahasianya. Ia masih perawan dan Sion tidak berani menyentuhnya dan malah menyiksanya. Apa artinya ini? Apa ia terkena suatu penyakit mematikan? Ia rasa tidak. Agni tidak pernah berhubungan dengan cowok manapun.

Di dalam kamar yang menurutnya adalah kurungan, Agni menatap pemandangan sore melalui jendela kamar yang damai. Sore itu cocok dijadikan sebagai teman perjalanan. Biasanya, sore-sore ini ia bete di rumah dan memutuskan untuk jalan-jalan ditemani angin sore yang menyejukkan hati. Tapi sekarang, keluar dari kamar pun ia takut. Apalagi keluar rumah? Bisa-bisa ia dibunuh sama Sion.

Oh, apa yang harus aku lakukan demi menjadi manusia yang bebas? Agni merasa seperti burung kecil di dalam kurungan. Yang tidak diizinkan pemiliknya untuk terbang bebas. Tapi, ia bukan burung. Ia adalah manusia yang mempunyai perasaan. Ia bukan burung atau yang lainnya. Jadi, apakah ia akan melarikan diri dari rumah ini? Dan mencari tempat yang nyaman?

Mungkin itu ide yang cemerlang, tetapi sulit untuk dilakukan. Rumah ini terjaga ketat. Setiap pintu memilik kunci tersendiri yang dismpan pada sebuah tempat rahasia yang tidak ia ketahui. Hanya Sion yang mengetahui seluk beluk rumah ini. Bukannya rumah ini milik Sion?

Tapi yah, Agni berhak tau seluk beluk rumah ini. Rumah sion adalah rumahnya juga. Oke. Jika ia lelah menghadapi deritanya ini, maka rencana pelarian diri akan ia susun dengan baik, agar rencana itu berjalan lancar. Kota yang menjadi tujuan pelarian diri yang pertama adalah Jakarta. Karena sebagian hidupnya ia habiskan di Kota itu. Kota yang mengisahkan kisah-kisah tersendiri. Tiba-tiba ia teringat Cakka. Oh, apakah Cakka masih mengingatnya? Jujur, ia masih memiliki rasa-rasa itu. Tapi Agni yakin, Cakka sudah menikah dan hidup bahagia. Tidak seperti dirinya.

Agni pun mengambil kertas HVS dari laci mejanya. Dengan teliti ia membuat sebuah rencana. Rencana yang ia yakini akan berjalan sukses dan Sion tidak akan pernah lagi menemukannya, dan ia siap menanggung segala resiko rencananya.

***

Mungkin... Mungkin ini terakhir kali ia melihat Kota ini. Kota yang sangat dicintainya. Kota yang merupakan sebagian dari hidupnya. Ify, ia berusaha menegarkan diri agar cairan bening itu tidak keluar. Ia boleh saja menangis. Tapi bukan tangisan kesedihan, melainkan tangisan kebahagiaan. Oh God! Kuatkanlah hamba-Mu ini..

Sebelum ia berangkat ke bandara, Ify minta izin ke Gabriel untuk terakhir kali melihat danau. Danau yang tak akan pernah ia temukan di Makassar nanti. Gabriel mengangguk mengiyakan, tapi jangan lama-lama karena sebentar lagi taksi datang.

Kedua kakinya melangkah menuju tempat yang sangat ia rindukan. Danau... Apa aku salah mengambil keputusan? Ify duduk di tepi danau itu. Kedua matanya ia edarkan ke danau yang luas itu. Disana ia melihat angsa-angsa yang sedang berenang dengan riangnya. Angsa.. Ify jadi teringat Rio. Sedang apa Rio sekarang? Ify berharap Rio bahagia melihat ia pergi.

“Ify..” Lirih seseorang.

Deg! Suara itu.. Ify mencoba menganggap suara itu tidak nyata. Jika suara itu nyata, tentu air matanya akan turun. Dan ia tidak mau itu terjadi.

“Fy..”

Tiba-tiba ada tangan yang merangkulnya. Ify kaget. Dengan jantung yang berdebar-debar, Ify menoleh ke arah kanan. Dapat ia lihat wajah seorang lelaki yang sangat dicintainya. Benar. Ia salah mengambil keputusan.

“Rio..” Kata Ify ragu. Perlahan, ia menjauhi Rio.

“Maaf ya Fy, Rio udah rangkul Ify. Maaf ya, Ify pasti marah.” Kata Rio. Ia pun sedikit bergeser menjauhi Ify.

Selanjutnya, terjadi keheningan. Ify ingin mengucapkan kalimat ‘selamat tinggal’ pada Rio. Tapi ia tak kuasa. Rio datang pada waktu yang tidak tepat. Tiba-tiba HPnya berdering. Dan, saatnyalah ia meninggalkan tempat ini. Ify mencoba menguatkan hatinya.

“Se.. Selamat tinggal Yo..” Lirih Ify. Namun Rio dapat memahami kalimat itu. Rio mencoba tersenyum walau rasanya sulit untuk tersenyum.

“Kamu mau kemana?” Tanya Rio berusaha ceria.

“Ke Makassar. Disana Ify akan tinggal sama Gabriel. Dan Ify nggak akan kembali lagi ke Jakarta.” Jelas Ify sesak. Air matanya ia tahan agar tidak keluar.

“Oh..” Sungguh. Ia tidak mau berpisah dengan orang yang sangat ia cintai. Ify.. Kenapa kamu tega memilih melanjutkan pernikahan itu? Oke, aku terima giliran kamu yang melupakan aku. “Baiklah. Selamat tinggal, semoga kamu bahagia disana. Ohya, rumah Rio ada di Manado. Kamu bisa berkunjung kapan saja kalo kamu mau.” Kata Rio.

Ify tidak menjawab. Ia menatap wajah lelaki yang sebentar lagi akan ia tinggal. Rio.. Maafkan aku, maafkan aku. Terkahir kali, Ify tersenyum. Bukan, bukan senyum kebahagiaan. Tapi senyuman kemalangan. Lalu, ia paksakan kedua kakinya untuk meninggalkan danau itu.

“Good bye Fy!” Teriak Rio.

Kedua kakinya terhenti mendengar suara itu. Tapi, ia paksakan lagi untuk berjalan. Sekarang, yang hanya ia rasakan adalah dada yang sesak dan kaki yang kesakitan. Oh.. Aku memang salah memutuskan.

“Lama banget.” Kata Gabriel melihat jam tangan.

“Maaf.” Jawab Ify pelan lalu tersenyum. Ia tidak mau Gabriel mengetahui bahwa ia sedang sedih.

Taksi itu pun melaju kencang membelah kota Jakarta yang ramai. Di belakang, Ify memandangi jalan raya macet sambil tersenyum pahit. Oh, jika ada dua pilihan memilih mati atau melanjutkan perjalanan ke Makassar, tentu ia memilih pilihan pertama. Lebih baik mati daripada menderita di Makassar nanti.

***

Kembali ia membuka kenangan itu. Dengan tangan yang bergetar, Rio membuka folder berisi fotonya dan foto Ify. Foto itu sudah lama ia ambil. Tepatnya saat SMA. Tak lupa pula video-video itu yang membuat dadanya sesak. Di danau, di Kuta Bali, di Ancol... Oh, andai kata waktu dapat diulang kembali. Andai Ify menjadi miliknya lagi.

Sudah cukup ia menderita karena cewek. Rio bersumpah tak akan pernah lagi mencintai cewek. Cukup Ify saja yang menjadi cinta pertama dan terakhirnya. Percuma saja dia menikah dengan cewek yang tidak ia cintai. Ia malah membuat cewek itu menderita. Ya, giliran ia yang dilupakan Ify.

Di dalam kamar yang sumpek, Rio berusaha menceriakan pikiran. Ia mengutak-atik laptopnya dan membuka microsoft word untuk mengetik sesuatu. Entah apa yang ia ketik, tapi ketikannya itu jika dibaca seperti sebuah puisi kesedihan.

Drtrdrtdrt...

Message From : Pak Yus

Maaf pak, bapak hrs kmbl bekerja. Kalo tdk, kami bisa saja memecat bpk.

Rio menghela nafas pajang. Sudah berapa lama ia tidak kerja dan menganggur? Ia tau. Jika ia tidak kembali bekerja, tentu tak segan-segan ia dipecat. Dan ia tidak mau hal itu terjadi.

Message To : Pak Yus

Baiklah. Bsok saya kembali bkrja.

Kehidupannya mungkin dapat kembali menjadi normal. Rio kembali pada pekerjaannya dan kehidupannya yang sempat ia lupakan. Hanya ada satu yang berbeda. Ada rasa rindu yang menyelinap masuk ke dalam celah-celah tubuhnya. Rio rindu masa-masa SMA dulu, Rio rindu dengan sahabat-sahabatnya, Rio rindu menjadi anak remaja. Ah Yo, apa yang kamu pikirkan? Kamu bukan remaja lagi Yo, ingat. Jangan berpikiran seperti itu. Itu adalah masa lalumu. Jangan memikirkan masa lalu yang tidak dapat kembali, dan pikirkanlah masa depan.

Baiklah. Ia yakin mampu menghadapi semuanya. Puisi yang ia buat sudah selesai. Berulang-ulang kali ia membaca puisi itu dan berulang-ulang kali ia tersenyum. Puisi itu menggambarkan seorang lelaki yang sedang merindukan seorang gadis yang dicintainya. Ya, semua terinspirasi dari Ify. Ify? Apa dia sudah sampai di Makassar? Semoga saja dia selamat.

Setelah puisi yang dirasanya cukup sempurna, Rio menyimpan puisi itu di folder pribadinya yang artinya tidak dapat dibaca oleh siapapun. Betapa malunya ia jika ada orang yang membaca puisinya itu. Lalu, ia kembali fokus pada pekerjaannya yang sempat ia tunda.

***

Bulan pada malam itu tidak terlihat. Kiranya malam itu sedang mendung. Agni tersenyum puas karena tau dimana letak Sion menyimpan kunci. Tepatnya di gudang belakang. Sion tidak ada di rumah. Jadi, ini merupakan kesempatan besarnya untuk kabur. Semua barang-barangnya sudah ia kemasi. Mulai dari pakaian, dan barang lainnya. Saat semuanya beres, diam-diam Agni membuka pintu kamarnya yang tidak terkunci. Benar-benar malam keberutungan.

Gudang itu gelap. Agni menyalakan senter yang ia pegang. Dimana ya kunci itu? Gudang itu sangat mengerikan. Hidungnya pun mencium bau obat yang sangat menyengat. Apa? Sepertinya itu obat.. Ah sudahlah. Agni sudah tidak peduli lagi. Nah, itu dia kuncinya! Sebuah kotak berukuran sedang yang menjadi tempat penyimpanan kunci. Agni mengambil kotak itu.

Selesai! Ia suda bebas. I’m free! Batin Agni. Pelan-pelan, ia meninggalkan rumah mengerikan itu. Ya! Tujuannya adalah terbang ke Jakarta. Agni belum memesan tiket pesawat. Itulah yang menjadi masalahnya. Lalu, ia mendapatkan sebuah ide cemerlang. Ngapain juga naik pesawat? Naik bus saja bisa.

***

WELCOME TO MAKASSAR

Sampai juga mereka di Kota Makassar. Kota besar yang cukup terkenal. Gabriel sudah mempersiapkan rumah di kota ini. Rumah yang ia yakini dapat membahagiakan Ify. Gabriel yakin Ify kerasan tinggal di rumah baru ini.

Taksi mengantar keduanya menuju rumah yang ia maksud. Malam hari yang dingin ini, Gabriel melihat Ify tertidur pulas disampingnya. Wajah Ify sangat kelelahan. Gabriel tersenyum. Ify pasti kaget sewaktu menemukan rumah baru yang tak biasa.

Perjalanan menuju rumah itu nggak sampai sejam kok. Cukup lima belas menit mereka sampai. Dengan pelan-pelan dan hati-hati, Gabriel membopong Ify memasuki rumah itu. Ya, rumah tipe orang kaya. Rumah idaman semua orang. Gabriel meletakkan tubuh Ify di atas kasur empuk. Ia pun mencium kening Ify.

“Mimpi indah sayang..”

Tiba-tiba, Ify bersuara. Gabriel yakin Ify sedang mimpi. Tapi, ada satu perkataan Ify yang membuatnya pucat dan serba salah.

“Rio..Rio..Rio..”

Oh, apa Ify masih mencintai Rio? Kalo iya, mengapa Ify memilih melanjutkan pernikahan itu? Gabriel tak habis pikir. Tapi ia yakin, keputusan Ify adalah keputusan yang tidak akan Ify ubah. Gabriel berjanji akan membahagiakan Ify. Apapun caranya.

***

Matanya terasa berat. Perjalanan dari Yogya ke Jakarta membuat tubuhnya letih. Agni hanya tidur beberapa jam saja. Pikirannya dihantui oleh Sion yang mengetahui ia melarikan diri. Sekarang, kemana ia akan tinggal? Kedua orangtuanya sudah meninggal. Agni tidak berani meminta bantuan kepada saudara-saudaranya.

Aw! Perutnya bunyi, tanda ia lapar. Agni mencari tempat makan yang harganya murah. Hanya dengan berjalan kaki, Agni sampai di rumah makan yang tempatnya lumayan besar. Agni ingat rumah makan itu. Dulu, rumah makan itu yang menjadi langganannya. Bahkan Agni hafal nama pemilik rumah makan ini.

Agni memesan soto Betawi dan jus jeruk. Harganya tidak terlalu mahal dibanding dengan rumah makan lainnya. Setelah pesanan datang, Agni melahap soto itu dengan semangat ’45, seperti orang yang kelaparan setengah mati. Tiba-tiba, ingatannya kembali pada sosok Cakka. Cakka, ya! Cakka tentu bisa membantunya. Agni yakin itu.

Siang ini cukup panas. Agni memakai topi karena tidak tahan menghadapi panasnya siang ini. Sekarang, bagaimana caranya agar bisa bertemu Cakka? Ia lupa alamat rumah Cakka. Agni duduk di salah satu bangku di pinggir jalan raya. Ia memainkan HPnya karena bosan. Tumben, Sion tidak menelponnya atau mengirimnya pesan. Apa Sion sudah tidak lagi mempedulikannya? Kalo itu yang terjadi ya Agni bersyukur saja.

“Oh, hai! Maaf..” Kata sebuah suara yang mengagetkannya.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (:

Please, Don't Forget Me! ( Part 31 )

Part 31

.

.

.


Beberapa menit yang lalu...

Tampak dua orang yang tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruangan itu. Untung, ruangan itu tidak dijaga dengan ketat. Jadi, mereka bisa masuk ke dalam ruangan itu tanpa alasan.

“Sana Yo masuk ke dalam. Dea tunggu disini aja.” Kata Dea memaksa Rio masuk ke dalam.

“Tapi De, apa Rio nggak salah batalin pernikahan orang?” Tanya Rio.

“Pernikahan orang? Ify kekasihmu Yo... Sana pergi!” Paksa Dea.

Walau tidak yakin dan sedikit ragu ataupun takut, Rio masuk ke dalam ruangan itu. Yang ia rasakan adalah suasana keheningan. Dan suara Ayah Ify. Ya, semuanya belum terlambat untuk mengatakannya.

Di tengah-tengah ruangan itu, Gabriel siap menjawab kalimat yang diucapkan lelaki dihadapannya yang sebentar lagi akan menjadi mertuanya.

“Saya te...”

“TUNGGU! BATALKAN PERNIKAHAN ITU!!” Teriak seseorang.

Semua orang yang menyaksikan akad nikah itu mendadak kaget. Terutama Shilla dan Cakka. Rio? Sedang apa dia kesini? Bukannya Rio sedang ada tugas di Tangerang? Cakka bingung. Apa ia salah lihat? Apa matanya harus diperiksa dulu?

“Batalkan pernikahan itu..” Kata orang itu kembali berkata. Tetapi suaranya agak dipelankan.

Ify, gadis itu bak tersengat listrik pada ketegangan tinggi. Melihat siapa yang datang, wajahnya berubah menjadi pucat. Dan, rasa rindu itu kembali muncul. Rio datang menemuinya di waktu yang salah.

“Ify..” Lirih Rio.

Bukan kesedihan yang ia rasakan dan bukan pula penyesalan. Bukan pula kemarahan. Ify tidak bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya ia rasakan. Cuman rasa kaget yang ia rasakan. Di sampinya, Gabriel menatapnya dengan bingung. Gabriel saja bingung, apalagi ia!

“Fy, maafin Rio Fy, Rio sudah lupain Ify. Sekarang, Rio ingat semua Fy. Dea yang mengingatkan Rio kembali. Fy, Rio masih mencintai Ify..” Ucap Rio dengan lembut, yang membuat jantungnya copot.

Tuhan... Apa yang harus aku lakukan? Tidak mungkin aku membatalkan pernikahan ini. Gabriel.. Apa kamu tega melihat keluarga Gabriel sedih? Apa kamu tega melihat Gabriel dipermainkan olehmu?

“Fy..” Kata Gabriel pelan. Seolah-olah lelaki itu ingin tau apa keputusannya. Keputusan yang harus ia temukan secepatnya. Disini, ada dua keputusan.

Pertama, batalkan pernikahan atau melanjutkan pernikahan. Jika ia batalkan, artinya ia kembali lagi menjadi kekasih Rio dan membiarkan Gabriel merasa tersakiti dan hanya dijadikan pelampiasannya. Dan jika ia lanjutkan pernikahan, artinya ia tidak akan lagi bisa melihat Rio dan hidup bahagia menjadi istri Gabriel. Tuhan.. Apa yang harus aku pilih? Apa?

“Bagaimana? Apa pernikahan ini bisa dilanjutkan?” Tanya Pak penghulu.

Jawabannya, tidak tau. Tapi ia harus menemukan jawaban itu. Perlahan, ia melihat wajah Rio. Wajah yang selama ini ditangisinya. Wajah yang selama ini telah melupakannya. Rio menatapnya dengan penuh harap untuk segera membatalkan pernikahan ini. Lalu, ia kembali menatap Gabriel. Lelaki yang sedikit demi sedikit telah membuat cinta lama kembali bersemi. Gabriel menatapnya tanpa ekspresi. Tapi ia tau. Gabriel sangat mencintainya dan tidak mau kehilangannya.

“Fy... Kamu harus menemukan suatu keputusan yang tidak menyesalkan bagimu. Jika kamu ingin membatalkan pernikahan ini, batalkan saja. Gabriel ikhlas kok..” Kata Gabriel.

Ucapan Gabriel itu baginya sangat meyayat dalam hati. Ify tau, Gabriel berat mengucapkan kalimat itu. Fy, apa kamu tidak kasian sama Gabriel? Dia Fy yang selama ini menemanimu saat kamu bersedih, saat Rio melupakanmu. Dan Rio, walau tidak sepenuhnya Rio yang salah, tentu kamu merasa tersakiti karena telah dilupakannya. Ya kan?

“Aku.. Aku...”

Semua yang berada di ruangan itu dek-dekan menunggu keputusan Ify. Rio berusaha untuk tenang. Ia yakin sekali, Ify pasti membatalkan pernikahan itu. Bukannya Rio hanya untuk Ify dan Ify hanya untuk Rio?

“Aku... Lanjutkan pernikahan ini!” Kata Ify tegas. Ia telah menemukan sebuah keputusan yang tak akan pernah ia ubah. Yaitu, melanjutkan pernikahan ini dan hidup bahagia bersama Gabriel.

“Fy, kau serius?” Tanya Rio tidak percaya.

“Ya. Ini keputusan finalku.” Jawab Ify mantap.

“Tapi, tapi.. Cinta kita..”

“Maaf Yo. Ify sudah nggak mencintai Rio lagi. Maaf. Plis Yo, hormati keputusan Ify.”

Rio tidak bisa menebak jalan pikiran Ify. Selama ia menjadi kekasih Ify, Ify tidak bisa memutuskan suatu keputusan yang menurutnya benar. Ify selalu salah mengambil keputusan.

“Baiklah. Mari kita lanjutkan pernikahan ini.” Kata Pak penghulu.

“Fy..” Kata Gabriel.

“Biarkan saja. Ify nggak mau Rio bahagia.” Jawab Ify.

“Tapi Fy, ini semua bukan salah Rio. Rio sudah ingat semuanya Fy..”

“Ify nggak peduli.” Jawab Ify dingin.

Akad nikah itu pun dilanjutkan dan pengantin itu resmi menjadi sepasang suami-istri. Ya, aku harus bahagia! Tekad Ify. Ia berusaha untuk tersenyum merasakan kebahagiaan ini. Ya, bahagialah Fy!

Dari jarak yang lumayan dekat, Shilla melihat Ify sedih. Ia tau, Ify salah mengambil keputusan. Padahal Gabriel merelakannya bersama Rio. Oh... Lalu, gimana reaksi Rio?

***

“Rio.. Kamu..” Kata Dea. Ia melihat Rio tergesa-gesa keluar ruangan.

“Apa? Sudah puas kan? Ify remsi menjadi istri Gabriel.” Kata Rio. Wajahnya tampak kecewa juga sedih karena usahanya membatalkan pernikahan itu gagal.

“Puas? Apa yang puas? Kenapa Ify tidak membatalkan pernikahan itu? Apa Ify sudah tak lagi mencintaimu?” Tanya Dea.

“Tanya saja sama orangnya.” Cuek Rio. Ia mencoba lepas dari pertanyaan Dea. Sekarang, yang hanya ia inginkan adalah tempat yang nyaman untuk hatinya yang sedang kacau.

“Kamu mau kemana?” Tanya Dea.

“Bukan urusan Lo!” Bentak Rio seraya meninggalkan Dea. Dea menatap punggung Rio sedih. Oh, semua ini salahnya. Semua salahnya. Pernikahan itu tetap berlanjut dan ia menjadi orang terlicik di dunia.

Ada tangan yang memegang pundaknya. Mendadak Dea kaget. Ia membalikkan tubuhnya dan melihat siapa orang yang telah mengagetkannya itu.

“Shilla.. Rio..”

“Udahlah. Biarkan Rio pergi.” Kata Shilla tersenyum.

“Tapi, aku salah Shill. Salah. Rio tidak bisa kembali sama Ify. Dan ini semua salahku. Salahku yang membuat Rio lupa segalanya. Yang membuat Rio melupakan Ify. Tuhan benci aku Shill..”

Lalu, terdengar suara tangisan penyesalan. Dea menyesali perbuatannya yang tergolong licik. Idenya membalas dendam itu membuatnya menyesal. Dan, Dea tidak tau lagi harus berbuat apa. Apa ia akan mengganggu rumah tangga Fyel? Atau, lebih baik menyusl Alvin saja? Iya! Mungkin disana ia bisa mendapatkan kebahagiaan, walau hanya sedikit.

“Aku salah Shill.. Semua orang membenciku..” Kata Dea sembari mengusap air matanya.

Shilla tersenyum mendengar ucapan Dea. “Kamu nggak salah De, kamu cewek yang baik. Lihat, sekarang Rio sudah normal. Rio sudah kembali menjadi Rio yang dulu. Itu semua karena kamu kan? Kamu kan yang berusaha mengingatkan Rio kembali? Artinya, kamu berhasil mempertanggung jawabkan perbuatanmu. Jangan menganggap dirimu serba salah.” Jelas Shilla.

Memang benar. Ia berhasil membuat Rio kembali menjadi Rio yang dulu. Rio yang mencintai Ify dan membencinya. Rio pantas membencinya dan ia pantas dibenci Rio. Penjelasan Shilla tadi membuatnya merasa tenang. Tapi, tetap saja kesalahan itu masih menggentayanginya. Dea tidak sanggup melihat Rio sedih. Lantas, apa yang harus ia lakukan?

“Iya Shill, makasih. Ya udah, Dea mau pergi dulu. Makasih karena udah dukung Dea. Makasih banyak Shill. Bilang ke Rio kalo Dea minta maaf sama dia. Ok?” Kata Dea. Kalimat itu seperti kalimatnya yang terakhir ia ucapkan.

“Ng.. Kamu mau pergi kemana?” Tanya Shilla.

Dea tidak menjawab. Ia pun meninggalkan Shilla yang masih penasaran. Tapi, Shilla dapat menebak hal apa yang terjadi pada Dea selanjutnya. Dan ia tidak bisa melarang Dea.

***

@danau

Lelaki itu duduk bersila di pinggir danau tersebut. Merasakan kesejukan dan ketenangan di sekitar danau itu. Matanya menatap lurus ke depan, melihat air danau yang jernih itu. Lalu, ia melihat dua angsa sedang berenang riang disana. Rio suka melihat dua angsa itu.

Danau ini, sekarang ia paham. Ia paham mengapa Ify menangis di tempat ini. Dan ia paham mengapa setiap hari Ify menangis. Ify menangis karenanya. Karenanya yang telah melupakan Ify. Sekarang ia bisa merasakan kesakitan yang di alami Ify. Dan, sekaranglah ia merasakan kesakitan itu.

Ify menangis karenanya yang telah melupakan Ify. Sekarang, ia menangis karena Ify melupakannya. Sungguh menyakitkan bukan? Ify sudah memiliki keluarga. Ify sudah memiliki seorang suami. Dan ia, hanya menangis karena telah menyesali perbuatannya.

Hei! Tapi bukan ia kan yang salah? Ia hanya menjadi korban. Rio ingat, waktu itu ia sedang berjalan ke alfamart untuk membeli makanan ringan. Lalu, ia melihat Dea yang sedang dihadang banyak preman. Dea berteriak meminta tolong. Tapi sialnya, tempat itu sepi. Jarang ada orang yang berlalu lalang di tempat ini.

Ada rasa kasian melihat Dea yang membutuhkan pertolongan. Sesaat, otaknya berpikir. Apa ia harus menolong Dea? Apa ia mampu melawan preman-preman itu? Ya! Ia harus bisa. Rio tak peduli dengan dirinya sendiri, asalkan Dea selamat. Ia pun berlari menuju preman-preman itu.

“Hei! Lepaskan cewek itu!” Bentak Rio walau sedikit takut.

Sebelum preman itu menjawab, ia melirik Dea. Seingatnya, Dea mengangguk saja. Lalu preman itu berkata.

“Siapa kamu? Mau apa? Sana pergi. Jangan halangi tugas kami.” Kata preman itu.

“Tidak. Saya tidak akan pergi.” Kata Rio.

“Ooo, Anda mau melawan saya...”

Terjadilah pertarungan sengit antara Rio dengan preman-preman itu. Dan kalian pasti tau siapa yang memenangkan pertarungan itu. Tidak, bukan Rio. Walau kalian mengharapkan Rio yang memenangkannya. Coba kalian berpikir. Rio sendiri dan preman itu banyak. Tentu Rio kalah.

“Argh!”

Kepalanya terasa sakit karena pukulan preman itu. Setelah itu ia pingsan. Terakhir kali yang ia ingat adalah Dea. Dea yang membutuhkan pertolongannya.

Oh, kepalanya menjadi sakit mengingat kejadian itu. Rio mengerti mengapa ia menganggap Dea sebagai kekasihnya. Karena Dea lah yang terakhir kali ia ingat. Bukan Ify atau yang lain. Dan bukan pula preman itu. Oh.. Seandainya itu semua tidak akan pernah terjadi. Seandainya semua itu hanyalah mimpi buruk.

Rio mengubah posisinya yang tadinya duduk menjadi terlentang. Kedua tangannya ia lipatkan di bawah kepala. Di atas langit biru, ia melihat awan putih yang bentuknya cepat berubah. Rio tersenyum menemukan sebuah awan yang ia rasa berbentuk cinta. Cinta? Mungkin, ia tak bisa lagi mencintai seseorang.

Kedua matanya pun terpejam. Merasakan kesedihan yang luar biasa. Tapi, ia harus menahan diri agar air matanya tidak turun. Jika air mata itu turun, ia merasa menjadi lelaki yang lemah. Dan ia tidak mau itu terjadi.

Danau... Apa aku memang tidak bisa hidup bersama Ify?

***

@Arjuna Plaza Hotel

Malam ini adalah malam yang paling bahagia. Disini, segala kebahagiaan berkumpul menjadi satu. Gabriel menikmati pemandangan malam dari balik jendela kamar. Di sampingnya, ada seorang istri yang sangat dicintainya. Ify... Aku sangat mencintaimu.

Namun bagi Ify, malam ini adalah malam terburuk. Malam yang penuh siksaan. Pernikahan tadi berjalan lancar walau ada sedikit hambatan. Rio... Maafkan aku.. Apa aku salah memutuskan? Sekarang,ia sudah menjadi milik Gabriel dan selamanya. Mustahil sekali baginya untuk melakukan penceraian.

“Fy..” Kata Gabriel lembut. Ia merangkul Ify.

“Apa?” Tanya Ify tanpa ekspresi.

“Kamu.. Kamu senang sekarang?”

Sangat bodoh jika ia menjawab ‘tidak’. Itu sama saja menghancurkan kebahagiaan Gabriel. Oh salah, maksudnya kebahagiaannya dengan Gabriel.

“Iya..” Jawab Ify.

Gabriel tersenyum. “So, kamu mau kan?” Tanya Gabriel.

“Mau apa?” Tanya Ify. Sebenarnya ia tau apa yang Gabriel inginkan. Tapi ia malas mengatakannya. Tuhan... Apa aku.. Apa aku tidak memberi izin suamiku untuk menyentuhku?

“Itu deh. Kamu mau kan?”

Ify menghela nafas panjang. Sungguh, ia belum siap. Ify tidak rela, sangat tidak rela jika lelaki yang tidak dicintainya yang pertama kali menyentuhnya. Tidak! Ify tidak rela. Ia mencoba menemukan alasan yang masuk akal.

“Ooo, mmm, Ify mau sih. Tapi bukan malam ini. Ify capek dan pikiran Ify tidak jernih. Gimana?”

“Oke dah. Gabriel juga capek. Ya udah, kita tidur aja. Ohya, lusa nanti kita siap-siap terbang ke Makassar. Kamu mau kan?”

Tentu Ify tidak bisa menolak walau hatinya memaksanya untuk menolak.

***

Sebuah tempat yang sunyi dan jarang dikunjungi orang. Tak ada setitik sinar muncul di tempat itu. Yang ada hanya kegelapan. Bulan tidak tampak malam itu karena tertutupi awan hitam. Suasana sempurna! Batinnya. Sekarang, ia bisa melakukan aksi yang sangat ditunggunya. Apa itu?

Angin malam menyerang tubuhnya yang hanya menguunakan t-shirt tipis dan celana jeans di atas lutut. Ia tak peduli lagi dengan tubuhnya yang menggigil kedinginan. Baiknya lagi jika ia berada di tengah badai salju.

Perlahan, ia memejamkan mata. Berusaha mencari keberanian. Di atas jembatan, ia mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk melompat ke jurang. Jurang yang sering digosipkan orang sebagai jurang berpenghuni. Siapapun yang masuk ke dalam jurang itu tidak pernah ditemukan jasadnya.

Baiklah. Mari kita lakukan. Setelah seluruh keberanian telah terkumpulkan, ia berjalan pelan, menuju ujung jembatan itu. Dan saat kakinya telah mencapai ujung jembatan itu, muncul cahaya terang yang menyilaukan matanya. Namun ia paham.

Ia takkan pernah lagi kembali ke dunia.

***

Diam-diam, ia keluar dari dalam kamar. Setelah ia rasa cukup aman, ia mencari remote TV. Ketemu! Remote itu berada di bawah bantal. Ia tau siapa yang menaruh remote itu di bawah bantal. Sebelum ia menyalakan TV, tak sengaja ia melihat sebuah botol yang berisi cairan asing. Minuman apa itu?

Karena capek mencari jawaban, ia pun menyalakan televisi. Sudah lama ia tidak menonton TV karena si pemilik rumah ini melarangnya keras dan ia tidak bisa berbuat apapun selain menuruti si pemilik rumah.

TV pun menyala. Ia mencari channel yang menurutnya bagus untuk ditonton. Ya, pertama kali yang ia tonton adalah berita. Ia menekan tombol lima yang menunjukkan channel RCTI.

‘Berita terbaru, senin, 22 April 2012. Seorang gadis ditemukan tewas dalam jurang misterius. Anehnya, jasad gadis itu masih utuh dan tidak ada luka sedikitpun. Jenazah korban dibawa ke rumah sakit terdekat. Keluarga korban dan teman dekat korban sangat...’

Mendengar berita itu, ia teringat kejadian beberapa tahun yang lalu. Mungkin, gadis di televisi itu bunuh diri dan meninggal di dalam jurang.

“Oh, jadi kamu sudah berani membantah omongan saya ya..” Kata sebuah suara yang membuatnya kaget setengah mati.

***
TBC....

Kalo ada yang aneh ato nggak nyambung komen ajj (:

Ohya, yang berbaik hati Follow ya twitter sayaa @Uny_Fahda19 , ntar tak folback (:

Kalo mau baca dari part awal buka aja ya blogku : http://risedirectioners.blogspot.com

Makasiiii (: